Renungan Harian

MINGGU XXXIV, HARI RAYA TUHAN KITA YESUS KRISTUS RAJA SEMESTA ALAM
Yeh. 34:11-12,15-17; Mzm. 23:1-2a,2b-3,5-6; 1Kor. 15:20-26,28; Mat. 25:31-46.
Melalui Sabda-Nya, yang diperdengarkan hari ini, Allah mengarahkan setiap orang yang percaya kepada-Nya kepada kesadaran dasar ini, yaitu bahwa ALLAH MENJADI SEGALANYA DALAM SEGALANYA. Ketika berada dalam pembuangan, di Babilonia, bangsa Israel mengalami berbagai macam penderitaan. Salah satu penderitaan yang mereka hadapi yaitu ketidakhadiran pemimpin yang sungguh-sungguh memerhatikan mereka. Para raja Babilonia hanya mengutamakan kepentingan bangsa mereka sendiri. Para pemuka bangsa Israel juga tidak menjalankan tugas dan tanggung jawab mereka yang telah dipercayakan kepada mereka. Maka, melalui nabi Yehezkiel Allah menyatakan janji-Nya bahwa Ia sendiri akan memimpin umat-Nya. Dengan penuh perhatian Allah akan memimpin umat-Nya, seperti gembala memperhatikan domba-dombanya. Untuk itu akan tampil seorang gembala yang menggembalakan umat-Nya dengan penuh kasih dan keadilan. Semuanya akan dikasihi, tetapi mereka yang memperalat sesamanya yang menderita dan papa demi keuntungan diri sendiri akan dihukum.

Yesus memberikan gambaran tentang akhir zaman, ketika diri-Nya sebagai Anak Manusia datang dalam kemuliaan. Pada akhir zaman nanti, Anak Manusia akan datang sebagai raja untuk menghakimi semua bangsa. Penghakiman ini tidak terjadi secara semena-mena. Sebab, sebagai Raja Semesta Alam, Ia mengenali mereka satu per satu sebagaimana gembala mengenali kawanannya. Seperti domba-domba, mereka ini akan diberinya tempat aman di sebelah kanannya. Tetapi yang menyukai kekerasan – seperti kambing – akan dijauhkannya. Pada saat itu, pahala akan diberikan kepada mereka yang berbuat baik kepada-Nya ketika Ia lapar, haus, tak ada kenalan, telanjang, sakit, bahkan di dalam penjara. Sebaliknya, mereka yang tidak mempunyai kepedulian akan tersingkir. Sebab, mereka tidak menyadari bahwa perlakuan mereka kepada salah satu dari saudara mereka yang paling hina sama dengan perlakuan terhadap-Nya sendiri.

Melalui penggambaran tentang akhir zaman dan penghakiman yang akan terjadi, Yesus sang Anak Manusia yang akan datang dalam kemuliaan sebagai Raja Semesta Alam menuntut setiap orang yang percaya kepada-Nya untuk berani menentukan sikap iman. Pertama, merujuk kepada diri-Nya sendiri sebagai Anak Manusia, setiap orang diundang untuk menyadari bahwa semua umat manusia itu adalah milik Allah sang Pencipta. Maka setiap orang disadarkan untuk tahu tempatnya dan menempatkan diri sebagai manusia di hadapan Allah sang Pencipta. Kedua, setiap orang yang percaya kepada Yesus, sang Anak Manusia harus berani menjadi “saudara”-nya Yesus bagi siapa saja, yang paling hina sekalipun. Itu berarti, setiap orang beriman dituntut untuk menjadi jalan dan jembatan keselamatan, melalui tindakan kasih sekecil apa pun bagi semua orang, terutama mereka yang kecil, hina dan tersingkirkan. Keyakinan akan kedatangan Yesus, sang Anak Manusia, Raja Semesta Alam dalam kemuliaan-Nya dan segala tindakan-Nya inilah yang mestinya mewarnai hidup setiap orang beriman sekarang ini.

Kepada jemaat di Korintus, Paulus menegaskan bahwa dengan kebangkitan-Nya, Kristus telah menaklukkan semua musuh. Musuh terakhir yang ditaklukkannya ialah maut. Dengan demikian Kristus telah membuka sebuah zaman baru, yaitu zaman Kerajaan Kristus. Sesudah maut ditaklukkan, Ia menyerahkan Kerajaan-Nya kepada Bapa, sehingga Bapa menjadi segala-galanya bagi seluruh ciptaan-Nya.

Apakah aku telah menyadari dan mengimani secara sungguh bahwa ALLAH MENJADI SEGALANYA DALAM SEGALANYA? Sejauh mana imanku itu telah menuntun aku untuk tahu menempatkan diriku sebagai manusia di hadapan Allah sang Pencipta? Apakah aku selalu berani menjadi “saudara”-nya Yesus bagi siapa saja, bahkan yang paling hina sekalipun? Apakah aku telah menjadi jalan dan jembatan keselamatan bagi orang lain melalui tindakan kasih sekecil apa pun bagi semua orang, terutama mereka yang kecil, hina dan tersingkirkan?
Mari menyadari dan mengimani secara sungguh bahwa ALLAH MENJADI SEGALANYA DALAM SEGALANYA. Mari menjadi jalan dan jembatan keselamatan bagi orang lain melalui tindakan kasih sekecil apa pun bagi semua orang, terutama mereka yang kecil, hina dan tersingkirkan.
Tuhan memberkati. (RD AMT)