Hidup hari ini, dengan perkembangan teknologi informasi yang luar biasa pesat, kebanyakan orang menjadi makin pintar dan cerdas.Orang dapat belajar apa saja dan mengakses segala yang diinginkan dan mendapatkannya dalam waktu singkat.Kepandaian, ketrampilan dan pengalaman menjadi kompetisi dalam meraih kesuksesan. Namun bukan tidak mungkin, pengalaman kegagalan seperti Petrus dapat dialami. Pada saat seperti itu, kadang  baru kita menyadari, bahwa kita butuh suara yang mengarahkan langkah itu dan memberi petunjuk untuk bertindak. Berada di dekatNya, selalu bersama-Nya , mengenal-Nya dengan lebih baik akan membantu kita, mengenal suara-Nya dan taat melakukan perintah-Nya. Simon taat perintah Yesus, karena Simon sudah mulai mengenal siapakah Yesus. Simon sedang dalam proses mengikuti Yesus. Meski hatinya terombang-ambing, antara kenyataan, pengalaman, dan kebutuhannya, di hadapan Sang Guru yang mempesonanya, Simon memutuskan untuk melakukannya. “Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon: “Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan.” Simon menjawab: “Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga.” Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak. Lalu mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain supaya mereka datang membantunya. Dan mereka itu datang, lalu mereka bersama-sama mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam.” ( Lukas 5 : 4 – 7 )

Kita membayangkan  bahwa Simon  juga turut mendengarkan ajaran Yesus kepada orang banyak dari atas perahunya. Simon pasti terpukau  dengan banyaknya orang yang  berkerumun di pantai mendengarkan ajaran Yesus. Simon tentu mulai bertanya-tanya dalam hatinya dan penasaran  dan terkagum-kagum dengan Yesus, yang selalu mempunyai cara istimewa untuk mewartakan Kabar Baik. Ketika Yesus menyuruh Simon untuk bertolak ke tempat yang lebih dalam dan menebarkan jala untuk menangkap ikan, kita meyakini bahwa Simon MENDENGARKAN dengan SUNGGUH dan SEPENUH HATI perintah Yesus. Simon tidak segera langsung melakukan perintah Yesus. Simon masih sempat mengisahkan kepada Yesus.”Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa ( Lukas 5 : 5a).” Nampaknya Simon ingin menyeringkan kepada Yesus, apa yang dialaminya. Kalau sepanjang malam saja sudah tidak ada hasil sama sekali, agak mustahil kalau siang hari, akan memperoleh tangkapan. Hal ini wajar bagi Simon seorang nelayan berpengalaman. Ikan sangat mungkin ditangkap pada malam hari. Yang menarik, Simon tidak hanya berhenti pada  kebiasaan umum yang berlaku. Simon tidak terpaku pada pengalamannya sendiri. Simon juga tidak  memprotes secara berlebihan dan membenarkan kenyataan dari pengalaman sehari-hari sebagai nelayan.

Keterpesonaan kepada Yesus yang mengajar orang banyak dari atas perahu. Kegembiraannya ketika menyadari bahwa Yesus yang dicari dan diikuti oleh banyak orang yang berbondong-bondong ternyata telah memilih perahunya dan berada bersamanya dalam perahu, Simon mendengarkan perintah Yesus dan memilih untuk melakukannya. “ tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga ( Lukas 5 : 5b). Simon tidak hanya akan menebarkan jala seperti yang dikatakannya kepada Yesus, tetapi “sungguh-sungguh menebarkan” di tempat yang lebih dalam. Seketika keajaiban terjadi, sesaat setelah mereka melakukan perintah Yesus, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mulai koyak . Sehingga mereka membutuhkan teman-teman lain untuk membantu menarik jala yang penuh dengan ikan. Lukas mencatat bahwa “sekali menabar jala di tempat yang dalam, tangkapan yang diperoleh lebih dari yang diharapkan Simon”. Dua perahu diisi penuh dengan ikan, bahkan jala hampir koyak ( Lukas 5 : 6-7).

Pengalaman Simon bersama Yesus di danau Genesaret layak untuk kita renungkan lebih dalam. Bahwa Simon yang mula-mula protes  tetapi akhirnya taat melakukan perintah Yesus, berbuah keajaiban yakni mereka memperoleh apa yang diharapkan. Kalau bukan Yesus yang menyuruhnya, kita berani mengatakan, bahwa Simon tidak akan berani menebarkan jala. Konsep lama, pengalaman  serta kebiasaan lazim sehari-hari bekerja dengan feeling nelayan melalui  petunjuk alam dan usaha keras ternyata sesewaktu  tidak menunjukkan hasil yang luar biasa berlimpah, seperti ketika Yesus menyuruh menebarkannya. Hanya dengan mematuhi perintah Yesus dan bersama Yesus dalam perahu, hasil  tangkapan berlimpah rua bahkan berlebihan. Hal ini terjadi karena  Simon bersedia membuka diri  bagi Yesus dan mendengarkan perintah-Nya. Simon rela menanggalkan konsep lama dan kebiasaan lazimnya. Simon tergerak untuk mencoba sesuatu yang baru, di luar dari pengalaman, di luar dari waktu biasanya, dan petunjuk baru, bukan petunjuk alam, tetapi petunjuk seseorang yang telah mempesonanya.

Tujuan Simon memang ingin menangkap ikan, maka suara Yesus didengarkan, demi memperoleh ikan. Bagi Yesus, bukan soal ikan-ikan yang akan ditangkap, tetapi lebih kepada disposisi batin Simon. Bagaimana  sikap, suasana dan keputusan batin seorang nelayan  professional, di hadapan Sang Guru? Ternyata, Simon memang kedapatan lebih memilih mendengarkan suara Sang Guru. Suara yang sama, yang didengar ketika memanggiln ya untuk mengikutiNya dan kini menyuruhnya untuk bertolak ke tempat yang lebih dalam. Sesuatu yang tidak mungkin bagi orang yang merasa sudah tahu,  berpengalaman dna mungkin ahli dalam bidangnya, menjadi mungkin ketika taat melakukan perintah Tuhan.

Kerinduan untuk mendengarkan Tuhan memberi petunjuk secara personal, ketika kita sedang mengalami pergumulan kiranya menjadi kerinduan kita semua. Pengalaman ketaatan Simon, kiranya menjadi inspirasi ketaatan kita mendengarkan, melakukan perintah Yesus untuk menebarkan jala. Melakukan apa yang diperintahkan Tuhan, biasanya lebih bermakna dan berlimpah rua berkatnya, dari pada melakukan sesuatu karena dorongan feeling semata, atau karena sudah biasa. Sekali memutuskan untuk mendengarkan petunjuk Tuhan, dipastikan tidak hanya hasil berlimpah-limpah tetapi ada sukacita terpancar karena yang dilakukan berkenan di hati Tuhan. Sebab bukan hasil yang Tuhan mau, tapi disposisi batin yang taat yang Tuhan perlu. Dan ketaatan selalu akan menyelamatkan kita.*hm