Tak seorang pun dari kami yang pernah berjumpa dengannya. Kami ada setelah dia tiada. Kami hanya mendengar namanya dan memandang foto hitam putih yang sangat terbatas. Kami mengenalnya dari kisah hidupnya yang sangat sedikit.Masih beruntung, ada satu buku biografi tentang dia yang ditulis P.Jan Wouters,SSCC dengan judul “ Monsignur Vitus Bouma ( 1892-1945)”. Meskipun kisahnya singkat, namun memuat kisah hidupnya secara lengkap. Sejak masa muda dan pendidikan, keberangkatan ke daerah misi, kiprahnya di tanah misi Bangka – Billiton sampai akhir hidup dalam tawanan, wafat dan makamnya. Meski kami merindukan sebanyak mungkin kisah tentang dia, untuk saat ini, kami belajar berpuas diri dengan apa yang sudah ada.
Kisah tentang dia, tak akan habis digali. Sebab kami sedang senang dan menikmati kebersamaan dengan dia. Kami sedang mencari, menggali dan menggumuli karisma dan semangat yang dimilikinya. Bertahun-tahun dicari, hampir selalu merasa hampir berakhir, tetapi selalu saja ada yang kurang. Semakin menggali, semakin menemukan. Semakin dalam, semakin mendalam. Rasanya setiap kalimat dalam biografi menjadi nyata. Kata dan perbuatannya seolah hidup. Dia seperti sedang berada di tengah kami, hadir bersama kami.
Dia yang selama ini seolah sedikit terlupakan. Bukan karena kami sengaja melupakannya, namun lebih karena belum saatnya. Dia sendiri yang ingin kami menemukan alur aliran darah spiritualitas kami. Siapakah dia? Tidak banyak yang mengetahui kalau dia adalah bapa pendiri kami. Mungkin sedikit banyak kami bersalah karena terlambat memperkenalkannya.Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Bagaimana mungkin kami memperkenalkan dia kalau kami belum mengenal dengan baik siapakah dia? Kami cuma tahu, di mana dia lahir, kapan dia meninggal dan makamnya ada di antara kami.
Sekarang kami merasa sudah lebih banyak mengenalnya secara lebih personal. Ada tulisan indah tentang siapakah dia dari “In Memoriam, oleh pastor C.van Thiel,SSCC” :Monsignur adalah seorang pembimbing yang istimewa dengan kebijaksanaan yang besar dan juga pintar sekali. Dalam pergaulan, beliau sangat sederhana, dan seorang pendiam, dan tak lancar berbicara.Tetapi di mana pun beliau hadir, maka orang menjadi tenang. Beliau disayangi dalam masyarakat Katolik.Beliau sangat memperhatikan para misionaris dan mereka percaya akan Mgr. Bouma.” Tentu saja kami percaya akan apa yang tertera dalam kesan dari sesama yang pernah hidup bersama dengannya. Meskipun kami memiliki keyakinan bahwa masih ada yang tak tertulis.
Dari hal ini, kami mengakui dan mengagumi dirinya. Bagi kami cukuplah untuk memahami seperti apa karakter dasar seorang yang dikatakan pembimbing yang istimewa dengan kebijaksanaan besar.Kami paham jika dia dikatakan seorang yang pintar sekali. Kami juga menerima dia seorang yang sangat sederhana, pendiam dan tak lancar bicara. Kami pun mengakui bersama dengan penulis in memoriam ini bahwa dia disayangi masyarakat dan mereka mempercayainya. Kami sangat mengagumi bahwa dia seorang yang peduli dan penuh perhatian terhadap para misionaris. Yach..ini baru kesan dari satu orang saja yang menulis tentang dia. Andaikan ada lima orang yang menulis in memoriamya, kisahnya akan makin memperkaya kami.
Siapakah dia, yang empunya semua karunia itu? Keberadaan, kehadiran dan kiprah aktifnya dalam karya-karya pembangunan manusia seutuhnya membuat kami mengakui dialah seorang misionaris sejati. Dia sendiri pasti sadar, dia juga misionaris. Tentu saja misionaris kecil. Sebab dia sendiri mengakui bahwa Yesuslah Sang misionaris Agung, misionaris sejati baginya.
Semakin mengenalnya, semakin besar rasa kasih dan rasa kagum kami kepadanya. Semakin kagum, semakin menimbulkan kebanggaan. Kami bangga, memiliki ayah spiritual yang demikian. Yang membiarkan dirinya nyaris tak dikenal.Ini tentu ada maknanya. Kami bangga, kami memiliki ayah yang tidak menuntut apapun dari anaknya. Sebab dia tahu sejak awal, dia sudah pergi sebelum kami lahir. Kalau diibaratakan, kami ini, ibarat anak-anak yatim yang ketika masih dalam kandungan ibu telah ditinggal pergi oleh ayahnya untuk selamanya. Ayahnya hanya sempat menaburkan benih dalam rahim ibu pertiwi. Ayah yang tak sempat melihat wajah kami dan mendengar tangis kami sesaat ketika lahir. Namun, ayah yang tersenyum bangga dari alam sanaketika melihat anak-anaknya hadir dan bertumbuh. Sekarang sang ayah tahu, anak-anaknya sudah mulai beranjak dewasa. Mereka harus tahu dari mana mereka berasal, siapakah ayah mereka. Mereka harus berjuang menemukan wasiat dan warisan-warisan ayahnya. Sebab tidak seorang pun berhak atas warisan ayahnya selain anak-anaknya. Seperti semua ayah di bumi ini, ayahnya selalu menghendaki anak-anak bertumbuh mengikuti jejak ayahnya dan mewariskan apa yang menjadi visi, semangat, pekerjaan dan kebanggaan ayahnya.
Siapakah dia dan warisan apa yang ditinggalkannya? Kami telah menemukannya. Bukan hanya dari kata orang tapi dari ‘perjumpaan ” kami dengannya. Dia memang misionaris kecil, utusan dari Sang Misionaris agung. Pekerjaan utamanya adalah MEMBANGUN. Dia dikenal sebagai “pembangun”, sesuai dengan arti namanya “ BOUMA – BOUWMAN” – PEMBANGUN. Vitus Bouma adalah seorang misionaris pembangun. Apa yang dibangunnya?*hm
Recent Comments