Tema rekoleksi kita pada bulan pertama di tahun 2019 ini adalah “Gambaran Allah dalam hidupku”. Sejak menerima tugas ini, sekilas saya sudah berpikir-pikir, kira-kira apa yang di-share-kan dalam permenungan ini. Sampai waktu tinggal  seminggu, semakin merenung, semakin tidak tahu apa yang mesti dituliskan. Saya merasa  sedikit tahu dan mengerti, tapi tidak mampu merumuskan dalam bentuk tulisan. Bagaimana pun, saya harus tetap merumuskannya, sebagai suatu bentuk tanggung jawab moral atas kesadaran telah ambil bagian dalam tugas rekoleksi ini.

Saya akhirnya sadar, bahwa persis pengalaman saya menyiapkan rekoleksi ini, ALLAH tak bisa sekadar dipikirkan, direnungkan, dirumuskan dan dituliskan. Terlalu naïf jika saya katakan demikian dari kesadaran saya, tetapi itulah kenyataannya. Saya akhirnya sedikit menyesal, mengapa saya berani sekali mengambil tema pertama ini sesudah kapitel, suatu tema yang tidak mudah. Waktu itu, saya rasa sangat percaya diri tetapi sekarang saya kehilangan semua rasa itu.

Realitaku  Pengenalan Akan Allah

Dari pengalaman ini, saya mengakui bahwa saya ternyata belum mengenal Allah secara baik, sebagaimana Gereja harapkan dari anak-anaknya. Maka, saya ubah saya sesal saya menjadi rasa syukur. Syukur yang berlimpah kepada Tritunggal Maha Kudus, bahwa bukan kebetulan, saya menerima tugas ini, tapi rahmat sebab hal ini menjadi kesempatan yang tepat bagi saya untuk menggali secara lebih dalam dan belajar mengenal Allah.Saat membaca referensi, saya menjadi sadar, bahwa selama ini, sangat kecil usaha saya untuk mengenal Allah. Allah terlalu dalam, luas,tak terjangkau,tak terkatakan, tak terbatas, yang berujung pada pengakuan bahwa benar adanya, Allah adalah misteri.  Namun meskipun misteri, Allah tetap dan selalu berkenan menyingkapkan rahasia-Nya secara perlahan-lahan kepada setiap orang secara personal, sejauh mereka mencari-Nya dengan segenap hati. Saya sampai pada kesimpulan pribadi dan mengakui sekali lagi, pantasan kalau cara hidup saya sampai saat ini segini-ginian saja…yach…wajar karena memang  pengenalan saya akan Allah sangat minim,usaha saya untuk mencari dan mengenal Allah juga “nyaris” seadanya saja, baik dari segi pengetahuan/pemahaman maupun praktek hidup beriman. Saya menamai diri saya dalam penemuan ini, masih “terjebak dalam suatu “rasa religius palsu”, mengira sudah tahu dan sudah kenal Allah namun ternyata tidak  tahu apa-apa. Rasa inilah, yang menjadi sumber  utama, lemahnya kehendak dan kemauan untuk berkobar-kobar mencari Allah. Tapi, Syukur kepada Allah, meskipun keadaan saya seperti ini selama ini, toh..saya tetap dikasihi Allah sedemikian rupa.

Tema umum  rekoleksi selama tahun 2019 “ Menjadi  Tanda Unggul “ signum primarium // Menjadi saksi kasih KKYMY. Bagaimana mungkin saya dapat menjadi tanda unggul. Untuk apa menjadi unggul? Untuk siapa keunggulan itu, aspek apa saja yang mesti unggul, apa pentingnya menjadi unggul? Setidaknya rekoleksi perdana tahun ini, mesti mengantar pada tema umum itu, semacam pengantar untuk sepanjang tahun dalam permenungan panjang  tentang “signum primarium”. Saya menemukan jawaban  jauh dalam lubuk hati saya : “ Hanya dengan mengenal Allah secara benar, mengakui dan mengimaninya,serta mencintai-Nya dengan segenap hati, saya baru memahami dengan hati yang bening dan budi yang jernih bahwa menjadi unggul begitu penting, sebab dengan cara demikian, sebenarnya saya mengambil bagian dalam memancarkan kemuliaan Allah dalam seluruh keberadaan hidup, pelayanan, tutur kata, pikiran, perasaan dan tindakan saya. Pengenalan yang kurang benar, kurang tepat,sempit atau seadanya saja, bagaimana pun berpengaruh pada diri saya, meskipun pengenalan ini suatu proses panjang, namun mesti menunjukkan adanya perkembangan, sebab demikianlah yang dikehendaki Allah, hari demi hari, semakin bertambah kasih saya kepada Allah. Saya tidak mungkin mengasihi secara baik, benar dan total, jika tidak tahu, tidak kenal siapa yang saya percayai, yang saya cintai dan bagaimana seharusnya sikap saya di hadapan-Nya.

