Kita telah tiba di penghujung tahun 2021, di mana seluruh permenungan sepanjang tahun bermuara para tridium menjelang Pesta Keluarga Kudus. Setiap bulan, Roh Kudus telah membimbing kita secara istimewa melalui permenungan yang dibagikan oleh para nara sumber dengan berbagai sub tema. Kita pun telah diteguhkan dengan retret, dengan tema yang sama. Harapannya, dengan permenungan secara teratur dari waktu ke waktu kita semakin berkembang dalam pemahaman, pengetahuan iman dan terutama dalam tindakan iman untuk mewujudkan kehendak Allah di bumi ini dalam kehidupan kita sehari-hari sesuai semangat Keluarga Kudus Nasaret.

Tema yang sama kita bergumul bersama Allah di bawah bimbingan  Roh Kudus  dalam Tridium untuk “Mencari dan melaksanakan kehendak Allah seperti Keluarga Kudus Nasaret.” Fokus utama permenungan kita selama tridium adalah mengamati, mengenali gerak batinku dalam mencari, menemukan, menanggapi dan melaksanakan kehendak Allah”.

Konstitusi nomor 7 :

Maria taat pada kehendak Allah melalui pewartaan malaikat, Yusuf taat kepada kehendak Allah melalui mimpi, dan Yesus taat pada kehendak Bapa dalam tugas perutusan-Nya.

Konstitusi nomor 19 :

Ketika Maria mendengar kabar gembira dari malaikat Gabriel bahwa ia dipilih untuk ikut serta dalam misteri penjelmaan dengan ibu Yesus, Maria belum siap menerimanya. Setelah dialog dengan malaikat dan dilihat sebagai KEHENDAK ALLAH dalam rencana penyelamatan, maka ia menempatkan diri sebagai hamba Tuhan katanya : “ Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan, jadilah  padaku menurut perkataanmu itu.”

Dalam Injil Lukas 1 : 26 – 38, kita baca bahwa malaikat Tuhan datang kepada gadis muda, Maria dengan salam yang mengejutkan Maria. “ Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau. Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya apakah arti salam itu. (ay 28-29). Malaikat tahu situasi batin Maria, sehingga dengan segera ia menenangkan keterkejutan Maria. “Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah (ay 30). Malaikat melanjutkan pernyataan yang tidak dapat dibayangkan sebelumnya. “Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.(ay 31). Malaikat masih melanjutkan dengan penjelasan tentang IDENTITAS ANAK yang akan dikandung dan dilahirkan nanti. Dia Anak Allah yang Maha Tinggi( ay 32). Dia Raja dan kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan ( ay 33). Maria tidak mengerti bagaimana ia dapat menjadi seorang ibu. Malaikat terus meyakinkan Maria bahwa hal itu terjadi bukan atas kekuatan manusia melainkan kekuatan Tuhan. Roh Kudus akan turun atas Maria, dan kuasa Allah yang maha tinggi menaunginya secara tetap. (ay 34).

Sambil mengatasi keterkejutannya, Maria bergumam dalam doa dan mengajukan pertanyaan dalam hatinya, “Sungguhkah ini kehendak Tuhan yang khusus bagiku? Apakah Tuhan sungguh menghendaki hal ini dariku, untuk mengandung, melahirkan seorang anak laki-laki, dari kuasa Roh Kudus, Anak Allah yang maha Tinggi, yang suatu waktu jadi Raja yang Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan? Maria ingat, ini yang selalu ada dalam keinginan hatinya, yang didoakan dan dirindukannya yakni :melaksanakan kehendak Allah dalam segala hal. Sekarang kita membayangkan,mungkin Maria ingat tokoh-tokoh dalam Perjanjian Lama: Abraham dan Sara istrinya yang dikaruniai anak di masa tua. Maria ingat Yakub yang mendapatkan hak kesulungan. Maria ingat Yusuf yang dibuang ke Mesir tapi akhirnya menjadi penyelamat kaum dan bangsanya. Mungkin Maria ingat wanita-wanita suci dalam Perjanjian Lama: Hanna yang mandul tapi telah memohonkan dengan sangat kepada Tuhan dan dikaruniai anak pada usia tua yakni Samuel. Mungkin juga Ester, Yudith, Ruth wanita  biasa yang dipilih Allah untuk melaksanakan kehendak kudus-Nya.

