Ada banyak kisah menarik dan pengalaman indah di balik seruan tinggal di rumah saja. Dari media sosial kita dapat melihat kegiatan sehari-hari di rumah yang sengaja di-apload oleh pemiliknya untuk memperlihatkan betapa indahnya mengisi hari-hari hidup dalam kebersamaan dalam keluarga yang dijalani di rumah saja. Ada rupa-rupa aksi dari yang lucu humoris sampai pada yang paling kreatif,  menyentuh hati dan yang memuat pesan insani. Memperhatikan dan mengalami masa-masa indah di tengah derita ini, saya teringat akan kalimat terkenal dari Socrates. Mungkin tidak sama persis, sejauh saya ingat  saja: “Hidup yang tidak direfleksikan  merupakan hidup yang tidak ada gunanya.” Karena itu saya  membagikan beberapa refleksi pengalaman masa-masa ini yang kami alami dari rumah kami.  Sejak dua minggu stay at home kami masing-masing benar-benar merasa at home.  Saya menamai pengalaman ini suatu pengalaman HARMONI. Suatu keadaan  yang terjadi dengan sendirinya, ketika semua kami dalam rumah bersama-sama. Suatu kesempatan menata hidup lebih harmoni.

Dua minggu ini, dalam segala hal, kami berada bersama-sama. Keberadaan ini memiliki nuansa yang berbeda, dan menyiratkan kualitas kehadiran yang baru. Ruang doa yang umumnya  tidak lengkap sebelumnya, kini lengkap hadir, pagi siang  malam. Meja makan yang biasanya ada kursi kosong kini terisi penuh, pagi, siang malam. Makan siang yang umumnya beberapa orang dan sepi, kini ramai dan betah  berlama-lama di meja makan. Suatu pemandangan yang indah, sehingga makan yang sederhana dan biasa-biasa saja pun terasa sangat enak. Kebun dan pekarangan menjadi lebih rapi. Seputar rumah dan halaman menjadi lebih bersih.

Ada apa yang menarik di balik semua itu? Semangat kebersamaan, persaudaraan dan kekeluargaan yang terwujud dengan kehadiran terus-menerus dan efektif. Bersama-sama kami melakukan pekerjaan rumah tangga, menyumbangkan kreativitas dalam memasak, bersama-sama menata  kebun dan pekarangan. Pekerjaan sederhana yang sudah lama ditinggalkan, kini dilakukan kembali. Bakat, hobi dan telenta yang selama ini tidak mendapatkan kesempatan untuk perwujudannya, kini mendapatkan waktu untuk bekreasi. Ada sesuatu yang berbeda dan baru dari sebelumnya di tengah kesibukan.  Kami menjadi lebih saling mengasihi, melayani, menguatkan.

Alam sekitar pun turut mendukung. Sudah lama sekali tidak mendengar suara kicauan burung. Kali ini, sejak pagi subuh sampai siang hari masih terdengar, bahkan sampai sore dan malam.  Bertahun-tahun dikelilingi dengan kebisingan suara anak-anak dan kendaraan bermotor, kini tenang dan hening. Sungguh suatu rahmat luar biasa. Tenang, damai, asri, dan  natural. Lebih dari itu, waktu berkualitas yang selama ini diberikan untuk orang lain di luar sana atas nama pelayanan demi kasih kepada Tuhan, kali ini persembahan waktu berkualitas untuk komunitas. Yach…keluarga kami adalah komunitas. Kami memiliki banyak waktu berkualitas untuk komunitas, diri sendiri dan terutama untuk Tuhan. Duduk mendengarkan Tuhan di tengah keheningan. Duduk berbicara dengan Tuhan tentang derita dunia. Duduk bersama sesama untuk mendengarkan dari hati ke hati.

Masa stay at home ini telah membuat kami merasa saling berada satu sama lain, at home, betah. Inilah keharmonisan. Harmoni antara diriku dengan alam, diriku dengan sesama dan diriku dengan Tuhan. Suatu kehidupan yang seimbang. Tampak pula suatu contoh pola hidup yang sehat secara komprehensif yang mana semuanya tenang. Tiada tergesa-gesa. Tidak ada yang asal ada atau hadir. Tidak ada yang tidak hadir. Kami hadir satu sama lain. Hadir dengan segenap keberadaan diri. Hadir dengan hati. Kami saling berada untuk saling menguatkan dan menginspirasi. Indah dan Harmoni.