Karena saya tidak mampu merumuskan bagaimana dan seperti apa Allah itu, maka saya memutuskan untuk mengutip saja dari buku Iman Katolik, Youcat, Konstitusi  untuk kita renungkan bersama. Saya percaya, Allah bekerja dengan cara yang ajaib, unik dan istimewa untuk setiap suster, dan cara-Nya memperkenalkan diri kepada suster adalah khas. Syering realitas saya  kiranya membantu Suster dalam permenungan yang lebih dalam,  seberapa jauh dan mendalam pengenalan Suster akan Allah.

Siapakah Allah?

“Allah itu ada yang sempurna tanpa batas, yaitu Tritunggal Mahakudus “. Allah mewahyukan diri-Nya kepada Musa sebagai Allah yang hidup “Allah Abraham, Allah Ishak, Allah Yakub ( Kel. 3 : 6). Allah juga mewahyukan kepada Musa nama-Nya yang penuh misteri “Aku adalah Aku ( YHWH).Sejak PL , nama Allah yang tak terucapkan diganti dengan gelar TUHAN. ( KKGK 38). Siapakah Allah Tritunggal yang kita imani? Allah yang kita imani adalah Allah Tritunggal yang memiliki sifat-sifat khas.Secara hakekat, Allah adalah Bapa, Firman dan Roh Kudus. Dan ektiganya adalah satu ( 11 Yoh 5 :7).Sifat utama-Nya adalah KASIH. “Allah adalah kasih”( 1 Yoh 4 : 8).Rasul Agung Paulus merangkum hakekat dan sifat utama Allah itu dengna bagus ekali.”Kasih karunia Tuhan  Yesus Kristus dan kasih Allah dan persekutuan Roh kudus menyertai kamus ekalian”(2 Kor 13:13). Dalam relasi dengan manusia, kasih Allah itu bersifat GRATIS, MURAH HATI DAN PENUH KERAHIMAN.Allah adalah kasih, yang Maha rahim.Allah bapa, Putra dan Roh Kudus hidup dalam persekutuan kasih. Tetapi Allah tiudak berdiam dalam diri-Nya sendiri melainkan bergerak keluar untuk MENCIPTAKAN, MEMEPRKENALKAN DIRI DAN MENYELEMATKAN MANUSIA DAN SELURUH CIPTAAN. ( BS –SMGP NO.4)

Hanya Allah sendiri yang ada dari kekal sampai kekal, Dia mengatasi dunia dan sejarah.Dialah yang menciptakan langit dan bumi. Dia adalah Allah yang setia yang selalu dekat dengan umat-Nya untuk menyelamatkannya.Dia adalah kekudusan tertinggi “penuh dengan belaskasihan ( Ef 2:4), selalu siap untuk mengampuni.Dialah ADA yang spiritual, transenden, mahakuasa, abadi, personal, dan sempurna. Dia adalah kebenaran dan kasih.( KKGK 40).

Kita tahu bahwa Allah adalah kebenaran atas dasar kredibilitas Yesus. Dia adalah “Jalan, Kebenaran dan Hidup ( Yoh 14 : 6).Siapapun yang menjalin hubungan dengan-Nya dapat merasakan bahwa Allah adalah Jalan, Kebenaran dan Hidup.( YOUCAT 32) .Allah dalam diri-Nya sendiri ( hakekatnya) adalah KASIH ( Yoh 4 : 8,16), yang memberikan diri-Nya secara penuh dan cuma-cuma dan yang “begitu besar kasih-NYa akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan anak-Nya yang tunggal supaya dunia diselamatkan melalui DIA ( Yoh 3 : 16-17). Dengan mengutus Putra-Nya dan Roh Kudus, Allah mewahyukan bahwa DIA sendiri adalah pertukaran cinta yang abadi ( KKGK 42). Allah tidak hanya menyatakan bahwa DIA adalah kasih, namun Ia membuktikannya : “Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya ( Yoh 15 : 17). Pembicaraan mengenai cinta kasih Ilahi ini, Yesuslah yang membuktikannya dengan wafat-Nya di kayu Salib, tempat Ia menyerahkan nyawa-Nya bagi para sahabat-Nya. ( YOUCAT 33)

