Syering Injil Lukas 5 : 1 – 11.

Kisah Injil  yang indah ini, telah lebih diperindah ketika aku mendengarkan dengan cermat dan sepenuh hati, kotbah indah Bapa Paus Fransiskus dalam Perayaan  Ekaristi akbar di Gelora Bung Karno Jakarta, Kamis, 5 September 2024, yang  kini sedang berlangsung yang sedang  dihadiri puluhan ribu umat Katolik Indonesia.  Bagiku, setiap untaian kata – kata dalam kotbah, sangat indah, menarik dan inspiratif. Semua  kalimat memiliki muatan tersendiri yang layak direnungkan secara istimewa, untuk dipetik sebagai rhema.

Sembari mendengarkan korbah Beliau, mataku memandang dengan jelas terjemahan dalam bahasa Indonesia yang tertera dalam layar televisi. Dari sekian banyak kalimat indah, hatiku tersentuh dan tercengang dengan setidaknya tiga kata “dipanggil” yakni dipanggil untuk MENGHIDUPI SABDA, MENGHIDUPI KASIH, MENGHIDUPI PANGGILAN DALAM HIDUP SEHARI-HARI.

Mendengar dengan cepat dan berusaha menangkap tulisan yang tidak lama bertahan di layar kaca, aku tertegun dengan kata “menghidupi”. Menghidupi sabda berarti menghidupi kasih, menghidupi kasih berarti menghidupi panggilan dalam hidup sehari-hari. Demikian aku mengartikan menurut versiku sendiri  dari rhema kotbah ini.

Benar saja, jika berani menghidupi sabda Yesus, maka ‘tidak akan tertawan dalam kegagalan ” seperti Petrus, yang mendengar Sabda Yesus dan segera menghidupinya dalam ketaatan.  “Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras,dan kami tidak menangkap apa-apa. Tetapi atas perintah-Mu aku akan menebarkan jala juga.”  Saat mendengar perintah Yesus, hati Petrus terbuka, dan sesegera itu pula, Petrus percaya akan Sabda Yesus, kepadanya agar bertolak ke tempat yang dalam dan menebarkan jala untuk menangkap ikan. Sebuah proses menuju “keberhasilan memperoleh ikan yang melimpah, sampai jala mulai koyak.  Mendengarkan, mengimani, menghidupi ( taat melakukan apa yang disabdakan Tuhan) membawa mukjizat.

Merenung rhema kotbah Bapa Paus Fransiskus, menyadarkan aku, bahwa banyak kali, hidupku tidak berubah, tidak berbuah, tidak berdampak bagi orang lain, meski setiap hari aku membaca, mendengarkan Sabda Tuhan, bahkan berkali-kali. Jawabannya jelas, karena aku tidak mengimani apa yang aku dengar, apa yang aku baca dari Firman-Nya. Aku tidak taat, tidak sungguh-sungguh percaya, sehingga sabda-Nya berlalu begitu saja. Aku tidak menghidupi ( baca : tidak segera melakukan apa yang aku dengar, yang aku yakini untuk dilakukan).  Aku hanya sampai pada pendengar yang menipu diri, hanya mendengar tetapi tidak melaksanakan.

Sabda itu tidak hidup. Sabda itu mati dalam pikiranku. Sabda Tuhan hanya lewat begitu saja. Padahal jika aku mau segera melaksanakan ketika Sabda-Nya lewat dalam pendengaranku, masuk dalam hatiku, menggerakkan jiwaku, membuka nuraniku, tentulah akan menghasilkan buah yakni buah kasih.

Kulumatkan rhema kotbah. Menghidupi sabda, menghidupi kasih, menghidupi panggilanku dalam hidup sehari-hari. Aku sadar, banyak kali aku tertawan dalam kegagalan untuk mengasihi karena  belum mampu menghidupi sabda Kristus dalam hidupku. Tidak cukup iman untuk mendengarkan setiap Sabda Kristus sebagai Sabda yang berdaya guna, sabda yang hidup yang harus dihidupi  terus-menerus dalam hari-hari hidupku.

Tapi hari ini, mulai hari ini, aku tidak boleh  lagi menawan diri dalam kegagalan untuk menghidupi  sabda dan mengasihi. Malam kegagalan telah berlalu. Sabda Tuhan yang hidup telah menerbitkan harapan dalam dalam hatiku untuk berani  menghidupi Sabda, menghidupi kasih dan menghidupi panggilan dalam hidupku.

Terima kasih Bapa Paus Fransikus atas kehadiran, cinta, dan buah kasih dalam kotbah ini hari ini. Banyak orang diberkati dengan perjumpaan fisik dengan Bapa Paus di GBK. Aku di sini terberkati, karena perjumpaan dengan Sang Sabda Ilahi. Aku percaya kehadiranmu di Indonesia untuk menghadirkan Sang Sabda Ilahi yang telah sungguh hidup dalam hidupmu yang telah sekian waktu menghidupi Sabda, menghidupi kasih dan menghidupi panggilanmu. Semoga nama Allah semakin dimuliakan dalam hidupku, hidup manyarakat Indonesia dalam kemajemukan. Iman, persaudaraan dan belas kasih, kiranya semakin tumbuh subur di bumi Nusantara- Indonesia karena siraman Sabda Allah yang selalu dihidupi oleh setiap jiwa. Hari ini mataku melihat Sabda yang dihidupi dan kasih itu yang tertera dalam foto indah ini. Semoga damai itu nyata hari ini dan selamanya. *hm