Keluarga Yosef dan Maria merupakan  anggota Keluarga Kudus saat ketika mereka memutuskan untuk melaksanakan kehendak Allah yang kudus. Keputusan yang selalu diawali dengan tawaran untuk memilih dalam kebebasan batin yang penuh. Maria memutuskan melaksanakan kehendak Allah yang kudus melalui fiatnya ( Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu. Lukas 1 : 38. Kualitas kekudusan Maria tidak hanya terletak pada ‘ketika Maria menjawab dengan Iya” pada kehendak Allah, namun pada seluruh perjuangannya mewujudnyatakan jawaban kesediaan kepada Allah dalam hidup sehari-hari”. Seluruh perziarahan hidup Maria, BERUBAH total, dan “MULAI sesuatu yang baru” sejak saat itu. Alkitab mencatat…tiada keraguan lagi dalam diri Maria untuk melakukan kehendak Allah. KOMITMEN  yang disertai USAHA  dan KERJA KERAS untuk memelihara Komitmen dan MENGHIDUPI  komitmen dengan tekun…hasilnya adalah KESETIAAN sampai akhir di bawah salib.

Kapan Bapa Yosef merupakan “anggota Keluarga Kudus”?  Saat ketika Bapa Yosef memutuskan untuk melaksanakan kehendak Allah yang kudus; dengan mengambil Maria sebagai isterinya, sesaat setelah terjaga dari mimpi. “ Sesudah bangun dari tidurnya, Yosef berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya. ( Matius 1 : 24). “Bangun dari tidurnya” dapat ditafsirkan sebagai “suatu kondisi di mana kita tidak tahu apa pun yang terjadi baik saat kita  “tidur” terhadap diri kita sendiri,maupun orang lain dan situasi sekitar kita. Situasi tidak tahu inilah ‘situasi gelap”. Bangun dari tidur, merupakan saat “memperoleh sesuatu yang menerangi akal budi, pikiran hati dan sekaligus situasi sekitar, sehingga kita dapat MELIHAT segalanya. Kualitas  kekudusan Santo Yosef tidak hanya terjadi sesaat setelah bangun dari tidur itu, tapi keseluruhan hidupnya, sejak saat itu dia  BERUBAH, menjadi pribadi yang berbeda.

Apa yang berubah dalam diri Maria dan Yosef sejak dipanggil untuk menjadi “anggota keluarga Kudus Allah?” Banyak aspek yang berubah  bahkan seluruh dimensi kehidupan berubah. Perspektif hidup yang semula sekadar yang manusiawi berubah menjadi yang imani…Dari rencana membangun keluarga menurut versi manusiawi kepada suatu keterlibatan bersama Allah untuk membangun keluarga Allah, bersama Allah sendiri. Dari keterarahan hidup yang biasa-biasa menuju keterarahan kepada Yang Ilahi semata-mata. Perubahan fokus hidup, dari yang sederhana dan fana  berubah menuju suatu yang  baka dan mulia.

Suatu perubahan yang bermula dari kesediaan diri untuk menerima dan menyambut perubahan  yang dikehendaki Allah. Maria dan Yosef ‘masih dalam status tunangan”, Allah datang menawarkan perubahan. “Sesungguhnya engkau akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia , Yesus ( Lukas 1 : 31).  “Ketika Yosef suaminya mempertimbangkan maksud itu , malaikat Tuhan nampak dalam mimpi dan berkata : “Yusuf anak Daud, janganlah engkau  takut  mengambil Maria sebagai isteri,…” ( Matius 1 :20).  Tawaran  perubahan yang melampaui rencana dan kehendak diri sendiri namun rela sedia menerima dengan penuh syukur segera sesudah itu.  Sang Sabda yang menerangi budi dan hati dengan Terang pengertian baru akan kehidupan”…Siapa yang menerangi…’Sabda Allah melalui malaikat yang menerangi  pikiran dan hatinya”. Alkitab mencatat..sejak saat itu, baik Maria maupun Yosef tidak pernah lagi bimbang dengan rencana-rencana manusiawi..tetapi sepenuhnya hidup menurut kehendak kudus Allah saja.

