Syering Injil  Lukas 1 :39 – 56.  Saya sangat tertarik dengan ayat 43 – 45  ” Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. Sungguh berbahagialah dia yang telah eprcaya, sebab firman Tuhan yang dikatakan kepadanya akan terlaksana”. Memang ayat ini, adalah kisah ungkapan hati Elisabet ketika saat menyambut kedatangan Maria, sepupunya di rumahnya. Atas dorongan Roh Kudus, Elisabet memandang Maria, bukan sekedar sepupunya, tetapi  menerimanya , sebagai ibu Tuhannya. Tidak ada  orang yang memberi tahu dia, apa yang dialami Maria sebelum mengunjunginya.  Maria sendiri pun  belum menceritakan apa-apa. Baru tiba dengan ungkapan salam yang penuh keramah-tamahan, tapi disambut Elisabet dengan pujian  setelah dirinya dipenuhi dengan Roh Kudus.

Membayangkan, merenungkan, mengkontemplasikan kisah dua saudari ini, dua ibu  yang sama-sama sedang mengandung, begitu begitu indah dan menarik. Sungguh menarik, karena telah terjadi sesuatu yang melampaui perjumpaan biasa dalam hidup sehari-hari. Tampak sesuatu yang melampaui  kunjungan  kekerabatan yang biasa. Sebuah salam yang melebihi salam dan sapaan biasa sebagaimana terjadi di antara kita, bahkan di antara sahabat yang lama tak  berjumpa. Sebuah ungkapan menyambut kehadiran sesama yang lebih dari biasanya. Sebuah penerimaan, respon atas kehadiran sesama, sebuah keramah-tamahan yang melampuai semua kisah perjumpaan yang biasa di atara kita. Apa yang istimewa dalam perjumpaan ini? Bagiku, istimewa, karena hadirnya Roh Kudus dalam diri dua wanita ini, Maria dan Elisabet. Roh Kudus yang memenuhi  diri mereka yang memungkinkan, perjumpaan biasa, salam yang biasa, menjadi berkat istimewa bagi keduanya.

Terbersit kerinduan dalam batinku, akankah pengalaman perjumpaan yang penuh berkat dan kasih karunia ini dialami juga olehku dan kebanyakan orang? Aku yakin pasti ada, karena daya Roh Kudus, yang telah  menaungi Maria, memenuhi Elisabet, Roh Kudus yang sama juga, dapat menaungi dan memenuhi hidupku jika aku mau membuka hatiku. Jika aku berkenan merindukan kehadiran-Nya dan memberikan hidupku dipimpin oleh-Nya.

Kapan aku boleh mengalami perjumpaan yang  demikian dengan sesama? Dalam diam  aku memandang kepada Bunda dan Elisabet yang berbahagia. Bagaimana membuat setiap perjumpaan sederhana merupakan sebuah anugerah dan sukacita? Dalam diam kudengar kisah Elisabet. Dengan mata terkatup aku memandang. Semua terlintas dengan jelas, semua kisah mereka yang adalah kasih karunia berkat daya Ilahi Roh Kudus. Kudengar lirih suara dalam kedalaman batin, “doa selalu menjadi dalan keluar utama, karena senyatanya, semua bermula dari relasi dengan Tuhanmu , yang kaupercayai, yang kauimani, yang kaucintai. Setiap perjumpaan dalam hidupmu ini, kiranya merupakan gambaran perjumpaan dengan sang pemilik hidupmu, Tuhanmu. JIka hatimu dipenuhi dan dikuasai Roh Ilahi, hidupmu akan menjadi berkat, dan setiap perjumpaanmu bermakna dan berdampak, bagimu dan bagi mereka. Setidaknya  kau perlu menyadari, bahwa kasih setia dan cinta-Nya tetap untukmu. Dia hanya sejauh doa, sejauh kerinduan, sejauh upayamu untuk terus mencari, dan mencintai-Nya.”

Aku tertegun dengan semua kisah itu. Untaian kata-kata inda merasuk hatiku, dan menyadarkan aku. Inikah perjumpaan yang membawa berkat? Ibu Tuhanku tidak hanya mengunjungi Elisabet. Ibu Tuhanku juga mengunjungi aku.  Dalam termangu, aku rasa-rasakan  gelora sukacita itu. Hatiku bertanya sejenak sebelum mengamininya. Seperti ini kah sukacita Elisabet? Tak berpikir, tak berharap, tak menduga, tetapi dia datang mengunjungi dalam lorong-lorong renung jiwa. Sukacita yang tidak pernah sama dengan perjumpaan biasa.

Aku menjadi sadar setelah dicerahkan, dan mengamini  firman Tuhan, ” berbahagialah dia yang telah percaya, sebab Firman Tuhan yang dikatakan kepadanya akan terlaksana.” Ya..segala sesuatu terjadi, terlaksana sesuai dengan yang kau yakini. Aku yakin. Aku percaya, kuasa kasih TUhan melingkupiku. Dengan penuh kasih dan kelembutan, tanpa suara, tanpa kata, dengan penuh kasih sayang, boleh kurasakan cinta, damai, keindahan, keagungan serta sukacita dalam Tuhan yang mengalir melalui pikiran dan hati, memurnikan, membersihkan, menyembuhkan dan memulihkan jiwaku yang merindukan kasih dan damai, pertolongan dan penghiburan. Apa yang dialami  Maria dan Elisabet, seyogyanya dapat dialami semua orang yang merindukan damai dan sukacita dalam Tuhan. *hm