Tak seorang pun yang meragukan kiprah Mgr.Vitus Bouma , SSCC dalam upaya memajukan dunia pendidikan dan pengajaran di prefektur Bangka Billiton pada masa kepemimpinannya waktu itu. Dalam segala hal, tampak terbatas, tapi angan dan cita-cita Bouma tanpa batas. Kisah indah tetap harapannya yang terkubur begitu lama tertera lembaran-lembaran kisah yang menjadi saksi sejarah yang selalu menggelitik hati putir-putrinya yang merindukan agar suatu saat impiannya yang terkubur, dan cita-citanya yang tertunda digali kembali dan muncul di bumi Bangka ini. Demikian cuplikan kisahnya :
“Pada awal tahun sekolah 1939-1940, monsinyur memikir-mikirkan bagaimana sebaliknya diberi perhatian kepada murid-murid dari Bangka yang bersekolah di Singapore. Seandainnya misi bisa berhubungan erat dengan murid-murid ini, kemungkinan ada mereka yang sesudah tamat menjadi berguna. Untuk perkembangan Bangka. Tetapi tinggal cita-cita saja. Tak terjadi sesuatu yang konkrit.”
Meski demikian, bukan berarti, Bouma tinggal diam dan tidak berjuang. Impian boleh tersimpan dalam hati.Cita-cita boleh terasa jauh seperti masih tergantung di langit. Impiannya boleh terunda bahkan lama sekali. Tapi selama kakinya masih berpijak di bumi, segala daya upaya dilakukan.
Bouma memiliki visi yang jelas sekaligus sangat cemerlang untuk masa yang akan datang. Apapun yang dilakukan dan dikerjakan, tidak sekedar ada. Tidak ada yang sekadar jadi, tetapi mesti memiliki kualitas yang tinggi. Ini sangat tampak dari bangunan-bangunan gedung yang dirancang dan dibangun, terbukti kokoh sampai saat ini. Untuk meneruskan dan melanjutkan impiannya tentang para pekerja misi, tidak cukup mengundang berbagai Kongregasi untuk berkarya di tanah misi ini, tetapi berjuang mendirikan Kongregasi biarawati pribumi.
Tentang pendidikan, telah dipikirkan jauh sebelum Indonesia merdeka, yakni bagaimana kiranya jika murid-murid cerdas dari Bangka bisa bersekolah di Singapura. Bouma berandai-andai jika sekiranya misi berhubungan erat dengan murid-murid ini, sehingga kemungkinan dari murid-murid yang sudah tamat sekolah di Singapura, menjadi berguna untuk menolong tanah misi dan perkembangan Bangka pada umumnya.
Bouma memiliki visi pendidikan yang cemerlang, agar sekolah misi menjadi sekolah modern, yang dapat beradaptasi dengan situasi.Sekolah yang dapat bersaing dengan yang lain. Semoga yang tidak asal ada nama tetapi sekolah yang modern. Tentang hal ini, tertera dengan jelas dalam buku riwayatnya.
“Monsinyur berhasrat supaya sekolah-sekolah misi akan menjadi sekolah modern, yang bisa bersaing dengan sekolah-sekolah negeri, tetapi dengan demikian pembangunan sekolah menjadi sangat mahal, …”.
Bouma terus belajar dari berbagai hal terutama regulasi pemerintah pada masa itu, serta berbagai tuntunan dan tuntutan yang diperlukan untuk sebuah pendidikan yang bermutu. Bouma tidak takut sekolahnya dinilai, disupervisi atau diakreditasi, istilah zaman kini. Bouma justru mengundang para inspektur, mereka yang berwenang menilai, agar dia mendapatkan masukan berharga apa yang perlu dilakukan, diperbaiki dan ditingkatkan. Sungguh tidak mudah dalam perjuangan ini seperti masa sekarang ini. Tapi tetap saja dilakukannya dengan sepenuh hati. “…seringkali Bouma mengundang inspektur-inspektur, untuk mendapat jaminan bahwa mutu sekolah-sekolahnya cukup tinggi. Setelah monsinyur mengundang inspektur sekolah seringkali dengan sia-sia saja,…”.