Perubahan yang disinari dengan Terang Sang Sabda Ilahi, tidak bersifat sementara dan sesaat, tetapi selamanya. Sebab kehendak Ilahi Allah berlangsung selama-lamanya, dan selamanya Maria dan Yosef belajar dari hari ke hari bersama Sang Sabda yang hadir dalam hidup dan rumah tangga mereka untuk  menyesuaikan diri dengan kehendak Allah itu. Meskipun hal ini, tidak berarti semuanya akan  baik-baik saja…Injil mengisahkan bahwa  sejak awal persetujuan Maria dan Yosef secara personal dengan mengikatkan diri pada kehendak Ilahi Allah, mereka segera melepaskan,menanggalkan  semua  ikatan –ikatan, baik dengan dirinya sendiri (berkaitan dengan rencana dan kehendak diri) dan ikatan keluarga dan sanak saudara, juga tempat tinggal dan kampung halaman.

Kehendak Allah, telah  dengan sedemikian rupa membuat mereka untuk memercayakan diri sepenuhnya kepada Penyelenggaraan Ilahi dan mengandalkan Allah saja. Kehidupan yang penuh dinamika perubahan inilah yang dijalani  oleh Keluarga Kudus dalam sepanjang perziarahan hidup mereka. “ Dari Nasaret ke Betlehem, dari Betlehem ke Mesir, dari Mesir ke Nasaret  dan berakhir di  Kalvari (Yerusalem)… Apapun yang dialami, “Mereka memandang kehendak Allah sebagai tugas penting maka kehendak Allah terus-menerus dicari, didengarkan, dan tanpa pertimbangan dan menunda-nunda,  segera dilaksanakan” (. ( bdk. Konst. No. 6).

Sebagai sebuah keluarga, kekudusan keluarga Suci “mulai “ saat peristiwa inkarnasi itu, SAAT SABDA MENJADI DAGING/MANUSIA ( baca: sesuatu yang hidup); Saat kehadiran Allah disetujui untuk diterima, TINGGAL, dan HIDUP bersama MEREKA. Sesudahnya, Sabda itu  diterima dengan penuh syukur, diizinkan berdiam “di tempat yang layak bagiNya”, dihadirkan di dunia, diasuh, dirawat, dijaga, dilindungi, ditemani sampai pada saat yang ditentukan oleh Allah sendiri.

Saat-saat tersebut, merupakan saat awal dan istimewa, sebab saat tesebut merupakan  KOMITMEN AWAL yang MENGUBAH HIDUP MEREKA yang kemudian selanjutnya, mengubah dunia.Apa yang mereka lakukan untuk mengubah hidup mereka??? Mereka sepertinya “tidak melakukan apa-apa menurut  keinginan mereka”. MEREKA hanya melakukan apa yang dihendaki Allah  dari mereka melalui hal-hal sederhana dan biasa-biasa secara terus-menerus, dengan tekun dan setia. Itu saja.

Apa yang mereka lakukan untuk mengubah dunia? Mereka tidak melakukan apa pun untuk mengubah dunia… Sebab sejak semula mereka tidak  berpikir dan mengarahkan hidup mereka untuk mengusai dunia. MEREKA sungguh-sungguh FOKUS pada apa yang menjadi BAGIAN yang diperuntukkan oleh mereka dari Allah untuk dijalani dan  dilakukan. Maria fokus sebagai seorang ibu dan melakukan seluruh tanggung jawab  seorang ibu. Dari Maria, Allah “hanya” meminta menjadi seorang ibu. “ sesungguhnya engkau akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaknya engkau menama Dia YEsus”…( Lukas 1 : 31).Maria melakoni peran sebagai ibu dengan keibuan yang sederhana.

Yosef FOKUS sebagai seorang ayah dan melakukan seluruh tanggung jawab seorang ayah di dunia ini. Hidup Maria dan Yosef sebagai sebuah keluarga, sepenuhnya, seluruhnya, terarah untuk  “mengasuh, merawat, melindungi, mendampingi, membimbing, mendidik, mengantar Putra Allah” sampai saatnya tiba. Dari Yosef, Allah “hanya” meminta menjadi seorang suami. “ Jangan takut mengambil Maria sebagai isteri sebab anak yang dikandungnya berasal dari Roh Kudus.( Matius 1 :20). Yosef berperan untuk ikutserta dalam rencana Allah yang luar biasa istimewa bagi keselamatan…dengan kebapaan yang penuh ketulusan.

