Menanti menit-menit terakhir tahun 2018, kita merenungkan salah satu seruan dalam Litani Keluarga Kudus yang terakhir. Keluarga Kudus yang menjadi penopang harapan dalam kematian, sucikanlah kami. Rasanya tepat sekali, seruan ini direnungkan di penghujung tahun untuk mengingatkan kita sekali lagi, bahwa setiap waktu detik hidup kita, selain sudah ada sumber dan dasar, kita juga memiliki penopang harapan. Memang seruannya adalah penopang harapan akan kematian, yang sekaligus berarti Keluarga Kudus adalah penopang harapan dalam merajut kehidupan baru di hari baru tahun baru 2019.
Akhir-akhir ini, kita menyaksikan dan mengalami berbagai bencana alam, malapetaka yang tidak dikehendaki yang terjadi dengan tiba-tiba dan merenggut segalanya dalam hitungan detik. Kisah-kisah pilu tersebut diperkuat dengan banyaknya korban yang berjatuhan, yang sebelumnya tak terpikirkan, meskipun kita semua sudah tahu bahwa kematian akan kita hadapi hanya kapan dan dengan cara seperti apa tidak kita ketahui. Tidak seorang pun dari kita menginginkan kematian yang tiba-tiba.Kita menghendaki kematian yang bahagia, yang layak. Ketakutan akan kematian, kesakitan dan malapetaka semakin merobek ketentaram setiap jiwa. Meskipun banyak yang secara lahirian kelihatan baik-baik saja, penuh tawa canda, namun di hati kecil, dalam kesendirian, dirundung kegelisahan yang tak ternamai. Banyak orang mencari pemulasan dari kegelisahan dalam jiwa dengan berbagai kegiatan. Kita memilih untuk memaknai segala peristiwa dan kegelisahan banyak jiwa dengan kembali menggali sumber dan dasar hidup beriman kita dalam Allah Tritunggal.
Allah yang tidak kelihatan namun kita imani dan kehadiran-Nya yang kita rasakan sepanjang hidup kita dan sepanjang masa, tergambar dengan nyata dalam diri Keluarga Kudus Yosef Maria Yosef. Hal ini dipertegas dalam Litani Keluarga Kudus Nasaret pada kalimat seruan awal yakni Yesus Maria Yosef, gambaran Tritunggal Maka Kudus di dunia. Luar biasa. Kehadiran-Nya nyata teralami dan mengatasi segalanya.
Keluarga Kudus yang telah banyak menderita dalam kesukaran hidup sehari-hari dengan kesukaran-kesukaran besar, telah mengalami kemenangan yang luar biasa yang mewariskan teladan istimewa bagi setiap kita. Belajar bagaimana mengatasi kesukaran dan penderitaan dari Keluarga Kudus merupakan keharusan. Yang perlu kita pelajari adalah bagaimana menjaga dan menghidupkan api harapan dalam jiwa kita, dalam diri kita dalam segenap keberadaan hidup kita. Tidak dipungkiri, kesukaran, duka nestapa dan penderitaan, yang disikapi dengan kurang bijak dapat mematahkan harapan kita. Dalam dan bersama Keluarga Kudus Yesus Maria Yosef, seluruh harapan kita terwujudkan. Tidak hanya untuk saat kematian kita namun untuk kehidupan nanti dan kini.
Penopang Harapan dalam Kematian
Kita tidak perlu menunggu sampai hampir menjelang ajal, menunggu sudah berusia pensiun dan ketika uzur, baru menaruh harapan pada Keluarga Kudus. Kematian itu sesuatu yang pasti, sama seperti kehidupan juga sesuatu yang pasti. Setiap malam kita tidur, dan selalu pasti kita bangun kembali dengan sendirinya pada pagi hari. Begitulah rutinitasnya, sehingga kadang kita terlena dan banyak kali menyadari bahwa mukjizat kasih Allah yang memberi harapan hidup kepada kita, terjadi setiap hari, bahkan setiap waktu. Selalu ada tangan yang tak terlihat yang membangunkan kita dan membimbing setiap langkah hidup kita.
