Keluarga Kudus Yesus, Maria dan Yosef selalu mengampuni. Mengapa? Karena hakekat hidup mereka adalah kasih. Dalam kasih, ada pengampunan. Hidup dalam kasih Ilahi, pasti selalu mengampuni. Kehadiran Yesus dalam Keluarga Maria dan Yosef, menjadikan kasih Maria dan Yosef semakin berfokus pada Yesus. Jangan bertanya, apakah hidup keluarga Kudus, ada konflik? Jawabannya, kalau ada kasih, tidak ada konflik. Yang ada adalah saling pengertian, saling mengasihi dan mengampuni.

Kita dapat merenungkan, bagaimana jalan pengampunan dalam Keluarga Kudus? Bunda Maria, setelah mendengar kabar malaikat, mengandung dari Roh Kudus. Bagaimana sikap bapa Yosef?  Awalnya, Yosef bingung, ragu-ragu bahkan berencana untuk meninggalkan Maria secara diam-diam. Tetapi setelah dijelaskan oleh malaikat melalui mimpi, Yosef menerima ( bdk. Mat 1 : 18-24). Penerimaan ini mengandaikan adanya pengampunan. Perawan Maria juga pasti mengampuni Yosef yang telah menaruh curiga padanya, atas keadaannya yang sudah mengandung sebelum mereka hidup sebagai suami istri.

Dalam kisah tertinggalnya  Yesus di Bait Allah pada waktu umur 12 tahun, dan ditemukan kembali, kita dapat merasakan getaran kasih dan pengampunan dalam keluarga Kudus. Mereka tidak saling menyalahkan, tetapi bersama mencari Yesus. Maria juga tidak sakit hati, atas pertanyaan Yesus yang ketus.Yosef juga tidak bereaksi berlebihan atas peristiwa itu. Semua  berlalu dalam kasih dan pengampunan. ( bdk. Lukas 2 : 41-52). Betapa indahnya misteri pengampunan dalam keluarga kudus.

Jika seorang anak hanya mengalami kasih dalam rumahnya, tentu saja dia juga akan mengasihi siapa pun. Dia tidak memiliki pengalaman konflik. Kalau pun nanti berhadapan dengan orang lain, pasti yang diinginkannya adalah segera berdamai. Pembiasaan hidup saling mengasihi, hidup damai dan tenang, ada dalam keluarga Kudus. Yesus sebagai anak manusia yang lahir, tumbuh dan menjadi dewasa dalam asuhan Maria dan Yosef di Nasaret juga belajar dari ayah bunda-Nya, bagaimana mengasihi dan mengampuni. Maka sudah pasti, dalam pelayanan dan pewartaan-Nya, yang dikehendaki Yesus adalah ketenangan dan kedamaian karena adanya kasih yang saling mengampuni. Yesus mudah sekali mengampuni dan mengasihi. Tidak hanya karena Dia adalah Tuhan, tetapi sebagai manusia, karakter Yesus sangat mulia, lebih dari semua manusia lain. Hal ini pertama-tama karena telah terjadi pembiasaan dan pembentukan karakter pengampunan dalam keluarga Kudus yang hidup saling mengasihi dan mengampuni. Sebagai anak, Yesus tumbuh dalam suasana keluarga yang penuh kasih sayang dan pengampunan.

Tuhan Yesus sangat mencintai semua orang tanpa terkecuali. Ia sangat menghargai setiap pribadi dan  tidak melihat pribadi seperti kebiasaan pada umumnya. Salah satu contoh dalam Injil, Tuhan Yesus berani menerima perempuan yang dianggap pendosa oleh masyarakat umum, mengasihi dan mengampuni perempuan itu. Tidak sekedar karena wanita itu mengungkapkan tanda tobatnya dengan mengurapi kaki Yesus dengan minyak wangi, tetapi karena memang Yesus adalah seorang pengampun, seorang penyayang.  Tentu saja, ketulusan hati sang perempuan yang mau bertobat,juga semakin memungkinkan  kasih pengampunan itu terjadi.(bdk.Lukas 7 : 36 – 50)

Kasih dan rendah hati adalah jiwa orang beriman. Tuhan Yesus melihat perempuan itu bukan sebagai pendosa melainkan sebagai pengasih. Seorang pengasih, juga akan memandang orang lain dengan mata penuh kasih. Itulah Yesus, itulah maria, itulah Yesus. Mereka hanya mampu memandang dan menerima kita dengan mata dan hati penuh kasih. Kasihlah yang membuka lembaran baru dalam kehidupan. Banyak orang mengalami kesulitan untuk mengasihi. Dan lebih banyak lagi yang sulit mengampuni. Sumbernya karena kurang  RENDAH HAti dan belum memiliki hati yang pengasih dan pengampunan.Barangkali karena kurang terjadinya pembiasaan saling mengampuni dalam rumah tangga kita.

Tuhan Yesus mengajak kita untuk mengasihi dan mengampuni. Pertama-tama mengasihi diri sendiri secara benar dan memaafkan kekurangan dan kelemahan diri dengan selalu bertobat. Selanjutnya pembiasaan mengasihi dan mengampuni diri sendiri,akan menular dengan mengasihi dan mengampuni sesama dalam rumah tangga kita. Lalu akan menyebar luas mengasihi dan mengampuni orang lain. Menciptakan suasana kasih dan pengampunan dalam diri dan keluarga kita dan sesama, memungkinkan sesama membenahi hidupnya dan berkembang. Kalau Tuhan saja selalu mengasihi dan mengampuni serta memberi kesempatan kepada kita untuk bertobat, maka masksudnya jelas, kita juga melakukan seperti yang kita terima dan alami dari Tuhan. Kalau sesama mengampuni kita, demikian juga kita hendaknya selalu mengampuni sesama. Jalan inilah, yang diteladankan oleh Keluarga Kudus. Jalan pengampunan. Dan betapa indahnya keluarga dan komunitas kita, jika berkembang dan kasih dan pengampunan.

Dalam konstitusi 60, tertulis :”Kita sebagai orang lemah mudah jatuh dalam dosa sekaligus menyadari betapa besarnya kerahiman Allah yang tetap mengasihi kita yang mengulurkan tangan-Nya mengajak kita untuk mencoba hidup lagi dalam rahmat-Nya.” Kalimat ini, pada dasarnya mengajak kita untuk hidup dalam kasih dan pengampunan. Juga suatu kesempatan yang selalu Tuhan berikan kepada kita manusia berdosa untuk kembali kepada pangkuan kerahiman-Nya dengan bertobat terus menerus. Tidak peduli seberapa banyak kita jatuh dan jatuh dalam kelemahan dan dosa, Tuhan tetap membuka pintu pengampunan-Nya ntuk kita. Pertanyaannya  sadarkah saya adalah org berdosa? Sejauh mana saya mengakui keberdosaan diri dan bergegas kembali pada kemaharahiman Allah yg terus tercurah untuk kita?

Sebagaimana Keluarga Kudus, yang menjadikan rumah tangga mereka jalan pengampunan, demikian juga kita diajak belajar dari Keluarga Kudus Nasaret yang selalu menyadari diri sebagai hamba di hadapan Allah; yang  hanya menunduk dengan rendah hati melakukan Kehendak Allah. Dengan demikian kita tidak mudah meninggikan  diri melainkan membuka diri akan rahmat kasih Allah yang  menjadikan kita pribadi penuh kasih dan selalu mengampuni. Dengan disposisi batin demikian, kita bersatu dengan Keluarga Kudus dalam satu  warga keluarga Allah.* Sr.Eligia, KKS