Kita dapat membayangkan, ketika Maria sedang mengingat, Malaikat menambahkan : “ Sesungguhnya Elisabet, sanakmu itu, ia pun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu”(ay 36). Maria terperangah dan mengangkat muka.Nama yang disebut malaikat itu tidak asing, bukan nama yang tadi diingatnya di masa lampau, tetapi Elisabet sanaknya sendiri yang sangat dikenalnya. Hatinya berdebar-debar, penuh senyuman manis dipandangnya malaikat Allah di hadapannya. Belum sempat dia menjawab, malaikat menambahkan alasannya : “Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil”(ay 37). Jawaban yang tadinya sudah di ujung lidah kini meluncur dengan lancar, “ Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.(ay 38). Selesai, tidak ada yang perlu dijelaskan lagi. Tidak ada pertanyaan dari Maria atau pernyataan tambahan dari malaikat. Tidak ada, dengan segera malaikat itu meninggalkan Maria.

Dalam perjalanan waktu, Maria perlahan semakin paham bahwa kehendak khusus dari Allah baginya adalah menjadi seorang IBU. Ibu yang seperti apa dan bagaimana yang dikehendaki Allah? Jawabannya ada dalam proses waktu,dalam rancangan Allah. Yang dikehendaki Maria mula-mula  adalah menginginkan kehendak Allah terjadi atas dirinya sepenuhnya, apapun itu. Selain itu, Maria memang sepanjang waktu itu selalu melaksanakan kehendak Tuhan yang umum sebagaimana orang Yahudi saleh lainnya, kaum anawim yang mengimani dan mengandalkan Yahwe dalam segala hal. Maria taat kepada Hukum Taurat. Allah sendiri yang memandang disposisi batin Maria yang secara total menginginkannya, memberikannya kepercayaan untuk menjadi Ibu dari Sang Putra yang menjelma menjadi manusia.

Maria mungkin sedang mempersiapkan diri menjadi mempelai bagi Yusuf dan ‘ibu insani’ dalam pertunangannya dengan Yusuf dalam hidup berumah tangga. Tapi Allah menghendaki Maria menjadi mempelai Roh Kudus dan Ibunda Putra Allah yang maha Tinggi. Inilah kehendak khusus Allah bagi Maria.Tidak pernah ada dalam benaknya, bukan rancangan atau impiannya, apalagi ambisi manusiawi seperti pada umumnya. Maria sungguh-sungguh secara murni  dianugerahi Allah menjadi Ibu Sang Putra atas kehendak bebas Allah dan dalam kendali Allah yang maha tinggi dan maha kuasa. Maria menerima kehendak Allah dengan hati terbuka, siap,bebas, dan penuh sukacita.

Mengapa Maria siap meski pun kehadiran malaikat tiba-tiba? Karena sejak semula Maria selalu menginginkan kehendak Allah terjadi atas dirinya secara penuh. JIka ada kehendak demikian, maka apapun yang dikehendaki Allah, Maria siap. Maria juga sudah terbiasa melakukan segala hal yang dikehendaki dalam hukum Taurat. Maria pasti siap menerima dengan segala konsekuensinya sebagai seorang ibu, karena sebagai perempuan, terbuka peluang menjadi ibu dari hakekatnya sebagai perempuan. Tempat yang tidak tergantikan oleh orang lain, tidak bisa dialihkan, tidak bisa ditinjau ulang atau dibiarkan begitu saja. Menjadi Ibu Juruselamat,meski bukan cita-cita atau impiannya, tetapi Maria memiliki peluang dan segala disposisi batin yang sudah layak dipilih Allah menjadi Ibu. Maria juga mengerti dengan baik, kerinduan Israel yang menantikan kehadiran Mesias. Kerinduan hati Maria sebagai seorang Israel sejati “bertemu” dengan kerinduan Allah yang sudah sejak zaman dahulu kala mau menyelamatkan umat-Nya. Telah diusahakan dengan berbagai cara melalui pra nabi.Inilah cara terakhir Allah, yakni mengutus Putera-Nya sendiri menjadi manusia untuk menyelamatkan umat-Nya. Dan dalam diri Maria, Allah menemukan “seorang yang tepat” untuk mewujudkan rencana dan kehendak-Nya. Dari pihak Allah, tentulah selama ini telah mempersiapkan Maria sedemikian rupa  melalui berbagai rahmat yang dicurahkan.

