MINGGU BIASA II:
1Sam. 3:3b-10,19; Mzm. 40:2,4ab,7-8a,8b-9,10; 1Kor. 6:13c-15a,17-20; Yoh. 1:35-42.
Israel berada dalam situasi krisis. Pada waktu itu sabda Tuhan yang langsung terjadi sangat jarang. Dalam situasi seperti ini tumbuh kerinduan yang sangat dalam akan kehadiran dan peranan Allah. Kerinduan ini sama seperti kerinduan Hana akan kehadiran seorang anak. Dalam diri Samuel kerinduan itu mulai terpenuhi. Kelahiran Samuel memberikan harapan baru bagi Hana. Panggilan Samuel membuka harapan baru bagi Israel. Ia adalah imam terpilih yang akan segera menggantikan keluarga imam Eli yang tidak setia dan sudah ditolak oleh Allah.

Ketika melihat Yesus lewat, Yohanes memperkenalkan Yesus kepada kedua muridnya: “Lihatlah Anak Domba Allah!”. Kedua murid Yohanes itu pun mengikuti Yesus. Melalui sapaan: “Apakah yang kamu cari?”, kedua murid itu diajak untuk mengalami dari dekat siapa, apa dan bagaimana Yesus, sang Anak Domba Allah itu. Pada akhirnya, setelah hidup bersama Yesus mereka pun mampu mengenali dan mengalami serta mewartakan siapakah Yesus itu. Kepada Simon, saudaranya, Andreas salah seorang dari kedua murid Yohanes itu menegaskan dengan penuh keyakinan: “Kami telah menemukan Mesias”. Lalu Andreas membawa Petrus kepada Yesus. Ketika Yesus melihat Petrus, Yesus pun berkata: “Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan Kefas, yaitu Petrus”. Perjumpaan para murid pertama dengan Yesus tersebut mengubah mereka secara baru, baik diri maupun hidup mereka, untuk senantiasa terbuka mendengarkan suara Tuhan dan siap melakukan kehendak-Nya. Hal itu merupakan wujud pemenuhan kerinduan Israel dan seluruh umat manusia yang telah dinantikan selama berabad-abad.

Berhadapan dengan kemerosotan moral kehidupan jemaat di Korintus, Paulus memberikan contoh moralitas pengikut Kristus. Paulus menegaskan bahwa setiap orang beriman adalah anggota tubuh mistik Kristus. Karena itu tubuh menjadi milik Tuhan yang telah bangkit, menjadi tempat kediaman Roh Kudus. Maka tubuh hendaknya dipakai untuk melayani Allah sehingga menjadi pujian bagi nama-Nya.

Menurutku, siapakah Yesus yang aku imani itu? Sejauh mana aku telah mengenali dan mengalami Yesus yang aku imani itu? Apakah perjumpaanku dengan Yesus yang aku imani telah mengubah diri dan hidupku menjadi selalu baru? Sebagai orang beriman, apakah aku sungguh menyadari bahwa diriku adalah anggota Tubuh Kristus? Bagaimanakah aku telah menggunakan tubuhku untuk melayani Tuhan dan sesamaku dalam cinta kasih?
Mari membuka diri dan hati kita untuk mengenali dan mengalami siapakah Yesus yang kita imani itu. Mari menyadari sepenuhnya bahwa kita adalah anggota Tubuh Kristus. Sebagai anggota Tubuh Kristus tubuh kita adalah bait Roh Kudus. Mari menggunakan tubuh kita untuk melayani Tuhan dan sesama dal cinta kasih.
Tuhan memberkati.(RD AMT)