INGIN BERJALAN SENDIRI

Menjelang akhir suatu retret tiga hari, aku melihat diriku berjalan menyusuri lorong yang tidak rata. Aku terus-menerus tersandung, dan aku melihat di belakangku sosok seorang yang terus menopang aku. Aku tidak merasa nyaman dengan topangan ini dan minta orang itu untuk meninggalkan aku sendirian karena aku ingin berjalan sendiri. Tetapi, sosok yang tidak dapat aku kenali itu tidak mau meninggalkan aku sesaat pun. Aku menjadi tidak sabar dan berpaling serta menghempaskan orang itu dariku. Pada saat itu aku melihat bahwa ia adalah Muder Superior, dan pada saat yang sama aku melihat bahwa ia bukan Muder Superior tetapi Tuhan Yesus yang memandang tajam ke dalam hatiku dan memberiku pengertian betapa menyakitkan bagi-Nya ketika aku – bahkan dalam hal-hal yang paling ringan, – tidak melakukan kehendak superior, yang adalah kehendak-Ku, [kata-Nya]. Aku minta ampun kepada Tuhan dan dengan segenap hatiku aku menyimpan hal ini dalam hatiku.

“Aku terus-menerus tersandung, dan aku melihat di belakangku sosok seorang yang terus menopang aku. Aku tidak merasa nyaman dengan topangan ini dan minta orang itu untuk meninggalkan aku sendirian karena aku ingin berjalan sendiri.” Luar biasa indah pengalaman Faustina menjelang akhir suatu retret.  Dalam keheningan retret umumnya kita bisa melihat dan merasakan apa saja, sebab saat itu hampir seluruh waktu kita sedang ada dan berjalan bersama Tuhan tanpa diganggu oleh kesibukan lainnya..saat istimewa bersama Tuhan. Menarik bagi saya, Faustina melihat dirinya berjalan namun terus-menerus tersandung dan ada sosok yang terus menopangnya. Bahkan akhirnya mengenali siapa sebenarnya penopangnya itu. Syering Faustina ini, membuat saya seolah ikut melihat dan merasakan berjalan tersandung dan ada penopang. Tak pernah terpikirkan dan sadar selama ini, kisah Faustina ini bagaikan sebilah pedang yang menusuk hatiku. Pengalaman Faustina sungguh pengalamanku.

Dalam banyak hal, semakin tinggi usia, semakin lama.di biara, semakin banyak tahu dan mengerti tentang hidup ini, ada kecenderungan besar merasa kuat dan mandiri, bisa sendiri dan terlalu percaya diri. Tidak hanya dalam keseharian dengan hal-hal duniawi dan inderawi tetapi juga dalam ranah hidup rohani. Kisah Faustina ini sungguh mengingatkan aku bahwa dalam semua hal aku tidak bisa sendirian apalagi mengandalkan diri sendiri, kemampuan dan pengalaman diri. Setiap saat yang selalu baru memiliki peluang untuk tersandung bahkan jatuh. Tersandung dengan pikiran, perkataan, perbuatan, kelalaian yang menyebabkan jatuh dalam kegagalan, kesalahan, terutama dalam dosa-dosa.

Aku juga diingatkan betapa besar .dan sentral peran sesama di sekitarku yang kadang jarang aku perhitungkan. Siapakah mereka? Kalau dalam konteks kini, para pembesar, pembimbing, pendamping, sesama sekomunitas. Kalau di tempat kerja, aku memiliki banyak yang menopang karyaku, ada para pimpinan, ads pengurus, para staf, ada pengawas, ada helper, ada pendoa, penderma, donatur. Semuanya dihadiahkan bagiku dan berjalan bersamaku sehari-hari, ada yang dalam dunia nyata, juga dunia maya seperti kita dalam SKR ini, saling belajar dsn menopang dengan doa dan kasih.

Saya merinding sendiri, menyadari sekali lagi, bahwa semua yang berjalan bersamaku yang menopang hidupku adalah Tuhan sendiri yang nyata-nyata hadir dan berkarya melalui mereka. Dalam dan melalui mereka Allah melakukan karya besar-Nya untuk aku. Kalau Yesus dengan tajam memandang kepada Faustina dan memberikan pengertian dan penerangan batin bahwa betapa menyakitkan jika tidak melakukan kehendak superior yang adalah kehendak Tuhan sendiri. Ya.. tentu saja, dalam tradisi hidup membiara, superior adlaah wakil Tuhan. Tidak taat atau melawan superior berarti melawan Tuhan. Ketika aku mengabaikan, menolak peran serta dan bantuan sesama.di sekitarku apalagi para pemimpin dan pembesar sudah pasti aku mengabaikan dan menolak pertolongan Tuhan, menyia-nyiakan rahmat-Nya.Ini menyakitkan hati Tuhan. Sebab, aku tiap hari berdoa dan berseru kepada-Nya : ‘Yesus, Engkau andalanku” Namun, saat Dia hadir dalam rupa,wujud pimpinan, sesama di sekitarmu, aku tidak mengenali-Nya. Ya..aku sadar, tidak setiap waktu batinku jiwaku berjumpa Tuhan dalam intuisi iman berhadapan muka seperti Faustina yang begitu peka dan terberkati..Aku dengan jalan hidupku yang biasa dan sederhana, Tuhan membimbingku dengan cara dan jalan yang hanya Dia sendiri yang tahu. Aku bahkan tidak bisa memilih, siapa.pemimpin dan pembesarku, siapa sesamaku.. Semua sudah ada, dan hadir, aku.hanya dapat menerima, bersyukur dan belajat berjalan bersama, hidup bersama dalam kasih persaudaraan. Aku jadi sadar pula, entah bagaimana caranya awal mula, aku sudah ada dalam komunitas SKR ini, aku snagat bersyukur, aku tidak sendiri. Tuhan pasti tahu kerinduan hatiku yang ingin maju dalam hidup rohani namun tersandung sana sini, Tuhan hadit menyediakan topangan melalui SKR ini..wah luar biasa.

Tentang ingin berjalan sendiri aku sadar itulah kecenderungan setiap manusia. Beruntungnya selalu diingatkan kembali supaya kesadaran akan kehadiran dan peran Tuhan nyata melalui sesama terdekat adalah anugerah besar..Mendengarlan nasihat mereka, mengikuti anjuran mereka, mengasihi mereka, melayani mereka, merupakan wujud.nyata syukur atas kehadiran Tuhan yang nyata. Tuhan yang kuandalkan dlaam hidupku, hadir dengan selaksa cara yang kadang tidak terpikirkan dan tak terduga olehku.Akulah yang senyatanya.dan seharusnya buka mata iman lebar-lebat untuk melihat dan buka mata iman untuk menerima. Bahkan topangan tangan Tuhan, bisa hadir melalui orang-orang sulit yang tidak kusukai dan ingin kuhindari tapi ada dan nyata.

Merenung semua ini, makin sadarlah aku, bahwa rupanya aku tidak hanya tersandung-sandung selama ini, tapi juga ada saat di mana sudah jatuh bahkan ada juga di jalan yang salah, tersesat. Indahnya, selalu saja berada kembali di jalan Tuhan dan ini semata-mata karena kasih karunia KI.
Pantasan bisa lama sekali tak sampai-sampai karena terlalu berani jalan sendiri.Mulai hari ini stop jalan sendiri sebab sungguh tidak aman dan bukan jalan terbaik menuju Tuhan. Terima kasih Faustina, atas syering pengalamanmu yang begitu menginspirasi hidupku..Doakan aku selalu,.bimbing aku, topang aku supaya tidak jatuh.
Yesus Engkaulah andalanku!