Rekonsiliasi berarti berubah. Berubah berarti memulai sesuatu yang baru.Memulai sesuatu yang baru ditandai dengan keberanian penuh kesadaran meninggalkan masa lalu yang nyaman namun suram menuju kepada masa depan, hari baru yang penuh ketentraman dan kedamaian meskipun penuh tantangan dan butuh pengorbanan.
Kita semua memiliki pengalaman mengampuni sesama dan diampuni.Acap kali kita lebih merindukan diri kita dipahami, dimengerti, dimaafkan sesama bahkan kesalahan kita dilupakan, ketika kita berbuat salah. Namun tidak jarang, ketika orang lain yang bersalah pada kita, tidak mudah bagi kita untuk mengerti, memahami, mengampuni dan melupakan kesalahan sesama. Perilaku hidup kita kadang tidak fair.
Kadang pengalaman sederhana yang dialami sesama dalam mengembangkan sikap rekonsiliasi penuh kasih, menginspirasi kita untuk berubah. Bisa juga pengalaman sederhana kita dalam memberi kesempatan kepada orang lain yang kita ampuni, bisa menginspirasi sesama kita.Kita sering bercermin dan meniru sikap dan perilaku sesama dalam hal yang baik maupun yang kurang baik. Tidak ada kans untuk menuju rekonsiliasi sejati, kalau kejahatan dibalas dengan kejahatan, kekerasan dengan kekerasa, gigi ganti gigi, balas dendam supaya sama-sama merasakan penderitaan. Tidak, untuk orang beriman yang menaruh harapan pada Tuhan.
Pertobatan orang beriman tidak sekadar rangkaian kata-kata indah tetapi dikonkretkan dalam kehidupan yang nyata. Bertobat harus lahir dari kedalaman hati yang tulus, wujud iman dan kasih kepada Tuhan.Meski sulit untuk mewujudkan pertobatan dan rekonsiliasi sejati, bagaimanapun harus tetap diupayakan, dihayati dan dihidupi. Sekecil apapun usaha kita menuju rekonsiliasi sejati, pasti ada buahnya, karena rahmat menjadikan hidup kita berubah dan berbuah. Rekonsiliasi sejati menghasilkan perubahan batin dan berbuah kasih. *** Eli
Recent Comments