Dalam Bulla “Misericordiae Vultus” ( MV) ada beberapa bagian yang ditulis oleh Paus Fransiskus secara sangat nyata mengetengahkan kehidupan Keluarga Kudus, terutama Maria yang disebut sebagai Bunda  Kerahiman (MV 24) meski untuk Bp Yosef, tidak disebutkan sama sekali. Namun, secara  implisit Bapa Paus Fransiskus menyebutkan  pada alinea terakhir MV 24 tentang doa kita yang harus meluas kepada para santo dan santa, beato/beata yang menjadikan kerahiman Ilahi perutusan mereka dalam kehidupan. Tentu saja di dalamnya ada St.Yosep, Bapa asuh Yesus, raja kerahiman Ilahi.  Adalah sudah biasa, Bapa kita St.Yosef yang rendah hati, telah menempatkan dirinya serendah-rendahnya, untuk tidak diingat dan disebut bahkan sangat jarang dalam Kitab Suci, demi semakin besar dan mulianya Sang Raja Kerahiman Ilahi, Yesus Kristus.

Bapa Paus Fransiskus dengan penuh keyakinan dan iman, berkenan mengawali  Bulla MV ini dengan pernyataan demikian : “ Yesus Kristus adalah wajah kerahiman Bapa. Kata-kata ini mungkin juga merangkum misteri iman kristiani. KERAHIMAN ILAHI MENJADI HIDUP DAN KASAT MATA DALAM YESUS DARI NASARET, MENCAPAI PUNCAKNYA DALAM DIRI-NYA. Bapa, “kaya dengan kerahiman”( Ef 2 : 4) setelah menyatakan nama-Nya kepada Musa sebagai “Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya”(Kel 34 :6), tidak pernah berhenti menunjukkan, dalam berbagai cara sepanjang sejarah, kodrat ilahi-Nya. Dalam ‘Kegenapan waktu”( Gal 4 :4), ketika segalanya telah diatur sesuai dengan rencana keselamatan-Nya, Ia mengutus Putra-Nya ke dalam dunia, yang lahir dari Perawan Maria, untuk menyatakan kasih-Nya bagi kita dalam sebuah cara yang definitif.Cara siapapun yang  melihat Yesus melihat Bapa ( Yoh 14 :9).Yesus dari Nasaret, dengan kata-kata-Nya,perbuatan-perbuatan-Nya, dan seluruh pribadi-Nya menyatakan kerahiman Allah.( MV 1).”

Patut kita mencatat bahwa  bagian dari  MV 1 ini, sungguh-sungguh termaktub dalam Konstitusi kita nomor 5; “Ketika sudah saatnya, Allah berpaling kepada manusia dan mengutus PuteraNya ke dunia untuk menyelamatkan manusia dan memperdamaikan manusia dengan Putera-Nya yang lahir sebagai manusia lemah di tengah umat manusia. Dalam diri Maria dan Yusuf, umat manusia menerima kehadiran Yesus dengan iman dan penuh syukur. Bdk Gal  4 : 4 -5, Bdk Rom 1 : 16 – 17.Pernyataan penting dalam nomor 5 Konstitusi ini, jelas memuat dimensi Kerahiman Ilahi Keluarga Kudus: “Allah berpaling kepada manusia dan mengutus Putera-Nya ke dunia untuk menyelamatkan manusia dan memperdamaikan manusia dengan Putera-Nya,…

 Menyelami Lubuk Kerahiman Ilahi Keluarga Kudus

Kalau Yesus dari Nazaret, dengan kata-kata-Nya, perbuatan-perbuatan-Nya, dan seluruh pribadi-Nya menyatakan kerahiman Allah, sebagaimana diungkapkan Paus Fransiskus dalam MV 1, sudah selayaknya kita merenungkan dan sekaligus meyakini, bahwa seisi rumah Nazaret, Maria dan Yosef juga kata-kata, perbuatan dan seluruh pribadi mereka menyatakan kerahiman Allah. Namun, dari berbagai sumber, ajaran Gereja dan pengalaman kontemplasi para santo-santa yang sangat dekat pergaulan mistiknya dengan Maria dan Yesus sewaktu masih hidup di dunia ini, yang menyatakan, bahwa Maria adalah guru  Yesus, tidak hanya sebagai Bunda yang melahirkan Putra Allah, tapi guru dari Yesus, Putra Allah.  Dapat dikatakan bahwa Yesus,  sejak dikandung oleh Roh Kudus dalam rahim Maria, dilahirkan, masa kanak-kanak dan seluruh masa remaja-Nya, Bunda Kudus, menjadi guru bagi Yesus, dalam kata dan perbuatan-Nya. Meski pun Gereja juga mengakui, bahwa sebagai guru bagi Yesus, Maria sebenarnya sejak awal telah memperoleh ‘rahmat kebijaksanaan Ilahi,yang berasal dari Allah sendiri, karena Maria memang penuh rahmat, segala rahmat Allah, dipunyainya, dalam prosi yang tepat sebagai Ibunda Putra Allah. Dengan mengkontemplasikan Yesus Putra Bapa, sepanjang hanyatnya, Maria juga memperoleh  “kebijaksanaan  dan intelektual ilahi” yang  sangat cukup untuk “merawat, mendidik,mengajar, Yesus sebagai manusia. Sebagai Tuhan, Yesus adalah Maha Guru dari semua guru, Sang Kebijaksanaan dari semua orang bijak. (MV)

