Berjalan bersama Mgr.Vitus Bouma, SSCC berarti  berjalan dalam harapan, dalam kasih yang missioner. Bouma mempersembahkan seluruh hidupnya kepada Allah Tritunggal dan menyatukan dirinya dengan kehendak  Ilahi dalam seluruh hidup dan karya misinya. Dalam konteks ini, berjalan bersama Bouma berarti  berjalan bersama Allah Tritunggal Maha Kudus dalam perziarahan iman Kongregasi, bersama Keluarga Kudus Yesus Maria Yosef sebagai pola dan teladan hidup beriman. Berjalan bersama Bouma berarti berjalan bersama sesama saudari sepanggilan dalam Kongregasi, bersama keluarga-keluarga,bersama pimpinan Gereja setempat serta seluruh umat Allah dan masyarakat bangsa. Berjalan bersama Bouma berarti  mempersembahkan diri  total kepada  Allah Tritunggal dan sesama.

Berjalan Bersama Allah Tritunggal

Bouma  mengimani dan menaruh segala  harapannya kepada Allah Tritunggal yang menjadi sumber, asal dan tujuan hidupnya1Bouma mengakui dan mewartakan kehadiran Allah TIrtunggal melalui kesaksian hidupnya bahwa Allah Tritunggal sungguh hadir, menyertai dan berkarya di dalam segalanya.Demikian juga  setiap suster hendaknya membangun hidup beriman yang bersumber  dari persekutuan erat dengan Allah Tritunggal yang diwujudkan dengan ketekunan dan kesetiaan merenungkan perkara-perkara Ilahi,mendengarkan dan merenungkan Sabda Allah yang dipelihara dengan doa pribadi yang mendalam, penghayatan sakramen Gereja  penuh hikmat dan syukur terutama Sakramen Ekaristi, Sakramen Tobat dan latihan rohani sesuai  khazanah warisan Kongregasi.

Bouma menghidupi semangat persekutuan  Allah Tritunggal  dalam komunitas, dan membangun Gereja setempat yang  dimulai dari  keluarga.Tugas perutusannya dipandang sebagai keikutsertaan dalam perutusan Yesus Kristus sendiri. Dalam melaksanakan tugas perutusan Bouma selalu menyatukan diri dengan perutusan Allah Tritunggal, di mana Allah Bapa mengutus Yesus Sang Putra ke dunia, Yesus mengutus para murid-Nya, maka setiap suster hendaknya menyadari  dan menyatukan diri dengan perutusan Allah Tritunggal yang mengutusnya melalui tugas perutusan dari Pimpinan dan mengarahkan diri pada kesaksian hidup Tritunggal dengan membangun dan menghidupkan komunitas yang kondusif,transformatif dan saling membawa kepada Bapa.

Berjalan Bersama Keluarga Kudus Yesus Maria Yusuf

Keluarga Kudus Yesus Maria Yusuf mendapat tempat  istimewa dalam hati Mgr.Vitus Bouma, SSCC. Pengalaman personal dalam relasi kasih dengan Keluarga Kudus Yesus Maria Yusuf  dan perkembangan devosi penyerahan keluarga  yang pada masa itu dipercayakan kepada Kongregasi SSCC berpengaruh kuat dalam dirinya dan menginsipirasinya untuk menghidupkan semangat Keluarga Kudus Yesus Maria Yusuf  pada keluarga-keluarga4 dan mendirikan Kongregasi suster pribumi  dengan semangat Keluarga Kudus.Bouma menyelaraskan pelayanan misi dengan semangat hamba Allah sebagaimana yang dicerminkan oleh Keluarga Kudus.Perjuangan hidupnya diwarnai semangat  ketaatan, doa, kesederhanaan, kebijaksanaan, pelayanan yang berkobar-kobar, keteguhan iman dan  kesabarannya  dalam penderitaan sampai akhir hidup. Sebagaimana  Bouma demikian pula hendaknya setiap suster meneladan Keluarga Kudus Yesus Maria Yosef sebagai hamba  Allah yang  taat, setia, sederhana  dalam kata, perbuatan luhur melalui hal-hal kecil, dengan semangat iman dan doa, menjalankan latihan rohani dalam hidup sehari-hari di komunitas, siap sedia melayani, rela berkorban dan menderita  dalam  menjalankan perutusan di tengah keluarga, Gereja dan masyarakat.

