Di rumah Nasaret ada keluarga Nasaret yang berbahagia: Yesus, Maria dan Yosef. Putra Ilahi bersama orang tua-Nya yang penuh kasih sayang. Rumah Nasaret menjadi saksi cinta kasih Allah yang luar biasa bagi umat manusia, yang dirasakan dan dialami oleh Maria dan Yosef selama puluhan tahun.

Keindahannya tidak hanya terletak pada alam pedesaan yang tenang, namun suasana kasih dalam rumah tangga mereka, yang membedakan mereka dari rumah-rumah lainnya di Nasaret. Rumah Nasaret, tempat  Allah yang jadi manusia diam sepanjang saat, bertumbuh dan berkembang dalam asuhan penuh kasih sayang.

 Waktu Berkualitas dalam Rumah Nasaret

Ada ciri utama yang melengkapi pesona keindahan rumah ini antara lain  mereka selalu ada bersama dengan irama hidup harian yang sama saja, namun membuat kebajikan yang luar biasa. Sekilas, dari rumahnya, tampak sederhana, sedikit sekali barang materi, namun mereka kaya berkat Ilahi. Yang Ilahi  berdiam di rumah ini. Mereka memiliki waktu berkualitas yang menjadi saat-saat bersama yang membahagiakan, menumbuhkan kasih, dan menghidupkan keluarga mereka.

Ada saat-saat istimewa yakni  hadir  bersama, berdoa bersama dan makan bersama. Mereka saling ada, hadir satu sama lain. Maria hadir untuk Yesus dan bapa Yosef. Yosef hadir untuk Sang Putra terkasih dan Maria ibu-Nya. Yesus hadir untuk Maria dan Yosef.

Ada Bersama

Waktu yang dimiliki keluarga Nasaret, adalah waktu berkualitas untuk setiap anggota keluarga. Tercipta tata tertib insani tanpa tulisan tapi ditaati dalam semangat kesahajaan oleh setiap anggotanya. Keindahan memancar dari kesahajaan hidup harian, yang saling ada satu sama lain, saling memperhatikan dan saling melayani. Dalam ada bersama, mereka saling berkisah, saling mendengar, saling berbagi suka duka, tertawa bersama dan saling belajar satu sama lain.

Ada saat-saat bersama, ketika mereka menikmati senja yang indah di bengkel kayu sambil membantu Yosef mengemas peralatan tukang kayu. Ada saat siang hari yang terik namun menyenangkan hati, ketika Yosef dan Yesus  menanti saat-saat makan siang bersama. Ada saat ketika mereka melakukan perjalanan bersama dalam senda gurau dan sukacita. Ada saat teduh di pagi hari, saat fajar menyingsing, ketika mereka terbangun dari tidur dan memuliakan Allah. Saat mata memandang keindahan alam Nasaret, merasakan dinginnya fajar sebelum mentari terbit di ufuk Timur. Saat menanti secangkir kopi, dan sepotong roti tak beragi untuk dinikmati bersama di awal hari. Terlalu indah pesona pagi di rumah Nasaret menyambut hari baru yang selalu baru setiap hari. Setiap hari, bertambah usia, bertambah bijak hati mereka dan bertambah pula cinta kasih mereka satu sama lain. Bertambah hari, bertambahlah kasih mereka akan Allah.

Berdoa Bersama

Berdoa bersama sebagai keluarga merupakan irama hidup harian  di rumah Nasaret ini. Praktek hidup keagamaan yang dimiliki orang tua diajarkan dan diwariskan kepada Putra-Nya. Mereka bersama mendengarkan Tuhan , dengan membaca Kitab Taurat Musa dan kitab Nabi-nabi. Mereka membaca dan mengidungkan mazmur dan puji-pujian kepada Allah.Mereka duduk diam, hening satu sama lain untuk mendengarkan Allah. Dalam diam, keheningan memancar.  Pola tingkah laku hidup mereka dijiwai oleh aura kasih yang mengalir dari kedekatan pergaulan mereka dengan Allah.

Lebih dari itu, Maria dan Yosef, tahu persis siapa Putra Ilahi yang ada bersama mereka di rumah Nasaret. Sejak awal warta Kabar Gembira dari malaikat, Maria sudah tahu, putra yang dikandung dan dilahirkannya dari kuasa Roh Kudus adalah Putra Allah. Demikian juga Yosef, sejak awal diberitahukan oleh malaikat dalam mimpinya, bahwa buah kandungan Maria tunangannya adalah berasal dari Roh Kudus. Dialah Anak Allah yang Maha tinggi, yang akan menyelamatkan  Israel dari dosa-dosa mereka.  Dalam diam dan hening, Maria dan Yosef, berulang-ulang merenung dalam batinnya misteri yang mengagumkan ini.

Setiap gerak Putra Ilahinya, menjadi pola tatapan mereka. Mereka selalu memandang-Nya, mendengar ketika Dia berbicara. Mereka selalu memerhatikan apa saja yang dilakukan-Nya. Kehidupan rumah nasaret, terserap oleh misteri kehadiran Allah yang nampak dalam diri Putra Ilahi yang hidup bersama mereka. Rumah nasaret, bagaikan surga, sebab di rumah Nasaret inilah, mereka hidup bersama Allah.

Makan bersama

Makan bersama, merupakan saat paling menggembirakan, sebab saat ini merupakan saat syukur atas segala hikmat dan karunia Allah. Memang, tangan – tangan kekar bapa Yosef yang bekerja keras di bengkel kayu, merupakan cara manusiawi yang mendatangkan rezeki. Tangan-tangan lembut bunda Maria, yang mengolah menjadi hidangan yang sehat  dan menarik untuk dinikmati. Mereka menikmati makanan untuk hidup, tidak berlebihan dan berkekurangan. Apa yang mereka miliki, selalu dibagikan kepada sesama terdekat, sebagai berkat bagi kaum fakir miskin.