 Allah itu Misteri

Karena wahyu dan iman, manusia diperbolehkan mengenal Allah.Iman mempertemukan manusia sungguh-sungguh dengan ALLAH.Tetapi Allah tetap Allah, dan tetap misteri. Ia “bersemayam dalam terang yang tak terhampiri; seorang pun tak pernah melihat Dia dan memang manusia tidak dapat melihat Dia ( I Tim 6 : 16).Sesudah Allah mewahyukan diri, Allah tetap misteri.”Tak seorang pun yang pernah melihat Allah;tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dia-lah yang menyatakan-Nya”( Yoh 1 :18).Kristus mewahyukan Allah : “Barangsiapa melihat Aku, ia melihat Bapa”( Yoh 14 :9).Meski demikian, Allah tetap misteri. ( Iman Katolik hal.131).

Dengan kedatangan Kristus, Allah tetap tidak kelihatan dan gambaran mengenai Allah tetap tidak sama dengan Allah sendiri.Padahal manusia selalu berhubungan dengan Allah melalui gambar dan imajinasidalam pikirannya. Maka ada banyak gambaran mengenai Allah, yang semuanya berasal dari manusia sendiri.Gambaran  mengenai Allah dari seorang anak berbeda dengan gambaran seorang dewasa. Gambaran-gambaran itu biasanya sesuai dengan alam pikiran orang, dipengaruhi oleh keadaan sosio-psikisnya.Kit aharus tetap membedasakan antara gambaran yang dibuat manusia dan kenyataan Allah sendiri, karena Allah sesungguhnya tidak bisa digambarkan secara penuh. ( Iman Katolik hal.133)

Gambaran kita mengenai Allah, selalu harus dihadapkan kepada gambaran yang diberikan oleh Yesus.Tetapi perlu disadari bahwa Yesus pun berbicara dengan bahasa dan gambaran manusia. Sering Yesus menggunakan perumpamaan yang dimabil dari hidup dan kebudayaan zaman itu. Gambaran Kitab Suci pun tidak sama dengan Allah sendiri.Perlu diperhatikan apa yang dikatakan Yesus kepaa perempuan Samaria :” Allah itu Roh, dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam Roh dan kebenaran.” ( Yoh 4 :24). Orang beriman harus senantiasa berpangkal pada pengalaman hidup dan waspada terhadap segala  pengertian dan penggambaran yang mau mengkonkretkan Allah yang dicari. Kita “masih jauh dari Tuhan, sebab hidup kita adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat” ( 2Kor 5 :7).

Iman adalah pergumulan terus-menerus mencari cahaya yang terang.” Supaya orang dapat beriman diperlukan rahmat Allahyang mendahului serta menolong, pun juga bantuan batin Roh Kudus, yang menggerakkan hati dan membalikkan kepada Allah, membuka mata budi dan menimbulkan pada semua orang rasa manis dalam menyetujui dan mempercayai kebenaran ( DV 5). Dalam iman orang tidak memiliki pegangan lain kecuali Allah sendiri, yang menyatakan diri dalam bentuk insani. Maka dalam iman, manusia harus senanatiasa mangatasi gambaran dan pandangan manusiawinya. Penghayatan hubungan dengan Allah selalu lebih penting daripada gambaran dan pengertian. (IK hal 133-134).