Dalam arti yang lebih dalam dalam persepktif iman, kematian yang dimaksud tidak sekadar kematian badan yang berarti kita meninggal dunia. Kematian yang dimaksud adalah kematian terhadap aspek – aspek kehidupan yang negative. Di mana-mana kita sedang mendengungkan dan memperjuangkan hidup yang berkarakter. Karakter positif, karakter imani, karakter kristiani yang sesuai dengan nilai-nilai Injili, nilai-nilai Kristiani. Semua kita berjuang setiap waktu untuk semakin memiliki keutamaan iman, harapan dan kasih. Memiliki kebajikan kebijaksanaan, keadilan, keberanian dan pengendalian diri. Kita sedang berjuang dengan keras untuk menghasilkan buah-buah roh sebagai karakter terbaik antara lain kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri ( Bdk.Galatia 5 :22-23).
Kehidupan berkarakter iman kristiani, tidak begitu mudah dimiliki jika hidup kita tidak dipimpin oleh Roh Allah, Roh Kudus. Hanya dengan memberi diri dipimpin oleh Roh Kudus, berkehendak kuat dan berkemauan baja disertai usaha sekeras batu karang, buah-buah Roh itu jadi milik kita. Kita perlu mati terhadap kekuatan daging, kekuatan kegelapan dan kekuatan lainnya yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Kematian terhadap kuasa-kuasa kedagingan dan kuasa-kuasa di luar Allah ini, tidak mudah dengan kekuatan kita sendiri. Kita butuh topangan yang teguh. Topangan itu adalah Keluarga Kudus.
Keluarga Kudus Yesus Maria Yosef, telah mati terhadap kedagingan diri sendiri, dan hidup bagi Allah saja. Pengosongan diri merupakan disposisi dasar batiniah untuk membiarkan Allah menaburkan benih-benih harapan dalam jiwa. Benih harapan ini bertumbuh subur meski di tengah derita bila dipelihara. Keluarga Kudus sungguh menjadi mitra Allah yang setia, yang layak dipakai Allah dengan bebas untuk rencana dan kehendak-Nya. Harapan mereka sepenuhnya hanya bergantung pada Allah saja. Mereka layak kita jadikan tatapan untuk membentuk dan memelihara api harapan kita yang telah berkobar.Kematian terhadap sifat dan karakter buruk menjadi mungkin bersama Keluarga Kudus.
Penopang Harapan dalam Kehidupan
Hidup ini terlalu indah untuk dihidupi, layak dinikmati dan disyukuri tanpa henti. Tidaklah pantas jika hari-hari yang indah, dijalani tanpa arah, seolah-olah penuh beban dan bermasalah. Keluarga Kudus memandang kehidupan sebagai anugerah bukan sebagai masalah atau beban. Keluarga Kudus menjalani hidup bersama Allah sendiri, meski pun mereka hidup di tengah-tengah orang lain dan sibuk seperti semua orang lain di dunia ini.Mereka juga banyak mengalami duka nestapa, tapi tetap saja bersama Allah. Kenyataannya memang, Allah hadir secara nyata di tengah mereka dalam diri Yesus. Yesus menjadi sumber kesukaan dan harapan hidup mereka. Yesus yang hadir di tengah keluarga mereka adalah arah tatapan hidup mereka satu-satunya. Tidak ada kesukaan lain.Tidak ada tatapan lain.
Kehidupan yang dimaksud dalam perspektif iman, tidak sekedar hidup yang sedang kita lakoni ini, tapi juga kehidupan abadi. Kehidupan abadi, tidak tiba-tiba diraih, sesaat ketika kita hendak menghembuskan nafas terakhir tetapi sudah dimulai sekarang ini. Keluarga Kudus Nasaret telah menjalani kehidupan mereka sebagai peziarah di dunia ini, yang tangannya tidak lepas dari tangan Allah, yang matanya tak pernah berkedip menatap Allah. Karena itu mereka tidak tersandung, tidak tersesat, tidak berlambat-lambat, tidak salah paham, atau salah arah. Tidak.
