MINGGU PRAPASKAH IV: MINGGU LAETARE
Yos. 5:9a,10-12; Mzm. 34:2-3,4-5,6-7; 2Kor. 5:17-21; Luk. 15:1-3,11-32
Penyeberangan Yordan menjadi tanda nyata satu periode dalam sejarah Israel, yaitu perbudakan Mesir dan pengembaraan di padang gurun, akan segera berakhir. Keringnya air di sungai Yordan dan keringnya air di Laut Merah (Kel 14:21) merupakan awal dan akhir dari periode pembebasan. Itu berarti sebuah periode baru dimulai, yaitu Israel memasuki dan menduduki tanah terjanji. Peristiwa ini ditandai dengan penyunatan semua laki-laki yang dikisahkan dalam 5:2-9, sebagai tanda perjanjian dan peribadatan Paskah di Gilgal (5:10-12). Sunat dan perayaan Paskah merupakan dua peristiwa yang berkaitan. Kel 12:48 menjelaskan bahwa hanya mereka yang bersunat diperbolehkan mengambil bagian dalam perayaan Paskah. Maka, pelaksanaan sunat tersebut dapat dimengerti karena anak-anak yang dilahirkan selama empat puluh tahun pengembaraan di padang gurun tidak disunat. Perayaan Paskah di Gilgal dilaksanakan sebagai simbol pembebasan. Nama Gilgal diberikan karena menjadi tempat Tuhan “menghapuskan” cela Israel. Perayaan Paskah di Gilgal menjadi tanda nyata, seperti sewaktu Israel keluar dari tanah Mesir dimulai dengan perayaan Paskah, begitu pula masuknya Israel ke Tanah Terjanji , yang mengakhiri periode pembebasan ditutup dengan perayaan Paskah juga. Pesan yang hendak dinyatakan yaitu bahwa setiap manusia di dunia ini menyadari kekuasaan Allah. Setiap orang beriman harus menyadari bahwa di tengah-tengah penderitaan yang ada, mereka harus mempunyai pengharapan kepada kekuasaan dan kekuatan Allah yang membebaskan. Oleh karena itu setiap orang harus setia kepada Allah yang membebaskan.
Yesus biasa dikelilingi oleh “para pemungut cukai dan pendosa”. Mereka membuka hati untuk menerima dan mendengarkan ajaran-Nya. Hal ini membuat orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat bersungut-sungut. Kepada orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat tersebut Yesus menyampaikan sebuah perumpamaan tentang seorang bapak dengan dua puteranya. Melalui perumpamaan ini, Yesus ingin mengajak semua orang untuk memahami siapakah Allah yang diimani. Kasih bapak yang demikian hebat kepada kedua anaknya, bahkan melampaui kejahatan yang dilakukan oleh si bungsu merupakan perwujudan dari kasih Allah demikian luar biasa kepada setiap orang tanpa membeda-bedakan. Kasih bapak yang demikian besar mengoreksi secara tegas dan jelas cara pandang dan sikap yang salah baik si bungsu maupun si sulung. Si bungsu setelah mengalami berbagai penderitaan begitu yakin bahwa kelakuannya yang demikian jahat berakibat fatal baginya. Ia tidak mungkin diakui lagi sebagai anak. Maka, ia mau menjadi seorang upahan saja.
Si sulung memang selalu setia melakukan pekerjaan yang dikehendaki oleh bapaknya. Namun ia merasa seperti orang upahan saja. Sebab bapaknya berlaku tidak adil kepadanya. Bapaknya tidak memperlakukan dirinya secara layak, tidak mau menyembeli seekor anak kambing pun baginya. Ia bahkan membandingkan segala jerih lelahnya di ladang dengan cara hidup adiknya yang hidup berfoya-foya. Melalui perumpaan itu Yesus menegaskan bahwa setiap orang, seperti kedua anak itu diundang oleh sang bapak, yaitu Allah yang penuh kasih untuk meninggalkan cara pandang yang sangat keliru tentang dirinya sendiri dan tentang Allah yang diimani. Allah adalah Bapa yang penuh kasih. memperlakukan dan menerima setiap orang dengan penuh kasih tanpa batas.
Kepada jemaat di Korintus, Paulus menegaskan bahwa pewartaannya adalah karya pelayanan pendamaian. Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Oleh karena itu setiap orang diundang: “Berilah dirimu didamaikan dengan Allah”. Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia, kita dibenarkan oleh Allah.
Di hadapan Allah yang mempunyai kekuatan dan kekuasaan untuk membebaskan dan yang telah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran kita, mari kita bertanya diri: Apakah aku seperti si bapak? Apakah aku seperti anak sulung? Apakah aku seperti anak bungsu? Atau, apakah ketiganya ada dalam diriku
Mari memberikan diri kita didamaikan dengan Allah dalam Kristus Yesus sang Juru Damai Allah bagi kita.
Tuhan memberkati. *RD AMT
Recent Comments