Syering Injil  Matius 25 :14 – 30.

Saya sangat tertarik dengan ayat 16 -17 :” Segera pergilah hamba yang menerima lima telenta itu. Ia menjalankan uang itu lalu beroleh lama lima telenta. Hamba yang menerima dua telenta itu pun berbuat demikian juga dan berlaba dua telenta.” Menarik, karena sesaat setelah menerima  kepercayaan yang diberikan,  kedua hamba ini  segera pergi dan melakukan apa yang semestinya untuk memperoleh hasil yang baik. Tidak dikisahkan dalam Injil, apa saja yang mereka lakukan, sehingga pada akhirnya masing-masing dari kedua hamba ini  memperoleh laba yang sama banyaknya dengan jumlah  yang diberikan kepaada mereka. Keduanya dipuji  sebagai hamba yang  baik dan setia dan dihadiahi tanggung jawab baru. Sungguh sangat beda dengan hamba ketiga yang memeroleh pemberian satu talenta tapi pergi menguburkan ke dalam tanah, karena takut.

Merenung kisah ini, mengingatkan saya akan banyak pengalaman hidup, di mana dalam masa-masa awal  menyenyam pendidikan di sekolah, dilatih, dibimbing, diberi kesempatan oleh para guru, pendidik dan pendamping untuk melakukan tugas-tugas sederhana. Dan sering kali tugas yang diberikan tidak sama bagi para murid.Ada yang lebih sedikit, lebih ringan, ada yang lebih dan lebih berat. Ada pula yang sering kali diberikan kepercayaan dalam hal tertentu, ada juga yang jarang, bahkan tidak pernah diberikan kepercayaan untuk hal yang sama. Kalau diingat-ingat pada masa sekolah di waktu lampau, dapat dimengerti dan perlu memberikan apresiasi kepada para pendidik yang mampu melihat  dengan jeli kemampuan pada anak didik dalam seluruh proses belajar hidup, yang dilatih secara perlahan-lahan dan diberikan banyak kesempatan untuk melakukan tugas secara berulang-ulang.

Kedua hamba yang baik dan setia yang dipuji sang tuan, barang kali telah memiliki pembiasaan sejak awal hidup mereka. Barangkali mereka telah terlatih  untuk mengembangkan sebuah usaha, bertanggung jawab atas sebuah tugas sederhana. Mereka telah terbentuk dengan suatu sikap yang siap sedia dan sigap.Telah terbentuk dalam diri mereka suatu pola pikir yang baik untuk berkembang dan mengembangkan diri.Telah terjadi suatu pembiasaan yang tidak menunda lama dan berpikir positif atas segala sesuatu yang dipercayakan kepada mereka. Sehingga ketika suatu saat , diberi kepercayaan, segera sesudah menerima, mereka segera menjalankannya dan akhirnya menghasilkan laba yang banyak.

Dengan pembiasaan sederhana, mereka perlahan menjadi menyukai tugas tertentu, giat dan bertekun  melakukan sesuatu. Mereka ini tahu menghargai waktu. Mereka tahu menghargai setiap pemberian yang diterima, apalagi kepada masing-masing diberikan jumlah yang berbeda. Mereka tidak sibuk menghabiskan waktu untuk saling berdebat jumlah talenta yang tidak sama yang diberikan. Mereka memiliki pikiran yang prositif kepaa tuan mereka, dan mereka menerima dengan penuh syukur pemberian itu. Fokus kedua hamba itu adalah menjalankan dengan giat dan tekun apa yang menjadi bagiannya agar menghasilkan yang lebih banyak.

Sangat beda dengan hamba terakhir yang kiranya memiliki pikiran yang negatif terhadap tuan yang mempercayakan mereka talenta itu. Berpikir negatif meskipun tidak diungkapkan secara langsung saat menerima pemberian tuan, telah membuatnya menjadi takut, lalu berakhir dengan menyembunyikan pemerian tuannya, Tidak mengerankan jika tuannya mengganggapnay sebagai hamba yang jahat dan pemalas, tidak menghasilkan apa – apa dan bahkan berani mengata-ngatai tuannya  sebagai manusia kejam. Dari kisah ini, tampak sekali, sang tuan sudah mengenal dengan baik karakter  hamba jahat ini, tapi tetap diberi kesempatan dengan satu talenta saja. Ternyata memang demikian adanya, hamba jahat dan pemalas, lebih memilih menghitung kelemahan tuannya dan menyerahkan kembali kepada tuannya apa yang sudah diberikan.Hamba ketiga ini tidak memiliki perasaan malu atau termotivasi dengan kedua hamba lain yang telah menghasilkan banyak, sehingga bisa belajar dari mereka untuk menghasilkan sesuatu.

Kisah indah ini, sungguh sangat menarik bagi saya sekaligus mengingatkan saya, untuk melihat kembali perjalanan hidup saya yang telah terlewat begitu saja, padahal ada banyak kesempatan yang ditawarkan kepada saya untuk melakukan sesuatu yang dapat menghasilkan buah-buah kebaikan dalam hidup ini. Memang ada saat-saat tertentu, ketika pikiran negatif terlintas tentang suatu tugas atau tanggung jawab, tentang kepercayaan yang diberikan, nampak nyaris otomatis tidak memiliki daya atau semangat untuk bergegas melakukan. Pikiran negatif terhadap pimpinan yang memberikan kepercayaan. Pikiran negatif terhadap jenis tugas, berat ringannya tugas. Berpikir tentang ketidakmampuan untuk melakukan. Terlalu banyak hal yang dipikirkan sehingga pada akhirnya tidak melakukan sesuatu dan pada saat waktunya berakhir, hasilnya hampa.

Lebih dari itu, saya ingat, bagaimana kisahnya jika hal ini berkenaaan dengan Tuhan sang pemberi segala anugerah dan pelimpah segala rahmat? JIka tentang tugas – tugas biasa sehari-hari  mirip seperti hamba ketiga, bagaimana mempertanggungjawabkan kepada Tuhan? Akankah mempersalahkan TUhan seperti hamba ketiga? JIka demikian, nasibnya akan  sama dengan hamba ketiga. Merenung ini, sungguh mengingatkan saya dan kembali menggugah nurani agar  segera bertobat, sebelum waktu berakhir. Bergegas untuk menghargai setiap anugerah yagn dieprcayakan Tuhan.Anugerah waktu, bakat, kemampuan, kepercayaan dan semuanya. Biar di akhir hidup boleh mendengar bisikan lirih, sebagai hamba yang baik dan setia. Barangkali tidak mudah, tetapi jika bersama TUhan, semua akan dimudahkan.^hm