Dalam Litani Keluarga Kudus disebutkan tiga pribadi Yesus, Maria, dan Yosef masing-masing sebagai teladan. Keluarga Kudus yang bapanya merupakan teladan pelayanan. Keluarga Kudus yang ibunya merupakan teladan kesabaran. Keluarga Kudus yang Putra IlahiNya merupakan teladan ketaatan. Pada hari mengenangkan Wafat Tuhan kita Yesus Kristus, kita merenungkan Keluarga Kudus yang Putra IlahiNya merupakan teladan ketaatan secara lebih istimewa.

Yesus, Putra Allah yang menjelma menjadi manusia dan hidup di tengah dunia dalam keluarga Maria dan Yosef di Nasaret, taat sejak awal mula. Kita mengetahui kisah masa kecil, masa mudaNya, masa berkarya dan ketika menderita sengsara. Seluruh peristiwa atau kisah hidup Yesus memiliki warna dasar adalah  taat. Seluruh hidupNya, dalam segala hal, segala keadaan, sejak dan selama menjadi manusia, Yesus taat. “Dalam keadaan sebagai manusia,Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai wafat bahkan sampai wafat di kayu salib ( Filipi 2 :8). Ketaatan-Nya langgeng dan abadi. Dalam sebuah renungan stasi Jalan Salib dinyatakan demikian : Karena cinta-Nya kepada manusia dan ketaatan-Nya kepada Bapa-lah yang membuat Yesus sedemikian rela dan kuat untuk melanjutkan perjalananNya sampai Kalvari.

Antara Ketaatan dan Cinta

Antara ketaatan dan cinta ada relasi yang mendalam. Kalau tidak ada cinta, tidak mungkin ada ketaatan. Seseorang taat karena cinta. Demikianlah Yesus. Bagi kita manusia, mungkin bisa taat tanpa cinta. Taat karena takut. Bisa takut macam-macam. Takut dimarah, takut dipecat, takut tidak diperhitungkan, takut tidak mendapatkan hak kita. Takut  bukan cinta. Sebab dalam cinta tidak ada ketakutan. Yesus taat karena cinta. Cinta kepada Bapa juga cinta kepada manusia, cinta kepada seluruh ciptaan. Yesus begitu mencintai Bapa. Komitmen cinta itu diwujudkan, diungkapkan secara nyata dalam ketaatan. Dia taat sampai wafat bahkan sampai wafat di kayu Salib.

Seluruh peristiwa  hidup Yesus yang  terungkap dalam Sabda dan karya-Nya menjadi contoh, teladan istimewa bagi kita. Jika kita hendak belajar taat, kita mesti memandang kepada Yesus. “ Lihatlah  manusia itu” ( Yoh 19 : 5). Ini adalah perkataan Pilatus. Ada baiknya kita merenungkan, untuk senantiasa melihat, memandang kepada Yesus.Dengan memandang-Nya kita pasti akan terinspirasi dan terdorong begitu kuat untuk meniru teladan ketaatan-Nya.

Keberanian Taat pada Musuh

Pendiri kita, Mgr.Vitus Bouma, SSCC dari dalam penjara  pernah berkata : Yesus taat kepada algojo-algojoNya.Yesus justru menjadi misionaris, ketika hidupNya dan pekerjaanNya berakhir dengan kematianNya pada Salib.” Ungkapan Mgr. Vitus Bouma ini menyatakan ketaatan Yesus yang luar biasa besar. Yesus tidak hanya taat kepada Bapa tetapi juga taat kepada manusia. Yesus taat pada Maria dan Yosef. Yesus bahkan taat kepada “musuh-musuhNya”. Yesus taat pada para algojo yang menyiksaNya sedemikian keji. Yesus taat pada seluruh hukum alam manusiawi, taat pada setiap proses perkembangan sebagai seorang manusia, mengalami semua yang dialami manusia kecuali dosa.