Kristus, Gambar Allah yang tidak kelihatan ( Kol 1 :15-23)

Melalui Yesus Kristus, Allah yang tak kelihatan menjadi kelihatan. Dia menjadi manusia seperti kita. Dalam diri Yesus Kristus, Allah sendiri hadir di dunia.Yesus adalah sabda terakhir Allah Dengan mendengarkan Dia, seluruh umat manusia dari segala zaman,dapat mengenal siapa Allah dan mengetahui  apa yang perlu bagi keselamtan mereka. Allah menunjukkan kepada kita, dalam Yesus Kristus kedalaman cinta-Nya yang penuh belas kasih ( Youcat 9,10). Sebagai gambar Allah, Kristus berinkarnasi menggambarkan Allah di dalam atribut-atribut-Nya ( kekudusan, kasih, keadilan, kebenaran,dll) dalam karya-Nya (penciptaan dan penebusan) dan kehendak-Nya.Kristus adalah gmabar Allah yang tidak kelihatan yaitu “gambar wujud Allah” ( Ibr 1 :3), gambar Allah yang sempurna secara mutlak di dalam segala sesuatu.Sebagai gambar wujud Allah, Yesus Kristus adalah Allah , karena hanya Dia yang adalah Allah yang bisa menjadi gambar wujud Allah.”Semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa( Yoh 5 : 23).Sebagai gambar Allah yang kelihatna dan hidup, Kristus adalah kemuliaan Allah ( Ibr 1:3).Cahaya kemuliaan Kristus ini menyebabkan kita menyembah Dia sebagai Allah yang menyatakan diri dalam rupa manusia( 1 Tim3 :16).

Kristus adalah “gambar hidup “ dari Allah. Sebagai gambar Allah yang tidak kelihatan, hanya bisa dikenal dengan IMAN. ( Yoh 14 : 9 – 11)  Meskipun Allah yang tidak kelihatan menjadi kelihatan dalam Yesus Kristus, banyak orang yang melihat-Nya di dalam rupa manusia, tidak melihat kemuliaan Allah dalam diri Yesus.Meskipun mereka melihat Dia yang adalah gambar Allah, pikiran mereka “dibutakan” oleh iblis sehingga mereka tidak percaya ( 2 Kor 4 :4). Kita yang percaya saat ini tidak pernah melihat Kristus dalam rupa manusia, tetapi kita tetap mengasihi Dia( 1 Ptr 1 :8) dan berbahagia, karena “berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya ( Yoh 20 :29).  Sebagai gambar Allah, Ia menjadikan Bapa dikenal oleh kita dengan cara yang jauh lebih mendalam dan kaya daripada melalui cara apa pun atau melalui siapa pun di dalam ciptaan atau bahkan melalui seluruh ciptaan sekaligus! Bagaimana dengan kita? Apakah sudah melihat kemuliaan Kristus sebagai gambar Allah yang tidak kelihatan? Karena mereka berasal dari “ujung-ujung bumi” yang “memandang” kepada-Nya dengan iman akan “diselamatkan”.

Siapakah Yesus Kristus sebagai Gambar Allah yang nyata?

Bagaimana gambaran Allah dalam hidupku? Kalau Yesus adalah gambaran Allah yang tidak kelihatan, maka yang menjadi pokok permenungan kita  adalah “Bagaimana peran Yesus  dalam hidupku?” Siapakah Yesus dalam pengalaman dan penghayatan imanku secara personal? Bagaimana Ia berperan dalam hidupku, sebagai apa dan bagaimana cara-Nya dan bagaimana tanggapan saya terhadap peran dan kehadiran-NYa? Tentang siapakah Yesus terungkap dengan sangat  jelas dalam syahadat singkat : “Putra Allah yang tunggal, Tuhan kita, Yang dikandung dari ROh Kudus, dilahirkan oleh perawan Maria, yang menderita sengsara dalam pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, wafat dan dimakamkan, yang turun ke tempat penantian, pada hari ketiga Ia bangkit,yang naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa yang maha kuasa, dari situ Ia akan datang mengadili orang hidup dan mati. ( Iman Katolik hal.217)

Yesus Kristus adalah Tuhan atas dunia dan Tuhan atas sejarah karena semuaya diciptakan untuk Dia. Semua orang telah ditebus oleh Dia dan akan dihakimi oleh-Nya.Yesus adalah kepada dan hanya kepada-Nya kita bertekuk lutut dalam pujian. Kita dapat mengalami kedekatan dengan-Nya terutama dengan merenungkan Kitab Suci, dengan menyambut sakramen-sakramen, dengan menolong orang miskin dan berkumpul bersama dalam  nama Dia :” Di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Mu, Aku ada di tengah-tengah mereka ( Mat 18 :20) Youcat 110

