PESTA KELUARGA KUDUS: YESUS, MARIA, DAN YUSUF “
Sir. 3:2-6,12-14; Mzm. 128:1-2,3,4-5; Kol. 3:12-21; Mat. 2:13-15,19-23.

Saudara-saudari terkasih, hari ini kita merayakan Pesta Keluarga Kudus: Yesus, Maria, dan Yusuf. Gereja mengajak kita melihat keluarga Nazaret sebagai teladan: keluarga sederhana, penuh kasih, taat pada kehendak Allah, dan setia menghadapi tantangan hidup.
Kitab Bin Sirakh menyajikan kutipan puitis yang berisi pengajaran tentang sebuah “Piagam Keluarga yang bermutu”, yaitu penghormatan kepada orang tua dalam bersikap positif (ayat 1-9) dan menghindarkan yang negatif (ayat 10-16). Kewajiban positif dibuka dengan pernyataan mengenai hak orang uta, bersama dengan motifnya: hidup merupakan gema dari Kel 20:12: “Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan, Allahmu, kepadamu”. Dasar dari perintah ini ditemukan dalam TINDAKAN TUHAN, dengan ganjaran-Nya: pemulihan dosa, keturunan, pengabulan doa, kehidupan dan kerukunan dalam keluarga. Sedangkan kewajiban untuk menghindarkan yang negative mulai dengan kontras antara rasa malu dan kehormatan. Piagam keluarga yang bermutu tersebut diperdalam melalui Mazmur 128. Pemazmur menggambarkan secara indah keluarga yang bertakwa kepada Tuhan. Keluarga yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan Tuhan. Keluarga itu akan diberkati oleh Tuhan.

Paulus melalui suratnya kepada jemaat di Kolose menunjukkan sebuah “Kode Etik Kehidupan Kristen”, yaitu melakukan keutamaan kekeluargaan. Orang-orang pilihan Allah adalah orang-orang yang ada dalam kesatuan erat dengan Kristus, kudus dan terkasih, sama seperti Kristus. Oleh karena itu, setiap orang pilihan dituntut untuk mengenakan pakainan kebajikan. Kebajikan-kebajikan itu seharusnya menjadi pakaian kehidupan Kristen. Di antara semuanya itu, kasih merupakan keutamaan yang paling tinggi, mempersatukan dan menyempurnakan yang lain (1Kor13:13;1Ptr4:8). Damai sejahtera Kristus harus menguasai hati setiap orang Kristen. Segala sesuatu yang dilakukan, baik dengan perkataan atau perbuatan harus dilakukan demi nama Tuhan Yesus Kristus. Dengan perantaraan-Nya setiap orang Kristen harus bersyukur kepada Allah. Kode etik kehidupan Kristen itu juga harus menajdi “Kode Etik Keluarga” , sebab kehidupan orang Kristen tidak bisa hanya dibatasi pada keadaan kerohanian perorangan. Tuntutan itu mempunyai dampak sosial yang harus dimulai dalam sel yang paling kecil yaitu kehidupan keluarga. Paulus berharap bahwa kehidupan jemaat tidak menjadi batu sandungan bagi pewartaan Injil, maka mereka harus mengikuti aturan dalam masyarakat yang berkaitan dengan hubungan keluarga.

Bayi Yesus yang baru dilahirkan harus diungsikan oleh Yusuf bersama denga Maria ibu-Nya ke Mesir. Mereka harus tinggal di sana karena Herodes akan mencari dan membunuh sang Bayi. Penderitaan ini merupakan awal dari berbagai penderitaan yang akan dialami. Namun, ada satu hal yang terpatri sangat jelas dan tegas, yaitu bahwa dalam segala penderitaan, apa pun itu, Allah tidak pernah meninggalkan! Allah sangat memperhatikan keluarga di mana Putera-Nya tinggal. Kelaurga itu dijaga, dilindungi, didampingi, dan diselamatkan dari bahaya. Yusuf ditonjolkan sebagai bapak yang sangat bertanggung jawab atas keselamatan keluarganya. Ia adalah sosok pribadi seorang bapak yang patuh setia pada rencana dan kehendak Allah. Keluarga Kudus Nazaret menjadi bukti nyata dan jaminan kepastian bagi semua keluarga sepanjang zaman bahwa dalam setiap betuk penderitaan apa pun itu, Allah tidak pernah meninggalkan mereka. Oleh karena itu, setiap keluarga diajak untuk menyadari bahwa keterbukaan kepada bimbingan, rencana dan kehendak Allah, seperti yang dilakukan oleh Yusuf akan membawa keselamatan bagi keluarga di tengah-tengah kesulitan dan penderitaan yang ada.

Seperti apa dan bagaimana keluarga/komunitas yang aku miliki saat ini? Kesulitan dan penderitaan seperti apa yang sedang kami alami saat ini? Apakah kami sekeluarga/sekomunitas telah memiliki sikap keterbukaan kepada bimbingan, rencana dan kehendak Allah, seperti yang dilakukan oleh Yusuf ? Tindakan penyertaan Tuhan seperti apa yang aku alami di dalam keluarga/komunitasku saat ini?
Saudara-saudari, Sirakh menegaskan hormat kepada orangtua, Mazmur menekankan berkat bagi keluarga yang takut akan Tuhan, Paulus mengajak kita mengenakan kasih, dan Injil menunjukkan kesetiaan Keluarga Kudus di tengah tantangan. Mari kita meneladani Yesus, Maria, dan Yusuf: hidup dalam kasih, taat pada kehendak Allah, dan setia menghadapi tantangan hidup.
Dalam setiap kesulitan dan penderitaan apa pun, mari meneladani Keluarga Kudus Nazaret membangun sikap keterbukaan kepada bimbingan, rencana dan kehendak Allah, seperti yang dilakukan oleh St. Yusuf.
Tuhan memberkati. *RD AMT