Dalam makan bersama, mereka saling berbagi dan melayani. Mereka memuliakan Allah, sumber segala anugerah dan pemberian di bumi. Mereka mensyukuri hikmat  Ilahi, yang menumbuhkan benih-benih di bumi, yang mencurahkan hujan, yang menerbitkan matahari, yang meniupkan angin, yang mengalirkan  air dan menciptakan api, yang mengatur cuaca dan musim. Mereka bersyukur kepada Tuhan atas begitu banyak orang yang telah ikut serta menyediakan bahan makanan yang dapat mereka nikmati kini di meja makan dalam rumah mereka. Ada para petani yang menabur benih, yang mengolah tanah,merawat, dan memanen. Ada nelayan yang mencari ikan di laut. Ada penjual dan pembeli yang bertransaksi di pasar. Ada tangan kasih Bunda Maria yang membuat adonan roti dari tepung dan menghidangkannya.

Di meja makan rumah Nasaret, segala kisah kasih perjuangan manusia terwujud dalam roti dan ikan yang disantap dengan penuh syukur. Mereka memandang sebagai pemberian dari Allah semata-mata. Sebab jika Allah tidak menyediakannya, mustahil mereka memerolehnya. Ada sederetan proses dan sejumlah orang yang telah terlibat proses pengadaan dan pengolahan makanan sampai siap disajikan.

Mereka tidak menyimpan makanan dalam lumbung atau pun mengumpulkan bekal sebagai persediaan. Sebab mereka selalu merasa cukup.Suatu situasi kecukupan, karena fokus mereka adalah pada Sang Putra, yang menjadi sumber kegembiraan dan sukacita hidup mereka. Memandang Putra Ilahi, mendengar suara-Nya, mengikuti perkembangan hidup-Nya sebagai anak manusia, merupakan suatu pesona istimewa bagi Maria dan Yosef yang terberkati. Kehadiran-Nya sudah mengenyangkan kelaparan mereka. Memandang Yesus, sudah melegakan dahaga jiwa mereka. Tak satu pun keluarga di dunia ini, yang memiliki berkat istimewa seperti keluarga Kudus, yang seatap dengan Allah, siang malam makan bersama Sang Putra.

Meski demikian, mereka sangat bijaksana dalam segala hal. Ada saat-saat bagi Maria dan Yosef untuk lebih menajamkan indra batin, untuk mendengarkan apa yang harus mereka lakukan, ketika situasi khusus di luar nalar manusiawi mereka. Mereka diam, tenang, tidak bicara, tidak berbagi kisah dan mencari jawaban atau penjelasan. Selalu cukup bagi Maria dan Yosef untuk diam dan tenang. Suatu ketenangan mendalam yang merangkum jiwa, sehingga di tengah tantangan dan kesukaran hidup sehari-hari mereka tidak gelisah dan panik. Mereka tahu ke mana harus mengarahkan diri dan kepada siapa mesti melabuhkan maksud hati.

Berbagi bersama

Mereka tidak pernah membuang makanan atau menyimpan atau menyisakan sisanya. Bunda dengan bijaksana telah menakar dengan tepat seberapa yang diperlukan oleh keluarganya. Mereka makan serba cukup. Sebelum mengolahnya, sudah diberikan kepada orang yang membutuhkan. Mereka tidak pernah memberi untuk fakir miskin  dari sisa makanan setelah mereka kenyang. Tidak. Mereka memberi, sebelum mereka mengatur yang tepat untuk keluarga mereka sendiri. Mereka memberi dan berbagi dari bagian yang mereka butuhkan sendiri.

Keindahan pesona rumah Nasaret tak terlukiskan. Kebersamaan sebagai sebuah keluarga sangat terasa. Aura kasih sayang dialami secara penuh oleh setiap mereka. Sungguh, cinta itu terukir dalam hati, terpahat dalam rumah mereka, dan menyebarkan aroma kasih sayang ke seluruh penjuru dunia. Tidak heran, Yesus manusia yang bertumbuh kembang dalam rumah Nasaret ini, memiliki cinta manusiawi yang sangat besar kepada segala orang dan semua hal ketika Ia berkarya. Sebab diri-Nya sepenuhnya terserap oleh kasih manusiawi Maria dan Yosef dan kasih Ilahi Allah secara penuh dan sempurna.

Dari rumah kecil ini, terpancar kasih dan damai yang abadi. Dari rumah ini, segala karakter hidup manusiawi dan ilahi tumbuh dengan subur, dirawat oleh setiap anggota keluarganya. Dari Rumah Nasaret  yang jauh tersembunyi dan tak kelihatan, terpendam ratna mutu manikam, mutiara indah tan ternilai yakni  kasih sayang dan damai yang dirindukan oleh semua ciptaan di bumi. Allah  yang dari keabadian di surga tinggi, sudi menyejarah di dunia ini, menjejakan kaki-Nya di bumi. Di rumah Nasaret, Allah sudi berdiam di tengah keluarga manusia, dan mengangkat martabat  kehidupan rumah tangga setiap keluarga ke dalam Keluarga Allah.

Pesona rumah Nasaret ini, hanya dapat dirasakan dalam batin, jika hati terbuka untuk mengkontemplasikan rumah Nasaret sumber kasih sayang ini. Syair-syair lagu Rumah Nasaret ini, menggambarkan pesona rumah Nasaret, dalam kesederhaan imani.

“Rumah Nasaret pendamkan ratna mutu manikam.Sinar-Nya terangi hati, beri damai sejati. Permata apa namanya, indah mulia warna-Nya. Itulah kesederhanaan, ujudnya HANYA TUHAN.” **hmartine