Selain pengakuan akan ketaatan Yesus yang sempurna terhadap musuhNya, kata-kata Mgr.Bouma juga merupakan ungkapan kekuatan imannya ketika mengalami pergumulan hidup yang berat  dalam keadaannya sebagai manusia rapuh dalam tawanan. Mgr.Bouma memperoleh kekuatan ekstra untuk setia menjalani karena selalu memandang kepada Yesus, yang taat pada Bapa dan taat pada musuh-Nya. Bouma terinspirasi dengan ketaatan Yesus pada algojoNya dan berani menyatakan bahwa Yesus justru menjadi misionaris ketika hidupNya dan pekerjaanNya berakhir pada salib. Mgr.Bouma tidak hanya menatap Yesus.Tidak hanya mengagumi ketaatan Yesus. Bouma meniru dengan sungguh-sungguh ketaatan Yesus. Hal ini terbukti dari seluruh hidupnya yang tertib selama dalam masa tawanan dan akhirnya wafat dalam tawanan. Sekedar memandang penuh rasa kagum, belumlah menjamin apapun. Hanya perbuatan nyata yang memberikan jawaban, bahwa kita dapat taat karena cinta.

Keselamatan Buah Ketaatan

Luar biasa ketaatan Yesus mencakup segalanya dan sempurna.  Ketaatan Yesus sampai wafat di kayu Salib,membuahkan keselamatan kekal bagi kita seluruh umat manusia dan segenap ciptaan. Bayaran keselamatan ini, begitu mahal  ketaatan yang dimaterai dengan darah. Karenanya, tidak seorang pun dari kita, yang bakal sempurna, jika tidak memandang dan meniru ketaatan Yesus. Taat pada hal-hal baik, pada orang-orang baik, pada keadaan dan kondisi yang baik, tidak sulit. Taat kepada pemimpin yang sah, yang disenangi dan disukai, juga mudah. Taat kepada musuh, kepada orang-orang yang membenci kita, yang hendak menghancurkan hidup kita atau taat kepada orang yang tidak menghargai kita, tidak mudah.

Sungguh, hanya cintalah yang mampu bertahan untuk tetap taat dalam situasi yang sangat sulit. Yesus sudah menunjukkan ketaatan yang sedemikian heroik dan sempurna. Jalan ketaatan penuh cinta ini, kiranya hanya diperoleh melalui rahmat. Jalan cinta penuh ketaatan ini, kiranya anugerah istimewa dan kita mesti merindukan dan memohonkannya supaya ikut ambil bagian dalam ketaatanNya. Mungkin kedengaran sulit. Yach..memang sulit bahkan tidak mungkin bagi manusia. Tapi bagi Allah segala sesuatu mungkin. Dan inilah kebenaran Firman Allah, segala sesuatu tidak ada yang mustahil bagi Allah. Kita hanya diminta percaya , sungguh – sungguh percaya dan penuh harapan. Dengan landasan iman penuh pengharapan ini, akan tumbuh rasa cinta. Dari rasa cinta akan berkembang menjadi sebuah komitmen. Komitmen untuk mencintai  akan bertumbuh bersama ketaatan. Anda tidak bisa mencapai suatu ketaatan total jika tidak dilandasi cinta yang berlandaskan iman yang berpengharapan. Sama seperti saya juga tidak mampu mengklaim diriku penuh cinta jika tidak kubuktikan dan kunyatakan dalam segenap alur hidupku bahwa aku taat. Taat kepada Allah yang dikonkretkan dengan taat pada semua yang berhak memperoleh dan menerima ketaatanku.

Yesus telah taat sampai wafat di kayu Salib. Ketaatan ini selalu menjadi inspirasi ketaatan kita sepanjang perjalanan hidup ini sampai finis di detak jantung terakhir. Ketaatan kita akan membuahkan keselamatan, bagi diri kita sendiri dan juga orang lain. Yang tidak mau taat, tidak selamat. Betapa berharganya nilai sebuah ketaatan kita, sekecil apapun. Mau atau tidak mau, rela atau tidak rela, kita tetap harus belajar taat jika ingin selamat dan menyelamatkan kehidupan. Karenanya , baiklah kita berdoa tiada henti seraya berjuang untuk taat. Rahmat Allah pasti akan menyempurnakan usaha kita. Oh..Keluarga Kudus yang Putra Ilahinya merupakan teladan ketaatan, doakanlah dan sucikanlah kami,AMIN.*hm