MINGGU BIASA XI
Yeh 17:22-24; Mzm 92:2-3,13-14,15-16; 2Kor 5:6-10; Mrk 4:26-34

Tanah Yehuda mengalami keresahan politik. Pada tahun 597 sebelum Masehi, Nebukadnezar, Raja Babel (si rajawali besar) datang ke Yehuda dan mengambil raja Yoyakhin (si pucuk pohon aras) serta menunjuk Zedekia (si taruk-taruk tanah) menjadi kepala negara Yehuda. Dalam keadaan seperti ini, dengan cara alegori tentang carang dari pucuk pohon aras, Allah melalui sang nabi menyatakan janji jaminan-Nya. Allah akan menanam carang dari pucuk pohon aras yang tinggi, memeliharanya dan mengembangkannya. Dengan cara itu Allah menyatakan jaminan janji-Nya bahwa masa depan Israel ada di tangan Allah. Sebab, Allah mampu membuat pohon tinggi menjadi rendah dan pohon rendah menjadi tinggi.

Kerajaan Allah diumpamakan oleh Yesus seperti benih. Kerjaan Allah itu seperti benih ditaburkan di tanah oleh petani. Petani tersebut harus sabar menunggu pertumbuhan benih itu. Sebab, pertumbuhan benih itu tidak tampak, terjadi secara diam-diam, tidak diketahui. Demikian juga Kerajaan Allah, pertumbuhannya sering kali tidak disangka-sangka, diam-diam dan tidak kelihatan. Kerajaan Allah juga seperti biji sesawi. Sebagai benih sayuran, ia adalah benih yang sangat kecil, namun kalau ditaburkan di tanah, ia akan tumbuh menjadi lebih besar dari segala jenis sayuran yang lain, mengeluarkan cabang-cabang yang besar, sehingga burung-burung di udara dapat bersarang dalam naungannya. Demikian juga Kerajaan Allah, ia memerlukan waktu untuk bertumbuh menjadi besar, menghasilkan buah sampai pada kegenapannya. Kedua perumpamaan ini menandaskan secara amat hebat tentang daya Kerajaan Allah yang luar biasa. Daya kerajaan Allah tidak bisa diduga-duga dan tidak bisa dimanipulasi. Daya Kerajaan Allah yang demikian harus menjadi jaminan dan memberi semangat yang luar biasa bagi setiap orang beriman untuk menghadapi segala rintangan dan cobaan dalam memberitakan Injil Kerajaan Allah.

Berdasarkan pengalamannya sebagai pemberita Injil, Paulus mengingatkan dan menyadarkan setiap orang beriman bahwa target kita adalah menetap pada Tuhan. Sebab, tempat kediaman sejati sebagai orang beriman adalah bersama Tuhan di dalam surga. Bekal kita untuk hidup bersama Tuhan adalah “hidup berkenan kepada Allah”. Namun, kita masih jauh dari dari Tuhan. Maka, yang kita butuhkan adalah kegigihan dan ketabahan.

Apakah aku selalu menyadari bahwa Allah adalah janji dan jaminan bagi hidupku? Sejauh mana daya Kerajaan Allah telah memberikan semangat yang luar biasa bagi diri dan hidupku untuk menghadapi segala rintangan dan cobaan dalam tugas perutusanku sebagai orang beriman? Sejauh mana kegigihan dan ketabahan telah aku bangun dan wujudkan dalam setiap perjuang hidup berimanku?
Mari selalu menyadari bahwa Allah adalah janji dan jaminan bagi hidup kita. Mari mewujudkan semangat hidup beriman kita di dalam kegigihan dan ketabahan perjuangan hidup beriman kita.
Tuhan memberkati. (RD AMT)