Jika Allah menghendaki sesuatu terjadi atas seseorang, memang sungguh hanya untuk orang tersebut. Apapun alasannya, entah bagaimana caranya, cepat atau lambat, pasti akan jadi. Allah memang berkuasa dan berdaulat. Apapun terjadi, mau atau tidak mau, suka atau tidak suka, kekuatan dan kekuasaan Allah akan menaungi, mempengaruhi, akan bekerja secara penuh dalam diri orang yang dipilih-Nya. Seperti kepada Maria, Allah juga pasti mempersiapkan kita untuk tugas perutusan tertentu dengan rahmat yang diperlukan. Maka jika kita memiliki hati yang terbuka untuk melakukan kehendak Allah yang umum, di situlah “latihan dasar” pendewasaan diri kita baik secara manusiawi, mental dan spiritual, atau pun juga pengetahuan dan skill untuk kehendak Allah yang khusus. Kita akan dapat merasakan dalam batin, suatu dorongan yang kuat, yang bahkan sering melebihi kemampuan untuk kerja sama dengan rahmat Allah dan mewujudkannya.

Allah tidak pernah salah memilih kita karena Allah mengenal siapa kita. Allah juga tidak pernah memilih kita untuk melakukan kehendak-Nya tanpa diberinya modal atau bekal. Sudah selalu ada modal berupa bakat, kemampuan, kecuali kita mungkin belum menyadarinya, atau belum tahu cara mengembangkan, atau bisa jadi kita mengabaikan. Seperti Bunda Maria sudah memiliki modal iman dan harapan yang besar kepada Yahwe. Modal ketaatan kepada Hukum Taurat. Maria sudah memiliki modal  hidup yang bersahaja, tekun dalam doa, berelasi intim dengan Allah sejak masa kanak-kanak. Maria sudah memiliki modal seorang yang dicintainya Yusuf yang bakal jadi suami untuk melindunginya. Singkatnya, sudah ada karakter tertentu, orang tertentu, situasi tertentu yang melingkupi seseorang untuk melakukan kehendak khusus Allah melalui tugas perutusan.

Demikian juga kepada kita. Modal apa yang sudah kita miliki? Sudahkah  dipelihara, dirawat, dikembangkan sehingga ketika tiba saat yang dikehendaki Allah, kita dapat merasakan itulah kehendak Tuhan bagiku secara khusus yang tidak diberikan pada orang  lain. Kita memiliki “passion’ semangat, gairah, cita rasa, feeling  yang kuat ” di situ, sementara orang-orang lain mungkin tidak sebesar yang kita miliki. Orang lain mungkin punya, yang bisa dipelajari.Tapi jika kita yang dihendaki Allah, maka sesederhana apapun, mungkin tak kelihatan, tapi Tuhan yang memiliki hati dan menguji sanubari tahu, siapa yang tepat yang dipilih untuk melaksanakan kehendak-Nya secara khusus. Orang yang disiapkan Allah, bisa berjalan sendiri bersama Allah, tidak tergantung pada dukungan manusia karena ia mengandalkan Allah. Mungkin banyak tantangan dan kesukaran, mungkin pula dirinya merasa lemah dan tak berdaya.Tapi Allah dapat melakukan sesuatu justru dalam diri orang-orang yang lemah, sederhana, tapi yang hatinya terbuka lebar untuk rahmat Tuhan.