Seperti kita tahu dan yakini, usaha tidak pernah mengkhiati hasil. Segenap semesta akan berpihak kepada mereka yang berjuang sedemikian kuat dan keras, kendati seperti berpeluh darah dan lelah tak terkatakan. Bukan waktu yang singkat, namun semua ada dalam tatanan Ilahi. Terbukti perjuangan itu membawa hasil, yang mau tidak mau diakui oleh para petinggi pada masa itu. Kekagumannya pada Bouma dengan segala kepiawaiannya dan pola pengelolaannya untuk pendidikan misi, meski tidak secara langsung, tetapi bolehlah mendapatkan apresiasi positif. Tentu untuk seorang Bouma yang rendah hati, kiranya cukup Tuhan saja yang tahu semuanya, tak perlu dirinya mendengar sendiri pengakuan itu, tetapi biarlah semesta bersukacita karena memiliki seorang pejuang dan pencinta pendidikan yang tiada kenal lelah.
“…tiba-tiba suatu hari monsinyur dikunjungi oleh seorang pegawai berpangkat tinggi. Dia berbicara lama dengan monsinyur dan ia harus mengakui bahwa monsinyur ahli dalam materi sekolah. Ketika dia berangkat, ia bertemu dengan seorang peter yang lain, dan bertanya “berapa lama monsinyur sudah di Indonesia hingga dia benar-benar ahli dalam materi yang sulit ini.”
Apresiasi dan respek yang tepat terhadap Bouma ini, tampak lebih sebagai sebuah peneguhan Tuhan atas perjuangannya yang berat. Tantangan yang hampir tidak ada bedanya dengan kesulitan masa kini.Meski tidak mudah, Bouma tidak menyerah pada keadaan. Semakin merasakan kesulitan, semakin keras dia berjuang. Apa pun dilakukan, demi pendidikan. Meski tidak berpolitik tapi Bouma sangat cerdas dalam memainkan strategi yang tepat pada masa yang tepat untuk sebuah tujuan mulia. Bouma belajar dan terus belajar. Bouma berpikir keras dan bekerja keras.
Kunci kesuksesannya memang terletak pada terus-menerus belajar tanpa henti. Belajar yang dimaksud adalah belajar hidup, belajar beradaptasi, belajar segala segala hal yang patut dipelajari dari berbagai sumber yang layak. “Supaya mendapat subsidi untuk sekolah-sekolah, monsinyur mempelajari segala tuntunan yang kompleks mengenai persekolahan, supaya dengan demikian ia mampu mengurangi sikap yang bermusuhan pegawai-pegawai pemerintah belanda.
Hati Bouma terlanjur jatuh cinta dengan realitas keluarga yang membutuhkan pendidikan dan pengajaran. Sehingga kesulitan sebesar apapun tak mampu mengurung hasrat hati untuk melakukan segalanya demi cita-cita luhur ini. Cinta yang selalu menjadi alasan bagi Bouma untuk melakukan segalanya. Segalaya menjadi mungkin karena cinta. Bouma sangat mencintai tanah misi Bangka Biliton. Bouma sangat mencintai misi. Mencinta misi, berarti bercinta jiwa-jiwa, berarti mencintai Allah yang sangat mengasihi setiap anak-anak-Nya. Hatinya sejak semula terpaut dengan yang namanya pendidikan dan pengajaran. Bouma yang sejak muda, sudah akrab dengan ruang kelas dan para siswa. Bouma yang telah menjadi guru, yang sangat dicintai , bersemangat, dan penuh dedikasi, meski tidak pernah memiliki ijazah guru sampai akhir hayatnya. Cinta akan panggilan dan perutusannya, menjadikannya memiliki komitmen yang teguh akan misi yang dimulai dan ditekuniya.
