Merenung Injil Markus 4 : 1 – 20, tentang Perumpamaan tentang seorang penabur, mengingatkan saya akan sebuah  syair lagu yang indah  yang pernah kuhapal di masa muda saat sangat tertarik dengan perumpamaan tentang penabur. Syair-syair lagu ini lebih merupakan sebuah respon dalam bentuk doa atas perumpamaan ini. Lagu yang dinyanyikan oleh Letjie Sampingan. Demikian syairnya :

“Lembutkan hatiku ya Yesus dengan Firman-Mu tiap hari, Lembutkan hatiku ya Tuhan, lembutkan hatiku sekarang. Ada tanah yang keras, di pinggir jalan. Ada tanah berbatu-batu. Ada tanah, yang penuh belukar duri, hingga benih tak dapat tumbuh. O Tuhan, jadikanlah hatiku lembut, seperti tanah yang baik dan subur, hingga benih firman-Mu dapat bertumbuh, berbunga dan berbuah lebat.Lembutkan hatiku ya Yesus, dengan Firman-Mu  tiap hari. Lembutkan hatiku ya Tuhan, lembutkan hatiku sekarang.

Bagi saya, baris-baris syair ini sangat indah, yang merupakan sebuah doa  tulus dari hati yang penuh kesadaran akan  disposisi batinnya di hadapan Allah. Penulis syair lagu ini, tampaknya sungguh sadar bahwa mendengar firman Tuhan setiap hari, belum tentu menjamin hidupnya berbuah kasih yang lebat sebagaimana harapan si penabur. Barangkali orang ini juga sadar, bahwa hatinya sering kali kaku, keras dan gersang. Jika ada benih pun tidak hanya sulit tetapi tak dapat bertumbuh. Orang ini juga sadar, hanya lahan hati yang lembut, subur, layak bagi benih untuk bertumbuh, berkembang menjadi besar, berbunga dan berbuah lebat.

TIdak mudah membuat lahan hati yang keras dan kaku menjadi lembut. Dalam dunia nyata saja, butuh berbagai proses dan waktu yang lama dengan berbagai cara untuk mengubah tanah yang keras menjadi tanah subur. Tak jarang menggunakan teknologi yang canggih untuk mempercepat proses mengubah  lahan yang gersang menjadi lahan subur.

Namun, si penulis syair ini, sadar bahwa Yesus sanggup mengubah hati yang gersang , sekeras batu, menjadi tanah yang layak untuk bertumbuhnya benih Sabda yang menumbuhkan iman, harapan dan cinta. Caranya adalah memohon dengan rendah hati kepada Yesus, untuk menjamah, menyentuh, hatinya. Obatnya pun sederhana, yakni Firman Tuhan atau sabda Tuhan. Prosesnya juga sederhana, yakni  setiap hari, disirami dengan Firman Tuhan. Bukan satu dua hari saja, sekali seminggu, atau sebulan sekali, tetapi meminta  agar Yesus menyiram hatinya dengan Firman Tuhan  tiap-tiap hari sepanjang hari hidupnya agar menjadi lembut dan siap menumbuhkan setiap benih, berkembang dan berbuah lebat.

Mendengar lagu  ini dan merenungkan syairnya, mengangkat hatiku pula untuk memandang kepada Tuhan Yesus, Sang Penabur benih Sabda yang pasti mengetahui dengan sangat baik, struktur dan tekstur  tanah hatiku yang layak untuk Sabda-Nya. Pasti Tuhan mengharapkan setiap butir benih Sabda sekecil apapun itu, jatuh di tanah yang subur dan menghasilkan buah. Aku pun rindu demikian, meski sadar pula, belum semua tempat dalam lahan hatiku  merupakan lahan baik dan subur untuk bertumbuhnya benih firman-Nya itu. Tapi saya percaya, jika Yesus yang menjamah dan berkenan mengerjakan semuanya, perlahan tapi pasti semuanya akan menjadi baik. Aku membutuhkan rahmat Tuhan yang memampukan aku untuk setia dan konsisten untuk membuka hati bagi Tuhan. Aku membuka hati dan memberi kesempatan pada Tuhan untuk mengerjakan segala yang baik dalam diriku melalui Firman-Nya. Aku percaya Sabda Tuhan membuka segala kesukaran, Sabda Tuhan mengenyahkan segala kekerasan hati dan kegersangan jiwa. Segala kekakuan, kekerasan hati, ketegaran dan kegersangan jiwa lenyap karena Sabda Tuhan. Aku membatin ayat firman Tuhan  yang terkecal  ini : “Hari ini, jika kamu mendengarkan Suara-Nya, jangan keraskan hatimu.*hm