Dengan memandang dari konteks ini, kita dapat memahami bahwa Maria adalah guru Yesus, dan tentu saja dalam konteks  ini juga, segala  gerak laku Yesus yang penuh rahim, sebagai manusia yang bertumbuh dan berkembang dalam Keluarga Nazaret, Yesus telah berlajar sejak awal hidup-Nya dari Maria dan Yosef.Yang kemudian dalam seluruh karya-Nya semakin nampak jelas diri-Nya sebagai wujud  dan wajah Kerahiman Allah.Selain itu, kita meyakini pula, bahwa Yesus mempunya seorang ayah asuh di dunia ini, di mana sebagai manusia, Yesus belajar dan  meniru dari Yosef, bagaimana Yesus belajar   bergaul, belajar bekerja, belajar segalanya sebagai seorang manusia, sehingga Yesus  bertumbuh semakin besar, makin dikasihi manusia dan juga Allah.

Dalam Keluarga Maria dan Yosep di Nazaret, Yesus bertumbuh, berkembang, hidup dan akhirnya berkarya, kata-kata-Nya, perbuatan-Nya, dan seluruh pribadi-Nya sebagai seorang manusia, tidak begitu saja  jadi, tetapi melalui proses manusiawi sebagaimana layaknya semua anak manusia yang lahir di dunia ini, dalam lingkungan  dengan aura mistik yang sedemikian rupa, menyatakan, sekaligus memancarkan kerahiman Allah. Tidak hanya itu, dalam pewartaaan-Nya di muka umum, dalam ajaran-Nya, perumpamaan Yesus  juga menggambarkan contoh-contoh kerahiman Allah yang nyata.

Yesus, Maria dan Yosep, dalam rumah Keluarga Kudus di Nazaret telah menjadi contoh utama  dalam melakukan karya-karya jasmani kerahiman ( memberi makan orang yang lapar, memberi minum kepada yang haus, memberi pakaian kepada yang telanjang, menyambut orang asing, menyembuhkan orang sakit, mengunjungi orang yang dipenjara dan  menguburkan orang mati), juga menjadi teladan utama dalam melakukan karya rohani kerahiman ( menasehati orang yang bimbang, mengajari orang bebal,menegur orang-orang berdosa,menghibur orang yang menderita, mengampuni kesalahan, menanggung dengan sabar mereka yang berbuat jahat, dan mendoakan orang yang hidup dan yang mati), MV 15. Jika dalam ketiga pribadi Keluarga Kudus Nazaret ini, seluruh hidup dan kehidupan mereka memancarkan kerahiman Allah, bukankah layak kita katakan, bahwa Keluarga Kudus adalah lubuk kerahiman Allah?

Itulah alasan utama, saya berani berbagi dengan  para suster, dari permenungan saya, bahwa  sungguh, Keluarga Nazaret adalah lubuk Kerahiman Ilahi, Konstitusi kita juga menyatakan demikian. Tidaklah berlebihan, kita bisa mengatakan bahwa dengan cara yang sangat manusiawi, Sang Raja Kerahiman Ilahi, berkenan hidup di tengah keluarga sederhana Maria dan Yosef di Nazaret, yang tentu juga memiliki hati yang penuh kasih dan  rahim. Yang harus menjadi sumber kegembiraan dan sukacita kita adalah bahwa kita diberkati dengan anugerah khusus untuk merenungkan secara lebih mendalam, Keluarga Kudus sebagai lubuk kerahiman Ilahi, yang dari  dalamnya kita tinggal menimba dari sumur yang penuh kerahiman itu. Apa yang mesti kita lakukan, sudah tersedia bagi kita dalam Konstitusi yang dilengkapi dengan Direktorium, secara lebih spesifik dan istimewa.

