Setiap hari kita mendoakan kalimat ini dalam Litani Keluarga Kudus : Keluarga Kudus yang menjadi pusat damai dan persatuan, sucikanlah kami. Layak kiranya kita merenungkan salah satu seruan dalam Litani Keluarga Kudus ini, untuk mengingatkan kita, di tengah maraknya ancaman perpecahan dan ketidakdamaian di sekitar kita, termasuk di tanah air kita. Seruan ini kiranya sekaligus menjadi ungkapan doa dan harapan kita akan kedamaian dan kesatuan di tanah air kita, kesatuan dan kedamaian dalam keluarga-keluarga kita.

Yesus Pusat Damai

Dalam Keluarga Kudus Nasaret, pusat keluarga Yosep dan Maria adalah Yesus. Kerberadaan dan kehadiran Yesus di dalam Keluarga Yosef dan Maria, yang menjadikan keluarga ini damai. Sejak awal mula kelahiran Yesus di dunia, para malaikat mewartakan damai kepada para gembala di padang :  “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang maha tinggi  dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya( Lukas 2 : 14)”. Kehadiran Yesus, membawa damai.  Simeon, ketika menyambut bayi Yesus dan menatang-Nya sambil memuji Allah seraya berseru : “Sekarang, Tuhan, biarkanlah hambaMu ini pergi dalam damai sejahtera sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari mpada-Mu ( Lukas 2:28-29). Simeon memandang,  menyentuh Yesus, merasakan damai dan merindukan kedamaian abadi segera terwujud.

Seluruh peristiwa hidup Yesus, pewartaan dan karya-Nya memberikan kedamaian. Melalui Sabda dan mukjizat-Nya, kedamaian dirasakan oleh orang banyak yang mengikuti-Nya. Kedamaian ini bukan sekadar  perasaan, tetapi lebih kepada sesuatu yang menyentuh amat dalam, sampai pada kedalaman hati. Sehingga orang-orang yang tersentuh hatinya oleh kedamaian ini, bersedia mengikuti Yesus, ke mana pun Dia pergi. Bahkan ada yang meninggalkan segala-galanya untuk mengikuti Yesus. Sebab berada di sekitar Yesus, bersama Yesus, selalu ada kedamaian. Situasi ini, tidak hanya terjadi dan dialami oleh rasul-rasul-Nya serta para pengikut pada zaman Yesus, namun berlangsung terus sampai sekarang. Banyak orang, dari segala bangsa, bahasa dan penjuru dunia, berusaha mencari Yesus dan mengikuti-Nya.

Jika kita bertanya kepada orang-orang yang sedang berjuang untuk mengimani Yesus, mengapa mereka tertarik untuk mengikuti Yesus, salah satu jawabannya adalah damai. Membaca kisah-Nya saja merasakan damai mendengarkan firman-Nya, hati menjadi damai. Memandang gambaran dan rupa-Nya dalam foto, lukisan, memberikan kedamaian tersendiri, apalagi berdoa kepada-Nya.  Dan kisah seperti ini selalu ada, dari hari ke hari, sepanjang segala zaman, baik pria maupun wanita, kaum tua maupun anak-anak, orang dewasa maupun kaum muda, semua telah mengalami sendiri. Dari banyak pengalaman dan kisah hidup banyak orang, kita baca bahkan kita alami, bahwa meski pun upaya keras menggapai kedamaian hati, telah ditempuh dengan bayaran mahal, dalam rentang waktu yang lama, toh akhirnya pelabuhan damai sejahtera yang terakhir hanya ada dalam Yesus. Suatu kedamaian yang sejati, bukan rasa damai yang sementara atau palsu. Yesus adalah jawaban atas pencarian kedamaian sejati yang setiap orang rindukan.

Selalu ada sesuatu dalam diri Yesus yang menentramkan hati, melegakan dahaga, menenangkan pikiran dan  meneduhkan jiwa. Selalu ada damai di hati, ketika dekat dengan Yesus, meskipun senyatanya hidup ini dikepung berbagai persoalan  hidup. Dialah raja damai yang menjamin kedamaian yang utuh dan penuh dalam diri setiap orang yang percaya kepada-Nya, dalam diri semua manusia dan segenap makluk ciptaan. Dialah damai kita.

