MINGGU BIASA IIi
HARI MINGGU SABDA ALLAH
HARI KEEMPAT PEKAN DOA SEDUNIA
Yun. 3:1-5,10; Mzm. 25:4bc-5ab,6-7bc,8-9; 1Kor. 7:29-31; Mrk. 1:14-20
Ketika Israel terkurung dalam hidup iman dan keagamaan yang sempit dan dangkal, kisah nabi Yunus dan pertobatan orang Niniwe yang bukan Yahudi dikumandangkan. Tuhan bersabda kepada Yunus untuk pergi ke Niniwe. Niniwe merupakan kota kuno yang amat besar, terletak di tepi kiri dari sungai Trigis, dari kota Mosul modern. Yunus harus menyerukan bahwa empat puluh hari lagi kota Niniwe akan ditunggangbalikkan. Orang-orang Niniwe percaya akan Allah. Mereka mengumumkan puasa, baik dewasa maupun anak-anak mengenakan kain kabung. Allah melihat perbuatan mereka, berbalik dari tingkah lakunya yang jahat. Maka menyesallah Allah, Ia tidak jadi melakukan rancangan penghancuran Niniwe. Kisah ini mau menegaskan dua hal penting. Pertama, Allah adalah Bapa yang berbelas kasih kepada setiap orang yang remuk redam hatinya. Kedua, keselamatan Allah selalu ditawarkan kepada semua orang. Untuk keselamatan itu, setiap orang dituntut untuk percaya dan bertobat.
Yesus memulai karyanya dengan sebuah seruan yang sangat penting dan mendasar. Tampilnya Yesus menandaskan bahwa “berita gembira kuasa keselamatan dari Allah” mulai terjadi. Namun berita gembira itu harus dijawab juga oleh setiap orang secara radikal. Sebab kuasa Allah yang menyelamatkan itu hanya dapat dimiliki oleh mereka yang membuka dirinya terhadap Yesus dan Injil-Nya sehubungan dengan jalan pelayanan yang penuh kasih. Kisah panggilan pengikut-pengikut yang pertama melukiskan kuasa dan langsungnya panggilan Yesus kepada mereka yang membuka diri-Nya untuk mengambil bagian dalam perutusan kasih-Nya. Mengikuti Yesus dan bergabung dengan perutusan-Nya berarti melaksanakan perjalanan yang memberikan dinamika kehidupan beriman: kegembiraan hidup tetapi juga kebingungan yang luar biasa, mengalami kekuasaan yang amat besar tetapi juga ketidakmampuan yang amat radikal. Ini adalah undangan iman untuk memberikan jawaban yang radikal. Para murid pertama menjadi model bagi setiap orang beriman untuk memberikan jawaban panggilan yang radikal dan total dalam iman.
Terhadap jemaat Korintus yang masih muda, Paulus menyampaikan ajaran-ajaranya. Melalui ajarannya, Paulus mengajak mereka untuk bertindak sampai pada tahap baru kesadaran dari implikasi perbuatan yang mereka laksanakan dalam kasih, demi kemuliaan Allah. Jemaat Korintus diajak untuk melihat Kerajaan Allah sebagai nilai yang mutlak, melampaui segala urusan keduniaan. Oleh karena itu, keluarga, hiburan dan harta benda hendaknya tidak secara radikal menghalangi kasih setiap orang beriman kepada Allah. Sebab, Allahlah yang menjadi tujuan akhir hidup segala sesuatu.
Sejauh mana kehidupan berimanku kepada Allah telah aku tumbuhkembangkan? Apakah aku telah memberikan jawaban imanku secara radikal dan total? Bagaimana aku telah mewujudkan tindakan kasih di dalam hidupku setiap hari? Bagaimana aku telah menggunakan hal-hal duniawi: keluarga, hiburan, harta benda bagi perkembangan imanku?
Mari menumbuhkembangkan kehidupan beriman kita, mewujudkan kasih secara radikal dan total sebagai jawaban iman kita. Mari menggunakan hal-hal duniawi: keluarga, hiburan, harta benda bagi perkembangan iman kita.
Tuhan memberkati. (RD AMT)
Recent Comments