Bagaimanakah kita dapat menimba kerahiman Ilahi dari Lubuk Keluarga Kudus , jika kita kurang niat atau kehendak teguh untuk menyelaminya lebih dalam? Hanya dalam kedalaman, air semakin jernih… semakin indah pemandangan di dasarnya dan murni. Menyelami lubuk Kerahiman Ilahi Keluarga Kudus, tidak sekadar  tahu, dan mengamini bahwa memang ada, ibarat kita tahu ada sebuah sungai yang memiliki air, tapi kita tidak pernah berani menyentuh, menyeberang, dan menikmati kesegaran airnya? Dari dulu-dulu, bahkan mungkin sebelum kita memilih menjadi suster KKS, yang berspiritualitas Keluarga Kudus, kita sudah tahu , bahwa dalam Keluarga Kudus, Yesus, Maria dan Yosef ada segalanya?? Tetapi mengapa, sampai saat ini, cara hidup kita, masih seperti  ini-ini saja, nyaris tidak  ada bedanya dengan orang-orang lain, dalam kata, perbuatan dan keberadaan kita, yang menjadi “Tampilan Keluarga Kudus?”( Direkt. 2,3). Ada apa dengan kita?? Kita tidak kekurangan teladan hidup dan tidak kekurangan sumber air dan bahkan kita memiliki lubuk Kerahiman Allah dalam keseluruhan contoh hidup dan teladan Keluarga Kudus.  Barangkali kita memiliki banyak alasan untuk menjawab pertanyaan di atas.

Paus Fransiskus mengajak kita semua untuk segera mengembangkan cara hidup baru, untuk tumbuh lebih kuat dan lebih efektif dalam rengkuhan kasih Bapa yang penuh rahim dan merelakan diri kita  dan komunitas menjadi pribadi-pribadi dan komunitas yang setelah terinspirasi, terserap, mengalami kerahiman Bapa, berkenan menjadi alat kerahiman bagi semua uamt-Nya, bagi dunia dan segenap ciptaan-Nya ( MV 3).

Mengenakan Busana Kerahiman Keluarga Kudus

Untuk  menjadi “Tampilan Keluarga Kudus Nazaret” mengharuskan untuk kita meniru, mengadopsi, mengenakan Kerahiman Allah yang nyata hidup dalam Keluarga Kudus sebagai patron, pola dan gaya hidup kita sehari-hari. Menjadi tampilan Keluarga Kudus, bukanlah sebuah opsi yang masih harus ditawar, atau dipertimbangkan, tidak. Menjadi seorang Suster KKS, sudah dengan sendirinya, MEMILIH untuk menjadi “Tampilan Keluarga Kudus” dan karena itu pula, mengenakan busana KErahiman Keluarga Kudus juga bukan pilihan tetapi KEHARUSAN.

Bagaimana Saya dapat mengenakan busana Kerahiman Keluarga Kudus??