Bukan hal-hal besar, bukan soal profesi atau jabatan, tetapi tentang tindak cinta yang Allah inginkan hanya dari kita, untuk dipersembahkan kepada Allah melalui pelayanan kasih kepada sesama. Mempunyai “passion yang kuat” berarti memiliki hati, punya cinta, punya cita rasa, punya ketahanan batin, punya harapan yang melebihi antusiasme, punya gairah yang luar biasa, punya impian tapi realistis, punya daya-daya kreatif untuk mewujudkan kehendak Allah itu.Terutama memiliki iman akan Allah dan keyakinan diri yang positif dan seimbang. Akan ada perbedaan antara orang yang melakukan atas kemauan sendiri atau yang memang dikehendaki Allah. Lihat saja dari buahnya. Kata Yesus, dari buahnya, kamu akan mengenal mereka. Kita juga dapat cek diri kita sendiri dengan melihat buah yang kita hasilkan. Buah apa itu? Buah – buah Roh. Ada kasih, sukacita, damai sejahtera,kesabaran, kemurahan,kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.( Gal 5 :22). Tuhan menghendaki kita yang melakukan kehendak-Nya, menghasilkan BUAH yang TETAP, bukan musiman. ( bdk. Yohanes 15 : 16-17).

Untuk sampai kepada hal ini, Mazmur 1 menolong kita. Siapa yang merenungkan firman Tuhan siang malam, dan taat melaksanakannya, ia bagaikan pohon di tepi aliran sungai yang daunnya tidak pernah layu, apa yang dihasilkannya bermutu, dari akar, batang, ranting, daun, bunga dan buah semuanya berguna. Ini bukan sekedar bualan atau perumpamaan, tapi kebenaran firman Tuhan yang harus kita imani.  Menjadi lebih jelas dari sabda Yesus : Barangsiapa tinggal dalam Aku dan AKU dalam DIa , ia berbuah banyak. ( bdk Yohanes 15 ; 1- 8).

Salah satu yang menghalangi kita mengenal   kehendak Allah antara lain PENOLAKAN juga mengabaikan. Ditinjau dari pengalaman manusiawi, penolakan ini lebih karena belum paham atau tidak menyadari bahwa “Roh Kudus akan turun dan menaungi”. Atau sesuai konteks dalam tridium ini, kita“BELUM atau TIDAK menghendaki kehendak Allah terjadi atas kita. Hidup masih sebatas rencana dan impian serta cita-cita sendiri. Tapi kita merasa sudah melakukan kehendak Allah. Jika kita belajar seperti bunda Maria untuk peka, dan melakukan dengan tekun, taat dan setia sekarang ini, apapun yang dipercayakan kepada kita, yakinlah  itulah kehendak Tuhan untuk kita saat ini. Dan Allah dimuliakan melalui kita. h.martine

REFLEKSI :

  1. Baca, renung Konstitusi nomor 7 dan 19. Adakah kemiripan pengalaman Suster dengan pengalaman Bunda Maria dalam konstitusi nomor 19?
  2. Apakah pelayananku sudah menghasilkan buah bagiku dan orang yang kulayani? Buah Roh yang mana?
  3. Adakah hambatan bagi suster dalam melakukan kehendak Allah? Temukan dan tulislah hambatannya. Dari mana sumber hambatannya?
  4. Apa yang suster upayakan untuk mengubah hambatan menjadi peluang untuk melaksanakan kehendak Allah?
  5. Kisahkan kepada Bunda Maria dalam doa, apa kerinduanmu.

( Syering renungan dalam Tridium jelang Pesta Keluarga Kudus thn 2021 dengan tema : Mencari dan Melaksanakan Kehendak Allah seperti Keluarga Kudus Nasaret).