Aku takkan meninggalkan engkau sendirian
Didorong oleh kebaikan Tuhan, aku berkata, “Yesus, Engkau memberikan imam (Andrasz) ini kepadaku. Ia memahami bisikan-bisikan yang kuterima, dan sekarang Engkau mengambilnya kembali dariku Apa yang harus kukerjakan di Vilnius? Aku tidak mengenal seorang pun di sana, dan bahkan logat orang di sana sangat asing bagiku.” Dan Tuhan berkata kepadaku, “Jangan takut. Aku tidak akan meninggalkan engkau sendirian.” Jiwaku tenggelam dalam doa syukur atas segala rahmat yang telah Tuhan berikan kepadaku lewat perantaraan Pastor Andrasz. (BHF 258).
Aku takkan meninggalkan emgkau sendirian. “…sekarang Engkau mengambilnya kembali dariku,… Aku sangat terinspirasi dengan tema hari ini juga syering teman-teman. Saya terkesan dengan curhatan Faustina yang sangat jujur dengan Tuhan Yesus. Faustina merasa sangat bersyukur atas kehadiran Imam Andrasz dan kini Tuhan mengambilnya kembali. Saya tidak melihat dan merasa bahwa Faustina kecewa dengan Tuhan, tidak. Faustina mengungkapkan dengan jujur apa adanya tentang dirinya yang barangkali sedikit “galau”. Apa yang harus kukerjakan di Vilnius? Aku tidak mengenal seorang pun di sana, dan bahkan logat orang di sana sangat asing bagiku.
Wah, sungguh sangat manusiawi pengalaman Faustina yang juga sering menjadi pengalamanku juga dan mungkin pengalaman banyak orang.
Saat kita begitu bersukacita karena memeroleh sesuatu terutama seseorang atau sahabat yang memahami pergumulan hidup kita, yang sangat diharapkan, tiba-tiba kita harus kehilangan mereka, entah mereka yang pergi atau kita yang pergi tinggalkan mereka.
Sungguh, tidak begitu mudah pergi ke tempat baru, mendapat tugas yang baru atau harus memulai sesuatu yang baru. Saat-saat awal menjadi pergumulan dalam pikiran. Ada kecemasan, kuatir sendirian dll. Untuk sebagian orang kecemasan kadang menjadi hambatab untuk maju, memilih untuk membatalkan. Untuk orang yang lain, nekad maju terus dengan keyakinan bahwa Tuhan pasti akan selalu menyertai.
Saya ingin lebih merenung tentang pergumulan Faustina yang merasa sendirian. Tampaknya baru senang sebentar, karena menemukan seorang imam yang memahami bisikan yang diterima namun segera diambil kembali oleh Tuhan.
Menarik bagi saya. Saya memaknai bahwa baik pula Tuhan mengambilnya kembali, supaya hanya Tuhan sendirilah yang menjadi andalan Faustina. Tidak perlu menjadi tergantung ada orang lain meski imam sekali pun. Tuhan memakai sang imam ini ‘seperti sebentar saja untuk meyakinkan Faustina akan semua yang diterimanya dari Tuhan”.
Dalam perjalanan hidupku, pengalaman serupa Faustina beberapa kali aku alami. Baru menerima berkat Tuhan, eh belum begitu lama, diambil pula. Saya belajar bahwa semua juga anugerah dari Tuhan, yang tidak perlu kugenggam erat sebagai milik. Tuhan memiliki kebebasan penuh untuk memberi dan mengambil. Seperti ungkapan Ayub : “Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan.”
Selain itu, saya dididik untuk belajar bersikap lepas bebas. Makin hari makin harus belajar melepaskan banyak hal supaya bisa memegang Tuhan saja dengan lebih kuat dan erat. Supaya saya tidak merasa aman, nyaman, tergantung dengan anugerah-anugerah Tuhan entah sesuatu, seseorang, situasi atau hal lainnya. Dengan mengambil kembali, Tuhan memberi kesempatan agar saya selalu menaruh harapan pada-Nya, percaya pada Penyelenggaraan Ilahi dan menyerahkan diri kepada- Nya dalam setiap situasi hidup.
Faustina terhibur dan diteguhkan Jangan takut, Aku tidak akan meninggalkan engkau sendirian. Sama seperti semua kita yang selalu merasa diteguhkan dengan Firman Tuhan ini. Menghayati devosi Kerahiman Ilahi, seruan doa, Yesus Kau andalanku, akan teruji dalam realita seperti pengalaman Faustina. Sehingga tidak ada sesuatu pun atau seorang pun yang menghalangi karya Tuhan yang besar dalam hidup ini. Mengandalkan Tuhan saja, akhirnya mengandaikan kemampuan, kemauan, untuk melepaskan segala yang lain agar pada akhirnya memiliki Tuhan saja satu-satunya yang diandalkan.
Saya juga belum sejauh itu, seperti Faustina. Kadang dalam doa-doa mohon diberi orang-orang atau sesuatu yang meyakinkan diri ini bahwa aku tidak sendirian, tidak salah arah untuk sesuatu yang sedang diperjuangkan. Sungguh, Tuhan yang maha baik, selalu saja menghadiahkan orang-orang atau sesuatu yang semacam menjadi tanda untuk meyakinkan diriku yang lemah ini. Awal-awal seperti itu, lama kelamaan tahu dan mengerti alur cara Tuhan menuntun ke mana arah yang dituju. Akhirnya benar, iman yang otentik makin tumbuh. Iman akan kehadiran dan penyertaan Tuhan kapan pun dan di mana pun. Sehingga tidak perlu kecewa atau terlalu takut jika suatu saat apa yang dimiliki, diambil kembali. Sebab, ketika diambil, Tuhan pasti selalu menyediakan dan memberikan yang lain bahkan yang lebih baik. Bahkan yang teristimewa, kehadiran Tuhan sendiri yang dialami dan dirasakan. Dan ini, lebih membahagiakan dari apa pun di dunia ini. Yesus Kau andalanku.*hm
Recent Comments