  1. Sebelum mengenakan busana Kerahiman KKYMY, pastikan bahwa saya telah menanggalkan “busana lama yang saya miliki, yang saya kenakan selama ini, yang mungkin membuat saya tampak kurang atau bahkan tidak elok dipandang, tidak layak menjadi “Tampilan Keluarga Kudus” atau setidaknya orang tidak mengenal, melihat dalam diri saya tampilan KKYMY.
  2. Saya mesti tahu dengan pasti, busana apa saja yang saya kenakan selama ini, yang ternyata tidak cocok dan tidak sama dengan busana Kerahiman Keluarga Kudus? Apakah itu berupa kelemahan-kelemahan sentral saya, dosa-dosa pokok saya yang beranak pinak dan sulit saya berantas? Luka-luka batin yang belum tersembuhkan yang juga enggan saya sentuh, yang menghalangi saya untuk mengampuni, untuk mengasihi, untuk bermurah hati, untuk menyerahkan diri sepenuhnya pada Tuhan. Singkatnya apa saja yang menghalangi saya untuk berkata-kata dengan kata penuh kerahiman, untuk bertindak penuh rahim dan berdoa dengan penuh rahim? Tanpa mengetahui dan mengenali lebih  dalam keadaan, kondisi busana lama yang saya kenakan,  saya tidak akan tahu bagaimana mau melepas atau menanggalkannya. Atau boleh jadi  saya tidak menyadari sama sekali, saya pikir dan merasa sendiri bahwa saya sudah mengenakan busana Keluarga Kudus, namun dilihat orang lain, ternyata BUKAN.  Karena bisa jadi, kelihatan mirip dari jauh, namun dari dekat, ternyata bukan. Dengan kata lain, banyak pekerjaan dan perkataan baik, namun tidak terlahir dari motivasi untuk memuliakan Allah, tetapi terlahir dari motif egois, dengan kepentingan-kepentingan saya yang tersembunyi.
  3. Bagaimana saya menanggalkan busana lama saya, supaya bisa mengenakan busana Kerahiman Allah seperti Keluarga Kudus? Sudah jelas, caranya. Gereja menyediakan semuanya, dengan berbagai cara dan bentuk. Saya tinggal pilih dan belajar mencoba untuk mengenakannya. Apakah saya tertarik untuk mencobanya dengan menggunakan semua sarana itu? Gereja menyediakan berbagai permenungan seputar Kerahiman Ilahi dengan anugerah indulgensi, ada devosi-devosi dan praktek-praktek kerahiman jasmani  dan rohani yang mesti dilatih, tersedia pula obat Kerahiman Ilahi melalui sakramen tobat dan Ekaristi sepanjang 24 jam sehari. Gereja menyediakan sahabat-sahabat kudus untuk menolong saya mengembangkan diri antara lain St.Faustina Sang Rasul Kerahiman Ilahi.
  4. Kita tahu dan sadar bahwa melepas, menanggalkan busana lama kita yang kotor penuh dosa, kerapuhan manusiawi dan kelemahan insani, tidaklah semudah kita buka kerudung, buka baju ketika hendak mandi. Sama dengan kesadaran kita, bahwa ketika kita memakai baju pun, tidaklah langsung sekaligus, ada tahap-tahap, mulai dari pakaian dalam, luar, lalu jubah, ikat pinggang, kerudung dan mengenakan Salib.Menanggalkan kebiasaan lama yang menjadi pola hidup kita tidak sekaligus, dan mengenakan yang baru juga tidak bisa cepat-cepat sekaligus, karena akan nampak tidak rapi. Tapi bagaimana pun, haruslah melepaskan yang lama, sebelum mengenakan yang baru. Mungkinkah itu terjadi? Bagi manusia nampak tidak mungkin. Bagi yang lemah kehendak dan semangat dan sulit berubah mungkin sulit.Bagi yang kurang sadar dirinya mengenakan busana lama, mungkin sulit.Bagi yang sudah senang dan nyaman dengan busana sekarang, mungkin tidak begitu mudah. Tetapi tidaklah demikian bagi orang yang percaya. Paus Fransiskus mengajak menimba kelimpahan rahmat Kerahiman Ilahi yang berlimpah dengan iman. KITA HANYA BISA MEMASUKINYA DENGAN  IMAN…yach dengan keterbukaan hati dan   Iman  juga penuh  harapan..sebab harapan tidaklah mengecewakan, bagi orang yang percaya dan kasih yang besar kepada Allah yang Maha Rahim. Hanya dengan percaya sungguh dan andalkan kuasa kasih dan Kerahiman Ilahi itu sendiri, kita akan dimampukan sedemikian rupa untuk menanggalkan busana kelemahan , kerapuhan dan dosa kita yang  dan dapat mulai mengenakan busana kerahiman Ilahi sebagaimana dikehendaki meski  harus melalui proses. Proses untuk menanggapi kasih kerahiman Allah ini, jauh lebih penting dan utama dari hasil apapun yang kita terima, sebab dengan proses ini,, sebenarnya kita ANDALKAN KErahiman Ilahi dan inilah yang menyenangkan Tuhan.
  5. Bagi kita suster KKS, busana Kerahiman KKYMY, bukan sekadar busana tambahan, seperti semacam topi, shal, blero/rompi, switter, jaket, yang hanya penutup badan dari angin, dingin atau panas.Tidak. Busana Kerahiman Ilahi KKYMY, harus saya kenakan sebagai busana utama saya yakni JUBAH dan Kerudung, yang menjadi identitas KKS. Karena itu, semestinya kita lebih bergegas, bersemangat, dalam segala upaya untuk melepaskan busana lama, dan sibuk mencoba busana baru, untuk segera dikenakan. Kalaupun tidak sekaligus, kita mulai dengan mengenakan dari dalam,lalu perlahan-lahan yang di luar, yang nampak oleh orang lain, sehingga hidup kita, kerja kita, karya kita, keberadaan diri kita di mana pun kita berada, orang mengenalnya sebagai seorang suster KKS yang sungguh menjadi “Tampilan Keluarga Kudus Nasaret”.Apakah ini mungkin,.. Dengan antusias dan  penuh iman kita harus berkata, ya..sangat mungkin karena segala sesuatu mungkin bagi yang percaya, beriman dan segera mau berubah.
  6. Keluarga Kudus sebagai Lubuk Kerahiman Ilahi, telah menyediakan semuanya bagi saya, terutama Firman Yang hidup, yang mengharuskan saya untuk bertekun, membaca..membaca..merenung…merenung..dan berupaya dengan pertolongan rahmat Tuhan untuk mengamalkannya dengan berbagai prakter kerahiman jasmani dan rohani atau dengan trilogi KKS sebagaimana yang termaktub dalam Konstitusi KKS, yang “dengan kesederhanaan, ketaatan, dan kesiapsediaan dalam pelayanan bagi Gereja dan masyarakat, terutama keluarga-keluarga yang membutuhkan, saya bersama Komunitas dan Kongregasi mengikuti Kristus dalam perjuangan-Nya mewartakan Kerajaan Allah(Konst.9)hm