Di antara ketiga pribadi ini, tidak berjalan sendiri-sendiri, tetapi bersatu, bersama, bergandeng tangan. Yesus, Maria dan Yosef memiliki pandangan, pikiran, perasaan dan harapan yang sama, sehingga tidak seorang pun di antara ketiganya yang jadi penghambatn perjalanan mereka kepada kehidupan kekal. Tidak. Mereka melangkah seiring sejalan, senasib sepenanggungan.Kemuliaan kehidupan mereka raih dengan gemilang, meski selama hidup tidak kurang penderitaan dan kesukaran. Mereka pantas jadi teladan utama menopang harapan kita akan kehidupan sekarang ini dan hidup kekal. Bersama Keluarga Kudus kita pastikan dalam melangkah penuh harapan, menatap cahaya harapan dengan penuh sukacita meski di luar sana ribuan ramalan akan ancaman derita seolah di pelupuk mata. Bagi kita orang beriman, tanpa tnada alam, tanpa ramalan pun, kita semestinya sudah menyadari sejak awal, bahwa penderitaan dan salib adalah jalan utama yang harus kita susuri, bahkan jalan satu-satunya. Hanya berpegang pada Keluarga Kudus, menjadikan kita merasa aman, nyaman dan tenang.
Menatap Cahaya Harapan Baru
Membangun harapan di tengah nestapa dan ancaman derita masih mungkin bagi kita semua. Sebab harapan selalu ada bagi orang yang percaya. Harapan selalu hidup dalam diri orang yang mengandalkan kekuatan dan kekuasaan Ilahi.Harapan harus hidup dalam jiwa setiap orang beriman, apa pun terjadi. Harapan menghidupkan nyala api iman, menyuburkan kasih dan mengobarkan sukacita. Harapan tidak mengecewakan.
Menatap cahaya harapan berarti memfokuskan pandangan pada pribadi penuh pengharapan. Memandang cahaya harapan berarti mengarahkan seluruh kekuatan akal budi, pikiran, perasaan dan segenap daya kepada Sang Sumber kehidupan dan kematian yakni Allah sendiri. Bagaimana cara memandang Allah Sang Empunya kehidupan? Kita mempunyai contoh unggul dan istimewa yang menjadi gambaran Allah Tritunggal di dunia yakni Keluarga Kudus Yesus Maria Yosef. Bagaimana caranya? Semua cara sudah jadi milik Anda antara lain berdoa, merenungkan Sabda Firman Tuhan dan terutama melaksanakan firman Tuhan dengan perbuatna baik dan amal bakti dalam ketaatan iman sebagai tanda Anda mengasihi Allah.
Selama ini, tanpa Anda kehendaki, bahkan tanpa Anda minta, Keluarga Kudus telah selalu menuntunmu di jalan pengharapan yang penuh kepastian. Bahkan ketika Anda kurang menyadari atau menelantarkan peran sentral mereka membimbingmu sampai kepada kematian dan kehidupan. Mereka tidak menunggu sampai Anda terkapar tiada daya dan putus asa.Mereka telah selalu menolong Anda melewati jalan-jalan kehidupan yang berat penuh kesukaran dan ancaman penderitaan meski mungkin Anda selama ini mengira, Anda mampu keluar atau bebas dari duka nestapa karena kekautan dan kemampuan Anda berupaya sekuat kemampuan.
Sekarang, ketika Anda tahu dan mulai sadar bahwa Keluarga Kudus, Yesus Maria Yosef adalah sosok yang menopang harapan dalam kematian dan kehidupanmu, selama ini, apa yang hendak Anda lakukan? Jangan menunggu terlalu lama untuk berpikir atau sekadar merenung, sebab waktu terus berlalu, dan Anda semakin dekat dengan kesukaran dan penderitaan besar di hadapan Anda. Anda mungkin tidak sadar bahwa sudah sedang berada di tepian jurang kebinasaan, atau mungkin sesaat lagi terpesorok ke dalam perut bumi. Apapun situasi itu, raihlah tangan Yesus Maria Yosef saat ini juga, pegang kuat-kuat tangan mereka, apapun yang bakal terjadi, tak perlu kuatir, bersama Keluarga Kudus, Anda pasti selamat sampai kepada kehidupan. Jangan menatap masalah. Jangan memandang penderitaan. Jangan berbicara tentang kesukaran di antara kita yang memupuskan harapan. Berbicara dengan mereka, tataplah Keluarga Kudus Nasaret, raih tangan mereka…Bersama mereka, berjalanlah dalam harapan.Anda akan dituntun sampai tujuan bahkan mungkin saat anda tidak tahu bahwa telah sampai pada kehidupan. Keluarga Kudus yang menjadi penopang harapan dalam kematian, sucikanlah kami, doakan kami dan selamatkan kami.AMIN.*hm
Recent Comments