Selamat Natal. Kita masih berada dalam suasana Natal yang penuh sukacita. Adakah yang tidak mengalami sukacita  Natal? Barangkali ada, jika Natal dikaitkan dengan berbagai peristiwa hidup yang mendukakan hati. Seseorang memposting sebuah ucapan  selamat Natal di sebuah media sosial, sekaligus dengan ungkapan dukacita. ” Selamat natal Kawan, dan selamat jalan menyambut sukacita di surga”. Sebuah ungkapan dukacita yang telah dipoles dengan ucapan selamat natal untuk sahabatnya yang berpulang tepat pada hari Natal. Saya kagum, kawan ini memaknai Natal dan kepergian sahabatnya dari dunia ini, sebagai suatu kesempatan yang sama untuk merayakan sukacita  di surga.Tentu ada rasa sedih namun ketika peristiwa ini dimaknai secara imani, telah memberikan sebuah kesaksian iman akan sukacita kekal yang disediakan di surga.

Tentang sukacita Natal, saya selalu ingat akan Bunda Maria dan Bapa Yosef sebagai pemeran utama saat-saat menjelang Natal dan sesaat setelah kelahiran Yesus, Yesus menjadi pusat utama seluruh kisah dan peristiwa Natal. Maria dan Yosef justru ikut serta berperan dalam seluruh sukacita Natal ini karena Yesus, Sang Putra Allah yang menjadi manusia, juru selamat dunia, Imanuel, Allah yang menyertai kita.

Setiap perayaan Natal, saya selalu ingat  kalimat-kalimat indah yang tertera dalam Konstitusi nomor 5  dan 6 : ” Ketika sudah saatnya, Allah berpaling kepada manusia dan mengutus Putera-Nya ke dunia untuk menyelamatkan manusia dan memperdamaikan manusia dengan Putera-Nya yang lahir sebagai manusia lemah di tengah umat manusia.Dalam diri Maria dan Yosef, umat manusia menerima kehadiran Yesus dengan iman dan penuh syukur. Di dalam Keluarga Suci, kehendak Allah dinyatakan kepada Maria dan Yosef yang hidup sederhana dan tersembuyi di nasaret. Mereka memandang  kehendak Allah sebagai tugas penting dalam mencari dan mendengarkannya. Mereka manyalurkannya dengan penuh syukur kepada orang lain, dan membawa orang ke dalam satu keluarga Bapa.”

Saya hanya ingin merenung tentang  bagaimana Bunda Maria dan Bapa Yosef   merayakan kelahiran Yesus pada awal mulanya dengan penuh iman dan syukur. Suatu sukacita cinta, sukacita ilahi yang tak terlukiskan. Suatu rasa syukur yang tak terkatakan dan kasih mereka yang meluap-luap tak terbendungkan. Tidak ada yang  tersisa atau disimpan, semua tentang syukur dan sukacita. Dan sukacita itu, diwartakan, disebarkan, disalurkan, dibagikan kepada orang lain dengan penuh syukur dan sukacita. Ini tentang Bunda Maria dan Bapa Yosef. Semua kita pasti meyakini hal yang sama. Jika kita yang merayakan hari ini dengan penuh sukacita, lebih lagi syukur dan sukacita Maria dan Yosef saat kelahiran Yesus. Meskipun saat-saat menjelang kelahiran, bukanlah saat yang penuh eforia dan kegembiraan melainkan suatu saat-saat penuh rahmat dalam keheningan. Segala hal yang terjadi menjelang kelahiran Sang Putra Ilahi, tidak menjadi penghalang rasa syukur dan sukacita mereka. Sebab sukacita mereka tidak terletak pada  peristiwa-peristiwa dan kejadian yang mereka alami atau keadaan di sekitar mereka, atau respon orang lain, tetapi semata-mata didasarkan atas cara Allah melakukan karya kasih yang maha besar untuk dunia, untuk mereka dan untuk segenap ciptaan, dulu, saat itu, kini dan selamanya. Sukacita mereka terletak pada disposisi batin mereka menerima dengan tangan  terentang, hati terbuka lebar, dan wajah penuh senyum ceria menerima kehadiran Tuhan Yesus, tanpa komplein.

Maria dan Yosef tahu betul dan menyadari dengan hati  yang penuh ketulusan, bahwa mereka memiliki kekurangan, mungkin kegelisahan, barangkali juga tidak tentram, kurang sempurna menyiapkan segala hal yang dibutuhkan untuk menerima kehadiran Yesus. Namun, Allah tetap memperlihatkan kasih- Nya, menyatakan cinta-Nya dan tetap melakukan rencana besar-Nya untuk keselamatan umat manusia dalam diri Yesus dengan melibatkan Maria dan Yosef secara penuh dalam seluruh kehidupan Yesus. Maria menyadari Allah membutuhkan dirinya untuk mengandung, melahirkan, mengasuh, merawat dan membesarkan Yesus. Yosef pasti menyadari juga bahwa Allah membutuhkan dirinya untuk menjadi ayah bagi Yesus, yang mencari nafkah, mengasuh dan membesarkan Yesus.Maria dan Yosef menyadari bahwa seluruh dunia membutuhkan mereka. Dia yang sedang  menanti  Sang Juru selamat. Maria dan Yosef menyadari bahwa di tengah perjuangan mencari tempat yang layak untuk kelahiran Yesus, tempat yang nyaman untuk membaringkan-Nya, di tengah penolakan manusia, mereka tetap bersukacita dan menerima semuanya dengan penuh syukur.