Penulis riwayat hidupnya ini, menegaskan bahwa kerinduan Bouma untuk menjadikan sekolah misi di Bangka menjadi semokah modern, semua tinggal cita-cita, tidak terjadi sesuatu yang konkret. Dapat dipahami, karena memang Bouma telah wafat dalam tawanan setelah kurang lebih tiga tahun ditawan. Karier aktif sebagai pemimpin misi, serta merta hilang lenyap, berakhir sampai di saat itu, Pebruari 1942. Namun, tidak seorang pun mengingkari, bahwa tubuh rapuh boleh terkurung di balik jeruji besi atau terhalang tembok tebal dan tinggi, namun tidaklah demikian dengan angan-angan yang mengembara bebas dalam pikiran dan tersimpan rapi dalam hati. Bahkan seringkali, semakin tubuh dikurung, semakin kebebasan batin dialami, semakin luas cakrawala wawasan, semakin teguh hati.
Bouma telah memulai segalanya dengan baik untuk semua hal di tanah misi. Bouma tahu, apa arah panggilan dan perutusannya. Bouma sadar, porsi yang tepat baginya yang disiapkan Tuhan. Bouma tahu, di jalan mana Tuhan menuntunnya. Sebab untuk setiap orang yang dilahirkan, Tuhan memiliki rencana sendiri yang unik dan istimewa, yang diperuntukkan bagi dirinya untuk kemuliaan Allah. Bouma menaburkan benih di tanah misi, menyiapkan lahan, mencarikan pekerja, menunjukkan di mana harus mencari pupuk dan pestisida jika itu diibaratkan dengan kebun lada atau kebun karet. Ibadat sebuah bangunan, Bouma yang membangun fondasinya, sudah tersedia material yang disiapkan meski seadanya, sudah ada kalping yang dipatoknya, bahkan kayu dan kuda-kuda sudah dirancangnya. Peta dan gambar lokasi, semua sudah terancang dalam bayangan, meski belum mewujud dalam tindakan. Sampai di sini saja, cukup jika Sang Pencipta menghendakinya.
Orang lain, para penerus yang akan melanjutkan semua yang telah dimulai. Tentu saja, sesuai keadaan, situasi masa kini. Tidak ada yang salah jika harapan dan impiannya terkubur sangat lama dan cita-citanya terpendam nyaris tak berbekas. Nyaris tidak ada kisah-kisah seolah lenyap ditelan masa. Namun, semua kita percaya, jika Tuhan menghendaki, tidak ada seorang pun yang dapat mengagalkannya. Mungkin hanya tertunda sedikit waktu lagi, tapi suatu saat pasti akan terwujud. Dan kini saat itu meski baru mulai. Karena, setiap impian dan harapan terbaik, yang muncul dan hadir dalam para pimpinan yang sah, para wakil Allah yang dipercayai, yang kelihatan di bumi ini, adalah represntasi kerinduan, impian dan cita-cita Allah sendiri. Allah sendiri yang merancang, Allah sendiri yang memilih, Allah sendiri yang menaruh hasrat dalam batin Bouma. Allah sendiri yang menetapkan waktu, dan memantapkan langkah dan yang akan memilih orang-orangnya untuk melanjutkan karyanya.
Kami putri-putrinya percaya, dengan penuh iman yang berpengharapan, bahwa di tangan kami, cepat atau lambat, impiannya yang terunda harus terwujud. Pada waktunya semua akan kembali. Yang terkubur akan tergali; yang hilang akan tertemukan; yang patah akan disambung; yang ditanam di masa lampau akan tumbuh; yang terbuang atau terlempar jauh akan diantar kembali; yang pergi akan pulang; yang busuk bahkan sudha jadi humus yang menyuburkan; bahkan yang mati akan hidup. Maksud kami, bukan soal wujud tubuh fana atau benda-benda material yang tertangakap indra, tetapi tentang kharisma dan semangat, tentang spirit dan mimpi, tentang cita-cita dan visi.
Dan kami ada di sini, bersama semua yang namanya sudah disebutkan dalam doa-doa Bouma di masa tawanan, dan dari surga sana, berdiri di sini, untuk mewujudkan impiannya yang tertunda dalam dunia pendidikan. Doa restu dan semangatmu menyertai dan meneguhkan langkah kami.* HMartine
Recent Comments