Berjalan bersama saudari sepanggilan dalam Kongregasi

Dalam persekutuan dengan  Kongregasi SSCC, Bouma menghayati  hidup membiara dan tugas perutusan  dalam kasatuan hati bersama semua saudara  yang terpanggil, terpilih untuk mengabdi Allah dengan cara hidup membiara khas SSCC.5 Segala hal yang diputuskan dan dilakukan di tanah misi berada dalam kesatuan untuk pengembangan karya misi Kongregasinya.Pelayanan yang diwujudkannya secara pribadi, terikat kuat dengan roh dan semangat  misi Kongregasinya. Sebagaimana diteladankan Bouma, hendaklah setiap suster  menyadari keberadaan diri dan tugas perutusannya sebagai bagian dari Kongregasi dengan  menjunjung tinggi semangat  persaudaraan dan kekeluargaan, membina kesatuan hati yang diwujudkan dengan keterbukaan kepada pimpinan dan sesama, kesetiaan menghayati Konstitusi, peraturan di tempat tugas, keputusan Pimpinan dan kesepakatan bersama yang menjamin kesatuan dalam tugas perutusan Kongregasi.Demikian pula pemimpin komunitas, pemimpin karya dan pemimpin dalam rumah pendidikan, mewujudkan kesatuan kasih dengan memberikan laporan perkembangan karya pelayanan kepada Dewan Pimpinan Umum sebagai ungkapan nyata kasih kepada Allah  Tritunggal melalui Kongregasi.

Berjalan Bersama  Keluarga

Bouma melayani keluarga melalui penetapan kebijakan pastoral.Keputusannya sebagai pemimpin, memungkinkan seluruh arah pengembangan pelayanan misi berfokus kepada keluarga dan terarah untuk membentuk  Gereja setempat. Bouma memperhatikan secara proporsional  setiap tahap perkembangan hidup manusia dalam keluarga.6 Kesejahteraan, kebahagiaan dan keselamatan satu orang dalam keluarga merupakan kebahagiaan, keselamatan dalam satu keluarga secara keseluruhan. Dalam semangat kasih sebagai satu keluarga Allah,Bouma berupaya agar dari keluarga-keluarga kristiani terbentuk komunitas Gereja setempat yang saling peduli dan mandiri.Bouma menyediakan segala yang baik dan perlu untuk pelayanan misi kepada keluarga agar lebih mudah,7 berani mengubah metode misi dari perorangan kepada keluarga, demikian juga Kongregasi dengan cermat dan teliti dalam diskresi menetapkan kebijakan yang perlu dan berguna sesuai konteks perkembangan zaman agar pelayanan keluarga lebih efektif, efisien, sistematis dengan menyediakan fasilitas dan sarana yang  perlu dan berguna dalam pelayanan kerasulan terhadap keluarga.

Bouma mengasihi keluarga dengan murah hati dan merindukan agar hidup keluarga Kristiani semakin serupa dengan Keluarga kudus Yesus Maria Yosef.8 Demikian pula setiap suster hendaknya menaruh kasih yang murah hati kepada keluarga, menjunjung tinggi martabat hidup keluarga, membela serta melayani keluarga dengan berbagai cara. Perhatian kepada keluarga perantau, anak-anak perempuan dan ibu-ibu, keluarga  kurang mampu, kaum lansia dan jompo terlantar, hendaklah menjadi  fokus utama pelayanan para suster kepada keluarga.Seperti Bouma melayani dengan semangat berkobar-kobar yang lahir dari kasih yang missioner, demikian pula  setiap suster melayani keluarga dengan sepenuh hati, sukarela tanpa membeda-bedakan dan mengharapkan apapun, berusaha sungguh-sungguh sekuat kemampuan dan tidak menahan kebaikan sekecil apapun bagi keluarga yang sedang membutuhkan pertolongan.Bersama Keluarga Kudus Yesus,Maria, Yosef yang hidup dalam jiwanya, setiap suster hendaknya selalu mendoakan,mengunjungi, melayani dan membawa  Kabar Gembira kepada keluarga-keluarga.