Kita boleh meyakini bahwa Maria dan Yosef sangat mengerti arti menjadi bahagia dan sukacita  di tengah pergumulan hidup. Sebagaimana dinyatakan oleh bapa Paus Fransiskus dalam homili Natal  tahun ini. Saya ingin mengutipnya beberapa  kalimat penting.  “Aku ingin mengingatkanmu bahwa menjadi bahagia bukan berarti memiliki langit tanpa badai, atau jalan tanpa musibah, atau bekerja tanpa merasa letih, ataupun hubungan tanpa kekecewaan. Menjadi bahagia adalah mencari kekuatan untuk memaafkan, mencari harapan dalam perjuangan, mencari rasa aman di saat ketakutan, mencari kasih di saat perselisihan. Menjadi bahagia bukan hanya menyimpan senyum, tetapi juga mengolah kesedihan.Bukan hanya mengenang kejayaan, melainkan juga belajar dari kegagalan. Bukan hanya bergembira karena menerima tepuk tangan meriah, tetapi juga bergembira meskipun tak ternama. Menjadi bahagia adalah mengakui bahwa hidup ini berharga, meskipun banyak tantangan, salah paham dan saat-saat krisis. Menjadi bahagia bukanlah sebuah takdir, yang tak terelakkan, melainkan sebuah kemenangan bagi mereka yang mampu menyongsongnya dengan menjadi diri sendiri. Menjadi bahagia berarti berhenti memandang diri sebagai korban dari berbagai masalah, melainkan menjadi pelaku dalam sejarah itu sendiri.Bukan hanya menyeberangi padang gurun yang berada diluar diri kita, tapi lebih dari pada itu, mampu mencari mata air dalam kekeringan batin kita.”  Jika sukacita karena cinta bukan hanya sekedar perasaan bahagia, tetapi sebagai buah roh, maka sukacita merupakan anugerah Allah semata yang pantas diterima dan disyukuri. Menjadi nyata bagi kita bahwa Maria dan Yosef adalah manusia yang luar biasa, yang istimewa, yang merayakan syukur dan menebar pesona kasih dengan penuh sukacita. Syukur dan sukacita mereka sejak awal mula Natal pertama di Betlehem, kita rayakan sampai saat ini. Dan kiranya, sukacita Natal telah memenuhi hati kita dan membawa kita semakin mendekat, melekat erat pada Allah dan mengasihi sesama.

Sukacita seperti ini seyogyanya tidak berhenti sampai masa Natal berakhir, tapi baiklah kita membuat pilihan untuk senantiasa bersyukur dan bersukacita. kita memilih untuk bersyukur sekaligus menyadari bahwa setiap pergumulan yang kita lalui dalam hidup, hanya untuk kita lalui. Apalagi jika dilalui bersama Tuhan, maka  setiap pergumulan dan setiap penderitaan  bisa kita bawa kepada-Nya dalam  doa – doa, adorasi dan devosi, dalam perayaan sakramen dan terutama sakramen Ekaristi dan rekonsiliasi agar kita benar-benar bisa dengan sungguh-sungguh untuk menerima Dia yang selalu ingin hadir dalam hati kita, setiap hari tidak hanya selama Natal.

Sukacita adalah tanda sempurna kehadiran Tuhan dalam hidup kita. Sukacita inilah sukacita Maria dan Yosef, atas kehadiran Yesus dalam keluarga mereka, dalam dunia.  Dan karena ini adalah kehadiran Tuhan, maka ini dimaksudkan untuk dibagikan, bukan untuk disimpan.  Kita dapat  meminta Tuhan memenuhi kita dengan sukacita itu hari ini dan seterusnya. Satu-satunya cara adalah dengan meminta anugerah sukacita kepada Tuhan. Izinkan Dia dengan kuasa kasih-Nya memenuhi hati kita dengan sukacita. Meminta hadiah  natal kepada Tuhan adalah satu hal, sedangkan  mengijinkan Yesus  memberi kita hadiah  adalah hal yang lain dan Natal membuat kita dapat  menerima hadiah itu. Kita bisa saja selalu berdoa dan meminta anugerah dari Tuhan, namun tangan atau hati kita tertutup.  Kita  tidak dapat menerimanya. Namun, tangan dan hati kita harus terbuka. Kita perlu membuka hati dan tangan kita untuk berkata, “Tuhan Yesus, penuhi aku dengan anugerah sukacita itu. Penuhi aku dengan karunia pelayanan. Penuhi aku dengan karunia cinta sehingga aku dapat melakukan hal-hal yang Engkau kehendaki, dan yang membuat aku bersukacita.

Kita juga dapat memohon dengan perantaraan Keluarga Kudus, yang dipenuhi Allah dengan karunia syukur dan sukacita yang besar, menjadi perantara kita untuk belajar bersyukur dan bersukacita dalam segala hal. Belajar untuk semakin menjadi sederhana dan rendah hati, sekali lagi pelajaran menjadi sederhana dan rendah hati seperti Maria dan Yosef. Sebab Tuhan berkenan datang, masuk, tinggal dalam hati yang sederhana dan rendah hati yang menerima-Nya dengan penuh syukur dan sukacita dan bergegas menyalurkannya kepada orang lain. Semoga sukacita Natal memenuhi hati kita, sepanjang  jalan hidup kita.*hm