SABTU, PEKAN BIASA XXV
Pkh 11:9-12:8; Mzm 90:3-4.5-6.12-13.14.17; Luk 9:43b-45.

Dalam bentuk puisi atau madah yang sangat indah, bahkan terindah dalam Kitab Pengkhotbah, penulis membuat gambaran-gambaran yang seimbang sebagai sebuah perlawanan yang sangat tajam. Dengan cara itu ia mengingatkan bahwa hidup itu baik adanya, maka hayatilah dengan sepenuhnya. Kenyataan hidup dihiasi dengan berbagai warna. Hidup itu sering kali tidak dapat begitu saja dipahami, penuh misteri; baik dan buruk tampaknya bercampur. Hanya Allah yang tahu, dan Allah berbicara, tetapi dengan suatu cara, yakni pada suatu waktu di mana Allah akan menyingkapkan semuanya itu. Oleh karena itu, setiap orang diajak untuk menghayati hidup secara baik dan benar, membuka hati kepada misteri rencana dan kehendak Allah.

Yesus secara amat tegas mengejutkan angan-angan para murid dengan menyatakan jalan penderitaan yang harus ditempuhnya. Para murid tidak mampu memahami misteri itu. Sebab, mereka terkurung pada rencana dan keinginan mereka sendiri. Bagi Yesus, jalan penderitaan adalah risiko dari visi keselamatan Allah dan kemuliaan-Nya.

Apakah aku sungguh menyadari bahwa hidupku itu penuh misteri. Sejauh mana aku menyadari dan menyelami misteri kehadiran, rencana dan kehendak Allah yang melindungi dan menjadi jaminan hidupku? Beranikah aku memikul salib yang harus kuhadapi sebagai risiko penderitaan bagi visi keselamatan dan kemuliaan Allah bagiku?

Mari menyadari dan menyelami misteri kehadiran, rencana dan kehendak Allah yang melindungi dan menjadi jaminan hidup kita. Mari berani memikul salib yang harus kita hadapi sebagai risiko penderitaan bagi visi keselamatan dan kemuliaan Allah bagi kita.
Tuhan memberkati.*RD AMT