Renungan  harian

SENIN, PESTA PEMBAPTISAN TUHAN
Yes. 55:1-11; MT Yes. 12:2-3,4bcd,5-6; 1Yoh. 5:1-9; Mrk. 1:7-11.
Di tengah situasi yang tanpa harapan, nabi Yesaya tampil menyerukan harapan dan jaminan kepastian bagi Israel, yaitu pada Allah. Allah sangat peduli terhadap umat-Nya yang menderita. Air yang menyegarkan, makanan sebagai penyangga hidup diberikan oleh Allah secara cuma-cuma, gratis. Semua itu diberikan-Nya sebagai rahmat supaya Israel, bangsa pilihan-Nya itu dapat pulang dari pembuangan. Pemberian-pemberian tersebut baru merupakan permulaan. Allah akan memberikan lebih lagi. Ia bahkan mengikat dan membarui lagi perjanjian sebagai bukti kerelaan yang telah dijanjikan kepada Daud. Oleh karena itu sang nabi menuntut setiap orang untuk selalu mencari dan berseru kepada Tuhan. Setiap orang yang berdosa harus bertobat, mengikuti rencana dan kehendak Allah, bukan rencana dan angan-angannya sendiri.

Seruan pertobatan dan pembaptisan dengan air yang dijalankan Yohanes merupakan ungkapan dan ajakan bagi setiap orang supaya mau mendekat kembali kepada Allah. Namun demikian, disadari pula betapa kehidupan umat mudah mengering seperti air. Air tidak bakal cukup untuk menghidupkan kembali batin yang telah kering dan membatu. Dibutuhkan kekuatan dari atas, yaitu Roh yang bergerak di atas air seperti dalam penciptaan. Pada saat itulah Tuhan bersabda memfirmankan kehidupan. Itulah yang disadari Yohanes Pembaptis. Kesadaran ini menggerakkan Yohanes untuk menunjuk kepada Yesus sebagai Mesias, pemenuh dan pelaksana seluruh kehendak Allah. Peristiwa pembaptisan Yesus oleh Yohanes digambarkan secara amat jelas oleh Penginjil Markus. Walaupun Yohanes yang membaptis Yesus, namun Allah sendiri yang memberkati Yesus. Allah yang membelah langit dan mengutus Roh Kudus ke atas Yesus dalam bentuk seekor burung merpati dan berkata: “Engkaulah anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mu-lah aku berkenan.”

Di dalam dan melalui Yesus yang datang seperti orang banyak untuk menerima baptisan tobat dari Yohanes adalah tanda nyata kehadiran Allah yang berbagi kehidupan dengan setiap orang. Dalam diri Yesus inilah terpenuhi jaminan harapan dan kepastian yang telah dijanjikan oleh Allah dalam warta para nabi. Peristiwa pembaptisan Yesus ini memperlihatkan secara jelas datangnya kekuatan-kekuatan ilahi bersama sang Putra terkasih untuk menyertai perjalanan setiap orang yang percaya kepada-Nya.

Kemauan Yesus untuk berbagi kehidupan dengan orang banyak, kesediaannya ikut merasakan kegelisahan dan kerisauan orang banyak dalam menantikan kedatangan yang dijanjikan, itulah yang membuat-Nya dipenuhi Roh Kudus. Kenyataan ini menjadikan-Nya sebagai orang yang amat dekat dengan Yang Ilahi sendiri dan diserahi tugas menghadirkan-Nya kepada siapa saja. Keterbukaan Yesus untuk berbagi keprihatinan dengan orang banyak menjadi jalan bagi Yang Ilahi untuk hadir di tengah-tengah manusia. Inilah bukti nyata bahwa Yang Maha Kuasa tidak meninggalkan manusia yang gelisah, yang menderita, yang mengalami kesusahan. Sekarang ini juga Yang Ilahi hadir menghibur dan menolong setiap orang yang menderita lewat kesediaan orang-orang yang mempedulikan keadaan mereka. Inilah iman, inilah kesaksian cinta kasih Allah seperti yang ditegaskan oleh Yohanes dalam suratnya yang pertama.

Bagaimana aku telah memaknai dan menghidupi baptisanku? Apakah Allah telah menjadi harapan dan jaminan kepastian bagi hidupku? Sejauh mana aku telah membuka diriku seutuhnya bagi kekuatan Allah dalam Roh Kudus-Nya untuk membimbing arah hidupku? Seperti Yesus, sejauh mana aku telah membuka diriku untuk berbagi keprihatinan dengan sesamaku?
Mari mendengarkan kepastian dari Allah: “Engkaulah anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mu-lah aku berkenan.”
Tuhan memberkati. ( RD AMT)