Yesus Pusat Persatuan

Kehadiran Yesus-lah yang membuat Maria dan Yosef bersatu sebagai satu keluarga. Maria berani meninggalkan rencana dan kehendak-Nya untuk menerima Yesus dalam rahim-Nya. Yosef menanggalkan kehendaknya dan rencana untuk menceraikan Maria secara diam-diam, hanya karena Yesus yang  dikandung oleh Maria tunangannya, berasal dari kuasa Roh Kudus. Yosef dan Maria, dengan penuh iman dan sukarela bersatu sebagai satu keluarga, dalam ikatan perkawinan karena kehadiran Yesus yang dikehendaki Allah.

Sejak hadirnya Yesus di dunia, sudah ada banyak orang, di sepanjang zaman dan akan berlangsung terus sepanjang masa, pria dan wanita, yang rela meninggalkan segala sesuatu  dan mempersembahkan hidupnya sampai akhir hayat, untuk bersatu dengan Yesus Kristus yang diimani sebagai Tuhan dan Juruselamat. Segala kesulitan, tantangan, penderitaan tidak dihiraukan, asalkan menemukan dan bersatu dengan Yesus. Banyak kaum muda yang  membangun rumah tangga, mengakui bahwa Yesuslah yang mempersatukan mereka. Banyak keluarga-keluarga yang setia sampai akhir hayat meski didera berbagai penderitaan, mengakui bahwa Yesuslah inspirasi kekuatan sekaligus kesetiaan yang mempersatukan mereka.

Banyak orang, di berbagai tempat di belahan bumi ini, rela meninggalkan tanah airnya, kaum keluarga dan kerabatnya, kesuksesan dan kesenangan, serta rela hidup di pengasingan, di tempat-tempat berbahaya, di desa-desa terpencil dan terisolir, dengan sejuta duka dan derita, melayani orang-orang kecil, orang sakit dan menderita, hanya karena Yesus. Yesus yang membuat mereka memiliki minat dan ketertarikan yang kuat serta rasa cinta yang besar untuk hidup bersatu dengan orang-orang yang menderita. Bersatu dengan Yesus bukan sekedar dalam angan atau imajinasi, tetapi dirasakan ‘nyata’ dan “hidup” dalam kehidupan mereka. Yesuslah yang mempertemukan dan mempersatukan mereka dengan orang –orang yang menderita.Yesuslah sumber dan inspirasi persatuan. Yesuslah pemersatu.

Bunda Maria, Ratu Pencinta Damai

Maria dianugerahi banyak gelar. Salah satu gelar dalam Litani Santa Perawan Maria adalah seruan Maria Ratu Pencinta damai. Tidak sekedar pencintai damai, tetapi Maria Ratu damai. Dialah yang melahirkan Yesus sang  Raja damai. Gereja bahkan menyerahkan dan menaruh seluruh harapan akan kedamaian dalam hidup di dunia ini, pada setiap awal tahun, kepada  Maria, Bunda Allah. Hari Perdamaian Sedunia, setiap tanggal 1 Januari, dirayakan bersama dengan HR Maria Bunda Allah. Bunda yang melahirkan Yesus, yang mendamaikan manusia dengan Allah.

Bapa Yosef, pendamai

Meskipun tidak banyak dikisahkan tentang Bapa Yosef, atau gelar-gelar istimewa dalam konteks ini, namun kita meyakini bahwa  Bapa Yosef adalah pendamai. Berada bersama Bapa Yosef, dalam perlindungan Bapa Yosef, Yesus dan Maria  terlindung dari segala mara bahaya dan ancaman. Allah mempercayakan kehidupan Putra Ilahi-Nya dan ibunda Putra-Nya  di dunia ini kepada Bapa Yosef. Allah mengetahui  bahwa dalam pengasuhan Bapa Yosef, kehidupan Putra-Nya di dunia terjamin dan terpenuhi segala kebutuhan mereka. Karakter  Sang Putra Ilahi-Nya sebagai manusia, yang hidup di Nasaret, terbentuk  dan mendapat jaminan dari Bapa Yosef. Kiranya pantas, jika Gereja menyerahkan perjalanan panjang kehidupannya di dunia ini  dalam ziarah panjang menuju Yerusalem surgawi kepada Bapa Yosef. Gereja percaya, dalam naungan Bapa Yosef, kedamaian sejati yang dirindukan Gereja terwujud.

