Tetapi, sebelumnya, imam ini telah banyak mengujiku. Ketika aku menceritakan kepadanya bahwa Tuhan menghendaki hal-hal ini dariku (maksudnya: pelukisan Gambar Kerahiman Ilahi, penetapan Pesta Kerahiman ilahi), ia menertawakan aku dan menyuruh aku datang mengaku dosa pada pkl. delapan petang. Ketika aku datang pada pukul delapan, bruder sudah mengunci pintu gereja. (….)
Aku kembali ke rumah dengan tangan hampa dan tidak pergi mengaku dosa kepadanya lagi, tetapi aku melakukan adorasi selama satu jam penuh dan melaksanakan suatu mati raga bagi dia, supaya ia memperoleh terang dari Allah untuk mengenal jiwa-jiwa. Tetapi, ketika Pastor Sopoćko berangkat dan ia menggantikannya, aku terpaksa pergi mengaku dosa kepadanya. Tetapi, kalau sebelumnya ia tidak rela mengakui bisikan-bisikan batin itu, sekarang ia mewajibkan aku untuk setia kepada bisikan-bisikan batin itu. Kadang-kadang, Allah membiarkan hal-hal seperti itu terjadi; semoga Ia dimuliakan dalam segala hal. Lagi, diperlukan banyak rahmat untuk tidak menjadi bimbang. (BHF 272)
Diperlukan banyak rahmat untuk tidak menjadi bimbang. Kadang-kadang, Allah membiarkan hal-hal seperti itu terjadi;semoga Ia dimuliakan dalam segala hal. Lagi, diperlukan banyak rahmat untuk tidak menjadi bimbang. Kisah Faustina indah dalam pengalamannya bersama Pastor Dabrowski, SJ. Ada keterbukaan hati Faustina di sana. Serentak pula Faustina mengalami respon yang “kurang mendukung”. Faustina menerimanya, dan menulis bahwa ” Imam ini telah banyak mengujiku”. Saya yakin, Faustina tidak bermaksud mempersalahkan Pastor, tetapi dalam memandangnya secara positif.
Memang perlu, segala sesuatu diuji, apalagi kaitan dengan dunia batin. Tidak seorang pun yang tahu selain Faustina sendiri bersama Yesus.
Respon awal Pastor terhadap kejujuran dan ketulusan Faustina, dengan menertawakannya bagi seseorang tertentu mungkin sdh membuat sakit hati, terluka, mungkin juga memghancurkan harapannya.
Hebat! Tidaklah demikian dengan Faustina yang sederhana dan rendah hati. Dia memandang hal itu sebagai peluang untuk berdoa lebih serius bagi imam itu dan membawa, mempersembahkan dalam adorasi dengan ujud suatu matiraga, silih bagi imam itu, supaya ia memperoleh terang dari Allah untuk memgenal jiwa-jiwa.
Saya sangat senang merenung ini karena ini persis merupakan satu karya KI yakni berdoa yang jangkauannya sangat luas dan mendalam. Berkenan kepada Allah, menyelamatkan sesama juga diri sendiri berkembang dalam iman dan kasih. Bagiku, inilah letaknya salah satu contoh nyata bagaimana Faustina mengandalkan Allah saat ia ditertawakan, saat pengakuan dan kejujurannya diragukan. Indah! Belajar dari Faustina bagaimana menghadapi situasi seperti itu. berlari kepada Allah, mengungsi dalam doa, berseru kepada Allah. Jadi, ternyata, jika Allah kadang membiarkan sesuatu yang tidak kita inginkan terjadi, tentu ada maksudnya, yakni menuntun kepada jalan iman, harapan dan kasih yang nyata. Pengalaman itu, telah membuat Faustina lebih mendekatkan diri pada Allah, menyerahkan semua pada Allah(iman). Tidak memaksan atau berusaha meyakinkan Pastor untuk menerima dan berpihak padanya.
Dengan berdoa adorasi silih untuk pastor itu, Faustina mengungkapkan kasihnya kepada Allah dan jiwa-jiwa, khusus jiwa Pastor itu, agar diterangi rahmat Allah untuk mengenal jiwa-jiwa {kasih). Meski secara manusiawi agak terpaksa untuk datang mengaku dosa lagi karena taat tidak ada pilihan lain di biara, Faustina tentu berharap Pastor ini telah disinari dengan sinar rahmat Allah.( harapan). Benar adanya.Kali ini, Faustina tidak hanya didengarkan, atau sekedar dapat peneguhan namun diwajibkan untuk setia kepada bisikan-bisikan batin itu. Saya kira, inilah buah-buah dari olah batin, doa dan adorasi silih dari Faustina untuk Pastor.
Merenung tema ini, menarik sekali bagi saya. Kami di biara setiap hari khusus adorasi bersama satu jam berlutut, di luar dari doa brevir dan doa-doa lainnya. Kadang tidak tahu apa yg hendak didoakan secara khusus dalam adorasi silih. Kisah Faustina ini membuka mataku yang tertutup untuk melihat betapa banyaknya yang harus kudoakan dalam adorasi harian, pengalaman hidup sehari-hari. Supaya saya tidak berhenti pada pengalaman-pengalaman tapi membawanya kepada Allah dalam doa khusus untuk memperoleh terang bagi banyak jiwa yang membutuhkan.
Ketika menulis ini, saya seketika sadar bahwa saya pasti sudah didoakan Faustina sehingga mata saya terbuka, untuk berdoa demikian. Banyak jiwa termasuk jiwaku juga sangat membutuhkan terang Roh dalam hidup ini untuk mengenal kehendak Allah dan dimampukan untuk melaksanakannya.
Saya belajar untuk stop berpikir sendiri, merasa sendiri, terhadap hal-hal yang terjadi yang mungkin janggal, aneh, kurang cocok, atau sama sekali tidak berkenan di hati. Stop merasa tidak.dihargai, terhina, terluka, kepahitan dengan kata-kata atau perilaku orang lain terhadap saya. Lebih baik, belajar dari Faustina dengan selalu ingat ini.kadang-kadang Allah membiarkan itu terjadi, semoga Ia dimuliakan dalam segala hal. Lalu, saya harus belajar untuk meminta banyak rahmat supaya rendah hati, terbuka, siap mengampuni dan tidak bimbang dengan keyakinan baik yang telah kumiliki.
Hatiku merasakan sukacita merenung tema. Rasanya menemukan suatu mutiara indah.. Persis pula pada Hari Minggu pertama BKSN…Bagaimana saya membangun relasi dengan Allah, sesama, diriku sendiri dan lingkunganku. Semoga terang yang kuterima ini, mendorong aku untuk setia pada bisikan batinku. Terima kasih Faustina, melalui BHF, aku mulai peka dengan bisikan batinku. Doakan aku.Yesus Kau andalanku.*hm
Recent Comments