SABTU, PEKAN BIASA
PERINGATAN WAJIB ST. SKOLASTIKA, PERAWAN
1Raj. 12:26-32; 13:33-34; Mzm. 106:6-7a,19-20,21-22; Mrk. 8:1-10.

Setelah Salomo wafat, kerajaan menjadi terpecah belah. Yerobeam memisahkan diri. Perpecahan itu tidak hanya terjadi secara politis. Yerobeam bahkan meninggalkan imannya kepada Allah. Ia mendirikan bukit-bukit pengorbanan untuk penyembahan berhala, hanya untuk melindungi kekuasaannya. Ia lupa akan iman yang menjadi dasar hidupnya, sebaliknya ia menjadikan imannya sebagai sarana kepentingan dirinya saja.

Kisah pergandaan roti dan ikan menyadarkan setiap orang beriman, bagaimana Allah dalam diri Yesus memberikan diri-Nya seutuhnya. Pemberian diri seutuhnya dalam ketergerakkan hati oleh belas kasih tersebut menjadi daya yang menghidupkan banyak orang.

St. Skolastika adalah adik dari St. Benediktus pendiri Ordo Benediktin dan Abas termasyur biara Monte Kasino. Sejak mudanya, Skolastika bercita-cita menjadi seorang biarawati agar lebih total menyerahkan diri kepada Allah dalam doa dan tapa. Setelah menjadi seorang biarawati mengikuti jejak kakaknya, ia mendirikan biara tersendiri berdekatan dengan biara Monte Kasino. Banyak pengikutnya yang tinggal di biara itu. Kedua kakak beradik itu selalu saling meneguhkan dalam kehidupan membiara. Skolastika meninggal di hadapan kakaknya sendiri pada tahun 543. Menyaksikan kesedihan para biarawan dan biarawati, Benediktus berkata: “Janganlah menangis dan sedih! Yesus telah memanggil Skolastika dari tengah-tengah kita supaya ia menjadi pembantu dan pelindung bagi kita yang masih mengembara di dunia ini”. Skolastika dikuburkan di biara Monte Kasino.

Apakah imanku telah menjadi dasar bagi hidupku? Apakah imanku telah menjadikan aku selalu tergerak hati oleh belas kasih? Apa wujud nyatanya?
Mari bersama St. Skolastika menjadikan iman sebagai dasar yang menggerakkan hidup kita!
Tuhan memberkati.