Kita dipanggil untuk diutus. Kita diutus untuk mewartakan Kabar Gembira sebagaimana diteladankan Keluarga Kudus. Apa yang mesti kita lakukan dengan perutusan ini? Mari, kita renungkan secara khusus dari Direktorium KKS nomor 2,3 dan 4 halaman 2-6. Di sini tertulis dengan lengkap, gagasan dasar perutusan kita, situasi kita dan apa yang mesti kita lakukan. Dipaparkan situasi pada zaman sekitar awal sejarah Kongregasi, juga zaman sekarang tidak berkurang situasinya. Masalah keluarga selalu ada selama bumi ini masih ada dan manusia hidup di dunia ini. Kita tidak pernah kekurangan lahan atau ladang pelayanan, bahkan bertambah kompleksitas problema yang menanti kita.

Apapun masalahnya, dalam keluarga, gereja dan masyarakat dan di dunia umumnya, bagi kita suster KKS,  solusinya masih sama, senada dan seirama sebagaimana yang tertra dalam Direktorium tentang karisma KKS dalam konteks zaman sekarang. ( Direk hal 2-6)

Demikian pula para suster Dina Keluarga Suci dari Pangkalpinang dianugerahi Allah menjadi “Tampilan-Keluarga-Kudus-Nasaret.”Oleh karena itu kita mempersembahkan diri, seperti Bunda Maria dan Santo Yusuf, menjadi Hamba Tuhan dalam hidup dan pelayanan sehari-hari menghayati serta memperjuangkan nilai-nilai luhur kehidupan( cinta kasih, keadilan, membela kehidupan,dll) dengan melihat kehadiran Yesus dalam diri semua orang yang kita layani dan semua peristiwa yang kita hadapi, baik di dalam maupun di luar komunitas.”( Direk hal.4 alinea 1).

Sebagaimana yang dilakukan oleh Keluarga Kudus Nasaret, yang mampu memandang, mencari, dan mendengarkan kehendak Allah. Demikian pula setiap suster berusaha mencari kehendak Allah, baik secara perorangan maupun bersama, dengan saling mendengarkan dan mengkomunikasikan serta mengambil  keputusan bersama supaya kehendak Allah menjadi nyata di dalam komunitas dan di luar komunitas.” ( Direk hal 6 ayat 1)

“Sebagaimana Bunda Maria dan Santo Yusuf menjadi hamba Tuhan yang taat, penuh iman, harapan dan kasih melaksanakan kehendak Allah yang mau menyelamatkan mereka yang susah dan menderita, bersedia berjalan bersama Yesus baik dalam derita salib, kematian dan kemuliaan kebangkitan.”( Direk hal 5 ayat 2)

“Sebagaimana keluarga Kudus yang tampil di tengah masyarakat telah berusaha mewartakan dan memperjuangkan nilai-nilai Kerajaan Allah. Mereka mengalami kesulitan, penolakan, tantangan, penderitaan sampai di kayu salib. Kita sebagai “Tampilan-Keluarga-Kudus” dalam masyarakat, juga mengalami banyak penolakan, tantangan, kesulitan penderitaan dalam pelayanan, perbuatan kasih karena nilai-nilai Kerajaan Allah yang kita perjuangkan.Dalam semua peristiwa yang kita alami, hendaknya kita mampu menampakkan “Kehadiran Yang Ilahi dalam hidup manusia”.

Dengan menempatkan diri sebagai hamba Tuhan sebagaimana Keluarga Kudus, kita diutus menjadi “Tampilan Keluarga Kudus Nasaret” yang taat, penuh iman, harapan dan kasih melaksanakan  kehendak Allah yang mau menyelamatkan semua orang yang menderita. Semangat sinodalitas ( berjalan bersama Yesus) ditawarkan kepada kita dalam semua situasi yakni baik dalam derita Salib, kematian dan kebangkitan.

Inti sari perutusan yang penting, termaktub dalam spiritualitas. “Para suster sebagai hamba Tuhan dalam hidup sehari-hari, maupun dalam karya dan pelayanan, berusaha beriman,taat,setia, mencintai tugas perutusan Kongregasi dengan membawakan warta keselamtan.Khususnya dalam keluarga-keluarga, kita menanamkan nilai-nilai iman kristiani, yang mampu melihat kehadiran Yang Ilahi dalam hidup manusia.”( direk hl 6 al 1)

Sukacita kita berlandaskan atas kasih karunia istimewa yang dianugerahkan kepada Kongregasi sebagai Tampilan Keluarga Kudus Nasaret. Kita pantas merayakannya dengan penuh syukur dan mewujudnyatakan dalam hidup bersama, pekerjaan, pelayanan dan kerasulan sehari-hari di mana  pun kita berada.

Sebagai satu kesatuan dalam Kongregasi, karunia khusus untuk mengikuti Yesus melalui hidup menurut nasihat-nasihat Injili ( kaul) sebagai kesaksian dari spirit sukacita, dan mengarahkan hidup pada kesempurnaan cinta kasih yang berkobar dan bakti hidup  untuk mengabdi Allah.( Buku saku nmr 22, hal 42).

