Syering Injil  Matius 15 : 21 – 28 . Saya sangat tertarik dengan  ayat 22 – 23 : ” Maka datanglah seorang perempuan  Kanaan dari daerah itu dan berseru :”Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita. Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawabnya. Lalu murid-murid-Nya datang dan meminta kepada-Nya : “Suruhlah ia pergi, ia mengikuti kita dengan berteriak-teriak.”

Saya dapat membayangkan bagaimana perasaan si ibu, ketika seruannya meminta tolong, tidak diindahkan. Bukankah ketika ia datang kepada Yesus, ia yakin bahwa pasti akan ditolong? Ternyata, Yesus sedikit menunda jawaban atas permintaan tolong si ibu untuk anaknya yang sedang sangat menderita karena kerasukan setan. Yesus tidak menjawabnya,alias Yesus diam saja.

Berhadapan dengan  seseorang yang diam saja, tidak memberikan respon mana kala kita mengutarakan sesuatu, membuat kita bertanya-tanya. Mengapa ia diam? Apakah ia tidak mendengar? Apakah ungkapan suaraku tidak jelas? Ataukah ia pura-pura tidak memberikan jawaban karena sengaja? Pengalaman sehari-hari menunjukkan ada berbagai alasan  seseorang lambat merespon kita karena berbagai ha,l yang pada akhirnya kita mengerti mengapa seseorang lambat merespon atau tidak memberikan jawaban sama sekali. Kadang, tidak memberikan jawaban atau diam saja merupakan sebuah jawaban yang sempurna.

Tidaklah demikian dengan Yesus dalam Injil ini. Saya sangat tertarik, sebab ternyata respon Yesus atas permohonan si ibu, dengan tidak menjawab cuma sesaat saja. Saya tidak tahu mengapa ada jedah  antara permohonan si ibu dan jawaban Yesus.  Setiap pembaca firman ini dapat mencari jawabannya sendiri. Namun, bagi saya, jedah diam  dari Yesus terhadap si ibu, sangat tepat. Sebab, dengan tidak segera menjawab, memberi kesempatan pada si ibu untuk merespon lebih lanjut. Bahkan para murid Yesus ikut memberi respon dengan meminta  kepada Yesus agar menyuruh si ibu pergi, karena merasa terganggu oleh semuanya  si ibu yang berteriak-teriak mengikuti Yesus. Lagi, Yesus juga tidak memberikan jawaban kepada para murid atas permintaan mereka.  Kisah indah ini berlanjut  dengan keberanian si ibu untuk semakin mendekat bahkan menyembah Yesus. Dari dekat, si ibu berbisik lirih dengan segenap hatinya, dengan sapaan iman : ” Tuhan, tolonglah aku.”

Jawaban  Yesus berlanjut dengan sebuah kalimat  perumpamaan yang kurang enak didengar :” Tidak patut mengambil roti yang disediakan  bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing. Alih-alih tersinggung dengan jawaban Yesus , si ibu justru memakai perumpaan ini dengan sebuah ungkapan cerdas dan penuh iman :” Benar, Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya.” Tersentuh oleh ungkapan iman  si ibu  dalam ketidaklayakannya untuk mendapatkan pertolongan, Yesus memberikan jawaban  bernada pujian : “Hai, ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki.”

Berawal dengan diam, berakhir dengan sebuah pujian dan terkabulnya permohonan. Sungguh indah dan menarik perhatian. Saya memaknai kisah ini, sebagai sebuah proses iman, ketika datang kepada Tuhan dengan berbagai harapan dan doa. Barangkali ada saat ketika permohonan kita, seperti diabaikan, tidak dihiraukan. Ada saat ketika diuji dengan berbagai pernyataan  dan pertanyaan lain, seolah diinterogasi. Bisa jadi  nyaris tak terkabulkan permohonan kita karena ketidaklayakan atau ketidakcukupan “syarat” tertentu. Sikap berani, teguh hati, pantang menyerah, lapang dada, sabar, dan tetap penuh keyakinan iman dan berharap, berujung pada terpenuhi semua yang dibutuhkan. Datang kepada Tuhan, tidak perlu terburu-buru. Tidak perlu memaksa agar segera dapat saat ini juga. Tuhan lebih tahu, apa yang diperlukan. Untuk memberikan yang kita minta, tidak sulit bagi TUhan, sebab Dia memiliki segalanya dan berkuasa atas segala yang ada. Tuhan butuh hati yang mau datang lebih dekat dengan Tuhan, tanpa takut dan ragu, dan hati yang menyembah-Nya. Sebab sejatinya, tanpa kita minta pun, sebenarnya Tuhan sudah selalu memberikan bahkan dengan berlimpah-limpah. Sedikit  kesulitan, kesukaran, pencobaan dalam hidup, seperti si ibu ini, merupakan sebuah undangan bagi kita untuk datang lebih dekat dengan Tuhan.

Sungguh, luar biasa kasih setia dan kemurahan hati Tuhan Yesus untuk setiap orang yang datang pada-Nya. Tidak pernah membiarkan seseorang pergi  tanpa memeroleh  apa-apa. Sungguh terberkati orang-orang yang selalu datang kepada-Nya dengan penuh keberanian, kesabaran dan lebih tepatnya dengan iman yang berpengharapan. Ketika Tuhan diam sejenak, tidak memberi jawaban, justru Tuhan memberi kesempatan kepada kita untuk lebih bebas mengekspresikan imannya kepada Tuhan dan datang semakin mendekat dan mau menyembah-Nya. Tuhan Yesus bukan pribadi yang menakutkan, sehingga mesti teriak dari jauh. Tuhan penuh belas kasihan, dan menarik setiap orang untuk berani datang mendekat pada-Nya. Dekat dan menyembah, berseru dan berkisah, penuh harap, Tuhan tolonglah aku. Saat ini aku datang padamu Yesus, mendekat dan menyembah-Mu, “Tuhan, tolonglah aku’. hm