Apa yang dapat kita renungkan dari Mgr.Vitus Bouma, SSCC untuk menggali dan mengenali kehendak Allah secara khusus bagi Bouma? Secara umum, kita percaya, Bouma berjuang menjadi orang baik, seorang beriman yang militan dan seorang misionaris yang menyenangkan hati Tuhan dan menjadi sabahat bagi semua.Kecintaannya yang besar terhadap misi memenuhi dirinya. Sehingga sejak masa mudanya, fokus perhatiannya adalah belajar tentang misi, mengajar tentang misi dan Bouma sendiri menyiapkan dirinya sebagai persembahan diri bagi misi. Disiplin, cermat, taat, tekun, rajin, ulet dan berbakti, tak kenal lelah adalah modal karakter dasar yang dimiliki untuk siap bermisi.

Bouma diutus sebagai misionaris seperti imam lainnya dan bersama mereka, berjuang seperti mereka. Juga menghadapi kesulitan yang sama di daerah misi, namun tanggapan dan sikap Bouma berbeda dari  yang lain. Yang dipandang pesimis oleh yang lain, bagi Bouma itu sebuah kesempatan yang ditawarkan Allah untuk berjuang penuh optimisme. Berbagai problem di tanah misi, antara lain kekurangan tenaga dan dana, tidak dipandang sebagai penghambat misi, tetapi pemecut daya jiwanya untuk berjuang mencari solusi. Yang telah runtuh, hancur atau bahkan hilang dari sisa-sisa keberhasilan misi di masa silam, diangkat dan dibangun kembali. Bouma membangun dengan sangat cepat dan cermat.

Suatu gerak perubahan yang cerdas yang mengalir dari hatinya yang penuh cinta akan misi yang selalu memenuhi hatinya. Sampai dikenal khalayak sebagai seorang pembangun. Untuk hal ini, bolehlah kita dapat katakan bahwa kehendak Tuhan yang khusus untuk Bouma adalah MEMBANGUN. Kegiatan membangun ini sangat akrab dengan dirinya juga kelihatan hasil buahnya. Buah yang diakui dan diterima oleh masayarakat umum, bahkan menamakannya “ Si Pembangun”.( buku MVB hal.19).

Bouma membangun hidupnya dengan cinta. Bouma membangun daerah misinya dengan cinta. Bouma bahkan membangun ( mendidikan suster pribumi, KKS) dengan cinta, dengan harapan suster-suster kecil ini mempunyai cinta yang besar terhadap keluarga dan misi. Bouma tahu bahwa cinta manusiawi yang sempurna itu ada dalam Keluarga Kudus, maka dipilihkannya Keluarga Kudus sebagai pelindung suster kecil kecintaanya ini, agar rumah-rumah biara kita, menjadi rumah Keluarga Kudus.

Bouma sudah punya modal sebelum bermisi di Bangkal Biliton. Punya iman yang besar akan penyertaan Tuhan, cerdas, memiliki daya tahan fisik dan mental yang kuat, mempunyai gairah dan cinta yang besar akan misi, sangat sederhana,disiplin dan taat.Bouma juga seorang pendoa dan kontemplatif. Sebab hanya dalam relasi yang intens dengan Allah, dalam keheningan, seseorang mengenal kehendak Allah untuk masa depan sebuah daerah misi. Untuk mendirikan KKS, Bouma telah bergumul dalam doa yang mendalam dengan Allah, tidak hanya sewaktu pelayanan aktif tetapi terutama telah menjadi sahabat Keluarga Kudus, saat menderita dalam tawanan. Yesus menderita 3 jam tergantung di kayu Salib, Bouma cukup tiga tahun dalam tawanan bagaikan digantung di salib bersama Kristus.

Seperti Yesus pada saat wafat-Nya, seolah misi berakhir. Bouma juga demikian, ketika wafatnya dalam tawanan, seolah karya misinya berakhir. Nyatanya tidak, tapi tumbuh dan hidup. Raganya boleh binasa, namun rohnya hidup. Apa yang telah dimulai, dilanjutkan oleh Yang lain. Sebab karya misi adalah karya Allah. Bouma merupakan salah satu mitra kerja Allah untuk membangun kerajaan-Nya di bumi. Seperti bapa Yosef yang lebih dulu wafat, sebelum melihat kiprah Yesus Putera asuhnya dalam pelayanan di hadapan umum.  Tugas bapa Yosef sudah selesai untuk mengantar Yesus sampai pada waktu yang ditetapkan Allah. JIka Allah mengatakan cukup, maka segalanya usai. Budna Maria, diberi karunia khusus dan istimewa  sebagai Ibu dalam kebijaksanaan dan kehendak Ilahi sendiri. Bunda Maria diizinkan untuk melihat, menyaksikan, merasakan semuanya yang dialami Putra-Nya sejak awal hidup-Nya, karya-Nya yang gemilang juga selama penderitaan sampai  wafat di kayu Salib dan bangkit  bahkan menerima Roh Kudus. Hanya Allah sendiri yang tahu, misteri kehendak-Nya bagi setiap orang.

Atas penentuan Tuhan dan kebijaksanaan-Nya, ada yang tidak menikmati buah-buah hasil jerih lelahnya selama ini bumi ini. Ada yang diizinkan menikmati sampai akhir. Bouma memang dikehendaki sebagai “Pembangun”, bukan untuk dirinya, tetapi untuk orang lain di ams ayang akan datang. Hal seperti ini banyak dialami para kudus, salah satunya adalah St. Faustina rasul Kerahiman Ilahi yang tertulis dalam Buku Harian Faustina nomor 1420 :“Dalam ketetapan-ketetapan yang tidak terselami, Allah seringkali membiarkan orang-orang yang telah mencurahkan banyak upaya untuk memenuhi suatu karya tidak menikmati buah-buahnya di dunia ini; Allah menangguhkan seluruh sukacita mereka ke alam abadi. Sungguh, Allah kadang-kadang mengizinkan mereka tahu betapa usaha-usaha itu sangat menyenangkan Hati-Nya. Saat-saat seperti itu menguatkan mereka untuk berjuang  dan beruasaha lebih lanjut. Itulah jiwa-jiwa yang menyandang kemiripan paling jelas dengan Sang Juru Selamat: dalam karya yang Ia bangun di dunia ini, hanya kepahitan melulu yang Ia nikmati.

Berjalan dalam permenenungan bersama Keluarga Kudus dan bapa Pendiri Mgr.Vitus Bouma, SSCC, kiranya kita semakin diarahkan untuk mengenal lebih jauh dan lebih dalam, apa yang dikehendaki Tuhan dari setiap kita. Sesungguhnya, hanya Allah yang tahu apa kehendak-Nya bagi setiap kita. Tugas kita mencari, menanggapi, melaksanakannya dengan segenap kemampuan. Buah-buah yang kelihatan merupakan anugerah semata. Sebagai apa, untuk apa, di mana dan kapan, dengan cara apa kita melaksanakannya, dan nanti wafat dalam keadaan apa, semuanya adalah misteri kehendak-Nya. Namun kita percaya, Allah dalam kemahakuasaan kasih-Nya dan kedaulatan kebijaksanann-Nya, tetap sebagai Allah yang hadir, IMANUEL, dan tinggal beserta kita selalu dan selamanya. Jika dulu, Allah telah selalu menyertai. Kemarin dan hari ini, juga penyertaan-Nya dan kasih-Nya kita rasakan. Maka, sebentar, besok, dan nanti selamanya, penyertaan-Nya tetap dan abadi untuk setiap kita.*