Keunggulan Yesus yang ditampilkan dalam Konstitusi

Kehadiran Yesus Kristus, keunggulan dan keistimewaan  yang digambarkan  dalam konstitusi kita selalu dalam kaitan dan kesatuan dengan KKYMY. Sejauh permenungan saya, ada 7 pokok  penting keunggulan Yesus  yang tercantum dalam bagian identitas KKS ( Bab I Konstitusi) sbb :

  1. Yesus Kristus adalah “Sang Terang yang menerangi setiap orang, yang sedang datang ke dalam dunia. ( Konst.4)
  2. Yesus Kristus , Putra Allah yang lahir sebagai manusia lemah di tengah umat manusia, untuk menyelamatkan manusia dan memperdamaikan manusia dengan ALLAH. ( Konst.no 5)
  3. Yesus Kristus hidup tersembunyi di Nasaret bersama Maria dan Yosef ( Kosnt.no.6)
  4. Yesus Kristus yang taat kepada kehendak Bapa dalam tugas perutusan-Nya ( Kont.no.7)
  5. Yesus Kristus berjuang mewartakan kerajaan Allah dalam kesederhanaan, ketaatan dan kesiapsediaan( Konst. No.9)
  6. Yesus Kristus yang berinkarnasi ( menjelma jadi manusia) mengalami penolakan, tantangan dalam pelayanan dan perbuatan kasih ( Konst.no.10) dan sangat menderita atas penolakan yang menyebabkan-Nya wafat di kayu salib ( Konst.No,26)
  7. Yesus Kristus berelasi mesra dengan Allah Bapa-Nya: sejak masa muda membiasakan diri dengan renungan dan doa; berkeliling berbuat baik sambil senantiasa berdoa; pendalaman doa pribadi dengan tekun dan setia selama puluhan tahun,( konst.no.16). Berdoa di tengah kesibukan, mencari tempat yang sunyi untuk berdoa, secara istimewa berdoa dan berpuasa 40 hari sebelum mengawali karya-Nya, sedang berkarya, bersyukur dan bergembira, berdoa pada saat penting; memilih para murid,saat akan mengambil keputusan memilih kehendak Allah ( menderita, sengsara, wafat demi keselamatan manusia); berdoa utuk kesetiaan para muri, keselamatan kaum beriman dan seluruh umat; berbagi dengan para murid bagaimana cara Ia berdoa, mengajar para murid berdoa; sikap /cara doanya : penuh kepercayaan, kerendahan hati dan kesederhanaan ( Konst. No.53).

Kita  sudah puluhan tahun mengenal dan mengimani Kristus dan sudah bertahun-tahun mengikuti Kristus secara lebih dekat melalui Kongregasi ini. Kita telah rela sedia, menanggalkan identitas lama kita dan berkomitmen mengenakan identitas baru dalam Kristus, menjadi seperti Kristus, hidup sebagaimana Kristus hidup. Pertanyaan penting bagi kita, dalam kaitan dengan keunggulan Kristus “Sang Gambar Allah yang tidak kelihatan” yang tertera dalam Konstitusi kita, apakah sudah sungguh dihayati, dihidupi, sehingga seluruh keberadaan hidup kita “dirasuk, dijiwai” oleh Kristus.

Apa arti “dijiwai atau dirasuk oleh semangat  Yesus Kristus ( yang adalah gambaran nyata  Allah Tritunggal yang tidak kelihatan)? Dijiwai berarti kita mengakui bahwa Yesus ( dalam kebersatuan dengan Allah Tritunggal ( dalam perspektif ke-Allahan-Nya dan dalam kebersatuan dengan Keluarga Kudus Maria dan Yosef dalam “kemanusiaan-Nya) merupakan SASARAN IMAN KITA, DASAR DAN SUMBER HIDUP KITA dan  MODEL HIDUP BERIMAN dan HIDUP RELIGIUS kita. ( BS-SMGP no.5)