Berjalan Bersama Pimpinan Gereja setempat,  umat Allah dan masyarakat bangsa.

Mgr.Vitus Bouma,SSCC menjalin banyak relasi dan komunikasi dengan berbagai pihak dalam upaya memperkembangkan tanah misi, dalam bidang pendidikan, pengajaran, kesehatan, dan dalam usaha mewujudkan cita-citanya membangun Gereja setempat dan mendirikan Kongregasi pribumi.9Setelah Mgr.Vitus Bouma, SSCC wafat dalam tawanan, para suster perintis dan pendahulu telah mengalami  perjalanan bersama Pimpinan Gereja setempat dan umat Allah yang menaruh kasih penuh perhatian dalam pertumbuhan,perkembangan hidup dan pelayanan Kongregasi kepada umat Allah.Dengan caranya masing-masing, pada saat yang tepat, mereka hadir sebagai perpanjangan tangan Allah membantu membantu Kongregasi pada saat dibutuhkan.“Kongregasi dalam persekutuan dengan Gereja selalu memupuk dan menghayati semangat missioner dalam pelayanan dan pewartaan,.,”10 Sebagaimana Bouma dan pengalaman para suster pendahulu, hendaklah setiap suster dan Kongregasi secara keseluruhan, menaruh kasih dan penghargaan terhadap peran Hirarki Gereja, keluarga umat Allah dan masyarakat, dengan memupuk semangat  kesatuan dan  saling melayani sesuai  kebutuhan khas umat Allah dan sebagaimana seharusnya.Dengan demikian persekutuan hidup beriman dan penghayatan hidup panggilan sebagai anak-anak Allah terwujud secara penuh dalam perziarahan hidup ini.

Berjalan bersama Bouma berarti  mempersembahkan diri total bagi Allah Tritunggal dan  sesama

Seluruh hidup Bouma merupakan persembahan diri yang total kepada Allah Tritunggal yang diwujdukan dalam pengabdian penuh kasih kepada sesama.Demikian hendaknya setiap suster menghayati semangat totalitas dalam seluruh hidup dan pelayanan, dengan merelakan diri dan rendah hati dibimbing  dalam ketaatan iman.

Bouma menghadapi penderitaan di luar kehendak dirinya dalam penyerahan diri kepada  Allah saja.Tiga tahun dalam tawanan terasing dari lingkungan umatnya; tiada informasi; menanggung dahaga dan lapar; kreativitasnya dimatikan; semangat hidupnya dibekukan; cintanya dipatahkan; kasihnya dilumpuhkan; kecemerlangan pandangan dan pikiran dihancurkan; tubuhnya dibiarkan merana untuk mengalami kematian secara perlahan-lahan; tiada yang menemani dan mengiringinya dengan doa  ketika hendak menghembuskan nafas terakhir; tiada keluarga dan orang yang  dikasihi sampingnya.Bouma dibuang jauh dan wafat di luar prefekturnya dalam kesunyian, tiada ratap tangis, arakan atau pujian. Sesudah wafat langsung dimakamkan; jauh dari tanah kelahirannya dan umatnya; sesudah wafat tidak banyak yang mengenang dan mendoakannya.Hanya saudara sepanggilan dalam Kongregasi yang mengenang dalam doa dan memperjuangkan agar tulang-belulangnya dikembalikan di tanah misi yang dicintainya.Sebagaimana  Bouma, hendaknya setiap suster senantiasa dengan  ikhlas hati  belajar terus-menerus melapaskan diri dari segala keterikatan, penuh keberanian iman  menghadapi kenyataan yang terjadi di luar dugaan; dalam kejenuhan, kesunyian, kesepian, kesendirian, ketidakberdayaan, sakit penyakit, dalam penderitaan terutama pada saat  akhir hidup dan menyerahkan diri secara total kepada Allah serta menyatukan diri  dengan  penderitaan  dan wafat Yesus di Salib untuk memperoleh kekuatan dan kemenangan.*hm