TGL. 27 DESEMBER, HARI KETIGA DALAM OKTAF NATAL, PESTA ST. YOHANES, RASUL DAN PENULIS INJIL “
1Yoh. 1:1-4; Mzm. 97:1-2,5-6,11-12; Yoh. 20:2-8

Saudara-saudari terkasih, hari ini kita merayakan pesta St. Yohanes, Rasul dan Penulis Injil. Ia dikenal sebagai murid yang dikasihi Yesus, saksi mata kehidupan Kristus, dan penulis Injil serta surat yang penuh dengan pesan kasih. Bacaan hari ini mengajak kita untuk meneladani Yohanes: hidup sebagai saksi terang Kristus dan menghadirkan sukacita bagi dunia.

Kisah kebangkitan yang diceritakan oleh Yohanes amat menarik untuk disimak. Warta Maria Magdalena bahwa Tuhan diambil orang dari kubur-Nya membuat Petrus dan murid yang dikasihi berlari dengan tergesa-gesa ke kubur Yesus. Mereka melihat kain kafan dan penutup muka tergulung rapi. Melihat hal itu Petrus tetap terkejut, tetapi reaksi murid yang dikasihi adalah reaksi iman. Ia melihatnya dan percaya. Mengapa bisa terjadi demikian? Intensitas kasih dengan cepat mengantar sang murid yang dikasihi cepat untuk percaya. Kasih seperti itulah yang selalu mendorongnya untuk mengenali dan mengalami lebih dalam lagi hakikat kasih Allah yang terwujud dalam setiap peristiwa hidup. Pengalaman kasih itu juga yang memampukannya untuk setia, bahkan berani mengikuti Yesus Gurunya sampai di bawah kaki salib. Karena kasih itu jugalah kepadanya, sang Guru menyerahkan ibu-Nya kepadanya dan menyerahkan dirinya kepada sang ibu.

Pengalaman kasih itulah yang menjadi daya yang amat sangat kuat mendorongnya untuk mewartakan kasih itu kepada setiap orang. Pada pengalaman kasih itu ia memahami bahwa sang Firma Kehidupan itu adalah kasih. Kasih itu juga memampukan dirinya untuk mengalami secara aktual apa yang telah didengarnya, dilihatnya, dan dirabanya menjadi sebuah warta kasih, sumber sukacita kehidupan. Karena pengalaman kasih itulah maka di akhir hidupnya pun ia hanya mengulangi lagi wejangan yang sama: “Anak-anakku, cobalah kamu saling mengasihi”.

Sejauh mana aku telah mengalami kasih Allah itu di dalam setiap peristiwa hidupku? Apakah kasih Allah itu telah menjadi daya bagi hidup dan kehidupanku?
Yohanes adalah saksi nyata tentang Kristus, Sabda yang menjadi manusia. Sukacita sejati lahir dari hidup dalam terang Tuhan. Iman sejati adalah percaya meski belum melihat segalanya.
Saudara-saudari, Yohanes bersaksi tentang Sabda yang menjadi manusia, Mazmur menegaskan sukacita bagi orang benar, dan Injil menunjukkan iman Yohanes yang percaya meski belum melihat segalanya. Mari kita meneladani Yohanes: hidup sebagai saksi terang Kristus, menghadirkan sukacita, dan percaya penuh pada karya Allah.
Mari hidup dalam kasih Allah. Mari belajar pada Yohanes, sang murid yang dikasihi untuk mengasihi dengan kasih yang tak berkesudahan.
Tuhan memberkati. * RD AMT