Karena itu, perutusan kita terkait erat dengan nasihat injil yang kita ikrarkan, yakni nasihat Injil kemurnian, kemiskinan dan ketaatan.( Direkt nmr 28-37,48).Perutusan juga memiliki korelasi yang mendalam dengan hidup doa. ( Direk nmr 55). “…Yesus berdoa dalam karya. Karya Yesus selalu merupakan tanggapanNya  terhadap kehendak Bapa-Nya ( Yoh 6:38) “ Sebab Aku turun dari surga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, melainkan melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku.” Karya-Nya merupakan tanggapan inisiatif Bapa-Nya. Yoh 5 :15 :” Aku berkata kepadamu, sesungguhnya anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya: sebab apa yang dikerjakan Bapa itu juga dikerjakan Anak. Yoh 5:30 “Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri; Aku menghakimi sesuatu sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakiman-Ku adil, sebab aku tidak emnuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku.

Karya Yesus merupakan doa dalam arti tidak berhenti  berkomunikasi dengan Allah dan tindakan nyata atas inspirasi dari Bapa-Nya. Dalam arti itulah harus dipahami “Ia berdoa dalam kesibukan karya-Nya, maka karya dan doa merupakan satu gerak dalam dua dimensi. Karena itu para suster KKS perlu menumbuhkan ketrampilan Rohani, menghayati hubungan antara doa dan karya dalam kesatuan seperti yang diteladankan Yesus.

Bersama dan seperti Yesus, kita merasul sebagai orang yang merdeka dan bebas dalam ketaatan untuk menyebarkan  kehidupan yang dilandasi oleh iman, harapan dan kasih yang membuahkan kegembiraan dan kebahagiaan hidup dalam kehadiran Tuhan sehingga banyak orang merasakan bahwa “ Allah telah melawati umat-Nya.” ( kosnt 67).  Yang dimaksud “Merdeka dan bebas adalah orang yang sadar akan tanggung jawabnya membina relasi dengan Allah secara bebas, dan dengan demikian membentuk orang untuk tumbuh dalam sikap bebas dari macam-macam ikatan dan kecenderungan tidak teratur dalam perutusan ( Direkt. 67 hal 23).

Yang dimaksud Allah melawat umat-Nya adalah kunjungan Allah kepada umat-Nya dalam penjelmaan Sang Sabda. Semua itu dihayati suster KKS dengan cara sebagai berikut : Sebagai Tampilan Keluarga Kudus, suster KKS diharapkan penuh penghayatan cinta kasih persaudaraan di antara para suster, dan demikian mampu menjadi tampilan Yesus sebagai Allah yang melawat umat-Nya. Karena itu orang banyak dapat merasakan kasih Allah dan hidup di dalam kasih yang sama. Itu semua dilakukan secara nyata oleh para suster KKS sesuai dengan karismanya, mengunjungi keluarga. ( Direkt 67 hal 23)

Tentang sukacita dalam perutusan, kita renungkan apa yang diteladankan dan diwariskan  bapa pendiri Mgr.Vitus Bouma,SSCC. “Persatuan akrab  yang dialami Mgr Vitus Bouma, SSSCC ini muncul dalam “kobaran kasih Ilahi dalam diri Mgr,.Vitus Bouma,SSCC, mewariskan kegigihan batin yang muncul dalam mendidik itulah yang diwariskan Mgr.Vitus Bouma, SSCC pada KKS, sehingga mendidik menjadi arus dasar dan utama yang menjiwai seluruh gerak dalam berbagai bidang kerasulan yang nyata.” ( Dikret 70 hal 25)

Di rumah Nasaret, Bunda dan Yosef menjadi pendidik pertama dan utama bagi Yesus. Bunda dan Yosef adalah guru bagi Yesus. Dari Bunda Maria dan Yosef, Yesus kecil belajar tentang hal-hal manusiawi, hidup sebagai seorang manusia. Di rumah Nasaret, Yesus telah menjadi guru besar bagi Maria dan Yosef. Sebagai orang tua mereka belajar mengenal kebutuhan Yesus dan melayani, merawat, mendidik dan membesarkan-Nya. Dari Yesus, Maria dan Yosef belajar karakter Ilahi dari keilahian-Nya. Tidak mengherankan, jika Bouma sangat bersemangat penuh gairah dan sukacita dalam  mendidik dan mengupayakan segala yang diperlukan dalam kaitan dengan Pendidikan dan pengajaran bagi anak-anak dan kaum muda di tanah misi. Jika Pendidikan menjadi arus utama dalam karya perutusan kita, maka bercermin dari  teladan keibuan Maria dan kebapaan St Yosef dalam mendidik Yesus.

Refleksi :

  • Ketrampilan Rohani seperti apa yang sudah suster pahami dan bertumbuh dalam diri suster yang menjadi bekal dalam pelayanan perutusan?
  • Apakah pekerjaan pelayanan dan karya kerasulan Suster sungguh merupakan tanggapan atas inisiatif Bapa yang didengar dan direnungkan dalam doa?
  • Apakah semangat untuk mendidik diri, saling mendidik  dalam komunitas, mendidik generasi muda sudah menjadi arus dasar dan utama yang menjiwai seluruh gerak hidupku dan hidup dalam komunitasmu?