Tentang harmoni ini berkaitan erat dengan salah satu nilai hidup atau karakter yang sedang kami upayakan dalam seluruh tatanan hidup berkomunitas terutama dalam pelayanan kami yakni KASIH. KASIH yang merupakan core value dengan  nilai-nilai yang ditawarkan sekaligus diperjuangkan antara lain : Kekeluargaan dan Kesiapsediaan melayani; Adil dan Antusias; Sederhana dan Syukur; Iman dan Integritas serta Harapan dan Harmoni. Masa-masa ini semacam masa mengalami  KASIH yang utuh itu, yang selama ini  didengungkan dan selalu diperjuangkan, kini dialami dalam nuansa yang sederhana  yang mengantar kami kepada suatu suasana hidup  yang lebih harmoni.

Pengalaman ini bagaikan pengalaman ketiga murid di gunung Tabor, dalam peristiwa transfigurasi sampai Petrus meminta kepada Yesus: “ Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini ( Matius 17 : 4).Suatu pengalaman yang mencengangkan sekaligus menyentuh  hati sampai ke kedalaman jiwa.  Jiwa mengalami sentuhan kedamaian. Tampaknya sesaat saja, namun bertahan lama dalam jiwa, tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Hanya ada seruan syukur dan ungkapan pujian dan penyembahan.

Tentu saja, refleksi atas kisah personal ini tidak meniadakan derita kita karena Covid-19. Terutama yang dialami secara langsung oleh saudara – saudari yang nyaris tidak memiliki waktu untuk mengelak dan tiada daya untuk menolak bala. Tidak. Kisah ini mencoba menilik dari perpektif imani, untuk mengangkat ke permukaan kesadaran, pikiran dan kehendak diri bahwa  ada yang samar-samar ada di balik yang nyata. Bahwa selalu ada kekuatan di balik kerapuhan. Bahwa masih selalu ada nilai positif  di balik derita hati yang tak terperi. Juga masih selalu ada harapan di balik asa, ada makna di balik setiap peristiwa. dan terutama, ada Tuhan di antara kita. Dia  selalu ada.

Allah hadir. Allah  menyertai. Allah melawat umat-Nya. Satu persatu, secara personal. Allah menyapa, setiap manusia. Tanpa kata, tanpa bicara, tanpa bahasa. Tidak kelihatan, tapi jiwa merasakannya. Kehadiran-Nya tersembunyi namun nyata. Kehadiran-Nya ditandai dengan tenang, damai, harmoni. Di mana ada kasih, di situ Allah hadir. Kasih yang sederhana terwujud dalam keberadaan, kehadiran, keterlibatan. Allah hadir, tidak seheboh kehadiran Covid-19, tidak membuat seseorang menderita apalagi seisi dunia menderita. Kehadiran Allah membawa kedamaian, keharmonisan. Dan dalam pengalaman ini, tidak bisa tidak membuat kita merasa ada sesuatu yang  baru dan  berbeda. Tuhan hadir pasti membawa perubahan, pertama-tama dalam jiwa kemudian mewujud dalam realita.

Karena itu, bagiku inilah serpihan mutiara indah di balik derita covid-19. Setelah sekian waktu nama itu akrab terdengar di telinga dan semakin mengenal sepak terjang virus ganas berdarah dingin yang sesaat seolah bepetualang di bumi ini, dalam konteks refleksi imani, aku menamai Covid-19  bagaikan  duta harmoni. Tentu tidak untuk semua orang, minimal untuk kami di rumah ini dan mungkin juga untuk Anda.Bagaimana pun inilah cara kami memaknai hari-hari kelam di tengah derita dunia. Kehadirannya yang tiba-tiba telah membuat semua orang mengambil keputusan untuk kembali menata keharmonisan dalam kehidupan  pribadi dan keluarganya. Pertama-tama mungkin enggan bahkan menolak, tetapi akhirnya ketika dijalani dengan rela, semua semakin jelas.  Saya dan Anda diantar untuk mengalami apa yang selama ini dirindukan, tetapi sulit untuk diwujudkan. Damai, harmoni dan bahagia.  Bagi kita, hanya butuh sedikit langkah kepekaan batin untuk merasakan, mengalami kehadiran Allah di tengah  derita kita. Inilah rahmat tersembunyi. Blessing indisguise.  Allah sedang melawat umat-Nya dan kehadiran Allah membawa serta perubahan, gairah baru untuk menata hidup dalam keharmonisan. *hm