Mereka tidak bercita-cita mengubah dunia, tetapi dunia berubah sejak mereka memberikan keputusan kepada Allah untuk menjawab “YA “atas kehendak Allah untuk menyelamatkan dunia. Keputusan  itu dipelihara sebagai sebuah komitmen yang dihidupi dalam ketekunan. Dapat dikatakan “dunia selamat” atas partisipasi mereka ‘menerima Sang Sabda jadi manusia”, hidup dalam keluarga mereka. Meskipun keselamatan dunia itu juga melalui proses panjang, karena Sang Sabda Yang Hadir dan menjadi manusia melewati proses-proses manusiawi. Mereka menyalurkan dengan penuh rasa syukur kepada orang lain dan membawa orang lain ke dalam satu keluarga Bapa.( bdk. Konst.no.6)

Dalam kondisi “normal manusiawi, YANG ILAHI SANG SABDA MENJELMA menjadi MANUSIA”…selanjutnya SELURUHNYA  “seolah-olah” tergantung dari bagaimana Maria dan Yosef ‘menjaga, mengasuh, merawat dan menghidupinya”. Itulah ‘pekerjaan utama Maria dan Yosef sepanjang hidup mereka.  Pekerjaan mulia, yang sangat sederhana kelihatannya. Yesus Sang Juru selamat dunia, yang lahir sebagai manusia, mengalami proses manusiawi, yang sungguh-sungguh manusia dalam asuhan kasih Maria dan Yosef.

Pertanyaan kita : Kapan Anda menjadi ”anggota “Keluarga Kudus?” Bagaimana cara Suster menjaga, merawat “Sang Sabda” yang hidup dalam diri Suster? Keputusan Anda untuk menerima Sang Sabda menjelma dalam diri dan kehidupan Anda, sepatutnya akan mengubah hidup dan keluarga Anda. Jika kita mengakui, meniru teladan keluarga Kudus, mestinya juga perubahan-perubahan karakter manusiawi kita, semakin lenyap diganti dengan karakter keluarga Kudus. Seperti Bunda Maria dan bapa Yosef, hidupnya berubah, ketika memutuskan untuk ikut ambil bagian dalam tawaran Allah, menjadi sebuah keluarga baru , dengan tugas-tugas yang baru.

Perubahan terbesar yang diharapkan adalah  perubahan arah hidup, dari keterpusatan pada kepentingan sendiri atau kepentingan manusiawi , kepentingan duniawi, menjadi keterarahan yang melulu pada kepentingan Allah dan kehendakNya. Demikianlah yang diteladankan  Maria dan Yosef, sesaat setelah memutusakan, arah hidup , cara hidup, semuanya berubah. Perubahan  ini seiring sejalan dengan keterbukaan dan disposisi batin menerima kehadiran sang Sabda  yang menjelma dalam diri Yesus yang hidup dalam keluarga Maria dan Yosef.

Maria dan Yosef menyesuaikan diri, dari waktu ke waktu dengan kehidupan Yesus. Seluruhnya bepusat pada Yesus. Setiap saat, mereka selalu memandang kepada Yesus, mendengarkan Yesus, memperhatikan dengan sungguh-sungguh dan siap sedia melayani Yesus. Saat itulah, karakter ilahi bertumbuh dan berkembang teus-menerus.Benih-benih kekudusan semakin berkembang dan keluarga mereka, yang semula tampak insani menjadi Yang Ilahi.

Perubahan hidup seolah-olah terjadi dengan sendirinya ketika ada usaha dan perjuangan keras dalam terang rahmat Ilahi, untuk terus-menerus menyesuaiakn diri dengan karakter Yang Ilahi. Yosef dan Maria, telah melewati semua proses tersebut puluhan tahun di Nasaret. Dan keberadaan serta seluruh kehidupan mereka telah mengubah dunia yang gelap menuju terang,dari kebinasaan menuju keselamatan. Kita pun dapat menyerupai mereka dalam keutamaan-keutamaannya jika sungguh-sungguh merindukan perubahan karakter yang dapat mengubah dunia. Keluarga Kudus, doakan kami supaya kami dapat mewujudkan diri sebagai keluarga Allah.*