Keunggulan dalam Hidupku

Menjadi tanda unggul dalam memberi kesaksian hidup, mengandaikan kita tahu, sadar dan memiliki keunggulan-keunggulan. Tidak mungkin menjadi tanda unggul, sementara saya tidak tahu, aspek apa yang diunggulkan yang saya miliki secara personal. Bagaimana pun, mau atau tidak mau,suka atau tidak suka, sadar atau kurang /tidak sadar, siap atau tidak siap, cepat atau lambat, menjadi seorang suster KKS, HARUS MENJADI TAMPILAN KELUARGA KUDUS”. Ini  bukan tuntutan baru tapi sudah seharus dan selayaknya karena merupakan konsekuensi logis dari hidup yang Suster sudah pilih. Mengapa demikian? Jawabannya : karena suster telah dengan sadar memilih cara hidup seperti Yesus Kristus hidup dalam semangat Hamba sebagaimana dicontohkan Keluarga Kudus. JIka tidak mau seperti ini, atau tidak siap menjadi tampilan Keluarga Kudus, berarti Suster sendiri mengingkari jati diri  atau identitas asali suster sebagai suster KKS.

Untuk membantu kita menemukan keunggulan kita, tetap perbandingan kesejajarannya adalah dengan Yesus Kristus sebagaimana yang ditampilkan dalam Konstitusi sebagai identitas khas.( bukan dibandingkan dengan orang kudus lain atau sesama yang lain.Tidak). Refleksi tujuh pokok keunggulan Yesus Kristus khas identitas KKS yang terungkap di atas ( silahkan yang mau menambah refleksi untuk menemukan pokok-pokok lain), akan membantu kita menjawab pertanyaan dasar di atas. Sudah sejauh mana, seberapa dalam “ gambaran Allah nyata dalam hidupku” ( baca : Yesus hidup dalam diri/hidupku). Suster akan menemukan, seberapa persen Suster sudah memiliki keunggulan dan akhirnya  dapat menemukan dan menyadari “ apakah saya sudah layak dan siap  signum primarium/tanda unggul.

Tentu saja, semua melewati proses panjang, dalam pergumulan, perjuangan seumur hidup suster. Namun, proses panjang itu sendiri, tidak bisa dijadikan alasan untuk berlambat-lambat atau menunda-nunda hal-hal yang dapat Suster lakukan sekarang sebagai sebuah pembiasaan dan pola hidup. Maka itu, ada tiga hal penting dalam proses  ini adalah kesadaran, ketetapan hati dan komitmen untuk taat dan setia. Tanpa kesadaran, tak seorang pun akan mencerminkan identitasnya. Pancaran identitas dari suster lain, tidak mewakili identitas Suster. Sama juga dengan pancaran identitas komunitas lain, tidak mewakili komunitas suster. Berkaitan dengan soal identitas KKYMY, Anda adalah diri  Anda yang adalah seorang suster KKS. Kesadaran tanpa ketetapan hati untuk menghayati juga tidak berguna sama sekali. Kesadaran, ketetapan hati tanpa komitmen untuk taat dan setia, juga sia-sia. Apa yang telah disadari, ditekuni, ditaati,  hari ini, juga berlangsung terus-menerus  tiap-tiap hari, sampai hari terakhir hidup Suster. Baru dengan demikian, gambaran Allah dalam hidupku sebagai suster KKS semakin nyata dan hidup

Mulailah sebuah hubungan baru dengan Yesus…Kata-kata, alasan, tidak begitu penting untuk Yesus. Mulailah membuka diri dan undang Yesus masuk, berdiam dan berkarya dalam diri Suster. Mulailah membuat komitmen baru untuk dibaharui oleh Yesus. Kapitel sudah berlalu, 67 putusan sudah di  tangan Suster. Mulailah sekarang bersama Yesus, Maria dan Yosef, dalam kesatuan dengan Allah Tritunggal dan kebersamaan dengan komunitas, dipastikan Suster menjadi “Signum primarium” tanda Unggul, Tampilan Keluarga Kudus.Tidak ada yang terlalu sulit untuk dilakukan. Menjadi sulit jika suster terlalu lama berpikir yang rumit dan mempertimbangkan terlalu banyak, padahal yang diminta Cuma : datanglah kepada Yesus dan MULAILAH.*hm

Referensi : Buku Iman katolik, YOUCAT Indonesia,  Kompendium Katekismus Gereja Katolik, Buku Saku “Sukacita Menjadi Gereja Partisipatif dan Konstitusi.