Belajar Hidup damai dan bersatu dari Keluarga Kudus Nasaret

Kehidupan keluarga Maria dan Yosef, dalam kedamaian, ketenangan, kesatuan hati juga turut serta membentuk dan mempengaruhi karakter Yesus sebagai manusia. Kedamaian, kesatuan yang terjalin dalam Keluarga Kudus, antara Yesus, Maria dan Yosef sebagai personal  dengan sumber utama kedamaian dan persatuan adalah Yesus, menjadikan seluruh kehidupan keluarga Nasaret sebagai pusat damai dan persatuan. Siapapun yang datang berlindung dan memohon kedamaian hati dan persatuan kepada Keluarga Kudus Nasaret pasti akan memperolehnya. Tidak cukup kiranya hanya memohon untuk dicurahi rahmat kedamaian dan persatuan dalam hidup kita. Setiap permohonan kiranya disertai dengan upaya membentuk karakter sebagai pendamain dan pemersatu. Sebagai manusia, selama puluhan tahun, karakter Yesus dibentuk dalam suasana hidup yang biasa sehari-hari , dalam bimbingan Yosef dan Maria di Nasaret. Untuk tampil di depan umum selama kurang lebih tiga tahun, Yesus membutuhkan  waktu tiga puluh tahun. Pembiasaan melalui pendampingan, bimbingan, contoh hidup yang baik, disertai penghayatan hidup sehari-hari, membuahkan  hasil yang gemilang.

Dari Injil , kita mengetahui kisah Keluarga Kudus di Nasaet. Kedamaian dan persatuan dalam keluarga mereka pertama-tama dibangun atas dasar kasih yang saling menghargai dan mengampuni. Dalam Keluarga Kudus, kasih Ilahi penuh dan meluap-luap dalam diri Yesus, Maria dan Yosef. Mereka saling menghargai  dan menerima peran masing-masing satu sama lain. Seluruh usaha mereka terarah hanya untuk membahagiakan satu sama lain dan menyenangkan hati Allah saja. Maria dan Yosef berjuang dalam terang gelap iman mereka untuk mengabdi, melayani dan menyenangkan Yesus, putra mereka, yang sekaligus Putra Ilahi. Maka meski menurut pandangan insani, hidup mereka sangat sederhana namun dalam dalam tataran Ilahi, memiliki keagungan yang tak ternilai.

Damai Mulai dari Diri dan Rumah Anda

Kedamaian dan persatuan yang Anda dan saya rindukan, kiranya hanya akan terwujud dengan lebih baik dan sempurna jika berani meniru segala contoh hidup Keluarga Kudus Nasaret. Keselamatan seluruh dunia yang dikehendaki Allah dan dibawa Yesus, pertama-tama bermula dari Keluarga Kudus Nasaret. Damai yang mengalir  dari satu pribadi, Yesus Putra Allah yang berinkarnasi jadi manusia. Kemudian kepada Maria dan Yosef yang menerima kehadiran Yesus dengan penuh rasa syukur dan menyalurkannya kepada semua orang lain.

Hal yang sama akan terjadi dengan kita. Jika Anda merindukan dunia damai, Indonesia yang damai.  Mulailah dari diri Anda, bukan mengharapkan dari orang lain. Mulailah dari rumah Anda. Mulailah menerima, menghargai dan mengampuni diri sendiri dan orang-orang dalam rumah Anda. Kedamaian dan persatuan akan memancar dari rumah Anda menuju  lingkungan sekitar dan tanah air kita Indonesia tercinta.  Damai dan persatuan dari Indonesia menuju dunia. Anda memiliki peran besar, sama besarnya dengan mereka yang terlibat langsung menjaga keamanan, persatuan dan kesatuan bangsa di garda depan dengan memanggul senjata. Dengan memanggul senjata doa dan berperisaikan  Firman Allah di dada Anda, kita percaya, kedamaian dan persatuan selalu akan jadi milik Anda, milik keluarga Anda dan milik Indonesia. Anda dan saya berjuang dalam perjalanan bersama Keluarga Kudus. Ya Keluarga Kudus Nasaret, pusat damai dan persatuan sucikanlah kami. *hm