Dalam tawanan Bouma selalu berkata : “Yesus taat kepada algojo-algojo-Nya.Yesus justru menjadi misonaris, ketika hidup-Nya dan pekerjaan-Nya berakhir dengan kematian-Nya pada salib.” Perkataaan ini merupakan nasihatnya secara halus yang disampaikannya kepada para konfraternya yang sama-sama berada dalam tahanan. Tiga konfraternya yang masih bertahan hidup sampai masa tawanan berakhir mengisahkan hal ini.

Bouma tidak hanya menasihati mereka, namun dia sendiri menjadi teladan ketaatan dalam segala hal. Sikap taat ini bukan sekadar supaya tidak dihukum, atau kalau tidak taat, akan mendapat sanksi, namun bagi Bouma, ketaatan sudah merupakan karakternya.

Sejak masa mudanya, dalam masa pendidikan baik di seminari rendah maupun seminari tinggi, hidupnya telah dihiasi dengan ketaatan. Para mantan muridnya memberi kesaksian bahwa Bouma sangat berdisiplin. Seorang yang disiplin tentu seorang yang taat. Bouma menjadi panutan dan teladan dalam ketaatan. Taat terhadap pimpinan dan dalam seluruh tugas perutusannya.

Ketaatan Bouma, tidak sekedar karena harus menghayati kaul sebagai seorang biarawan. Meskipun hal ini memang merupakan tuntutan yang membawa kebebasan batin yang penuh. Namun lebih dari itu, Bouma belajar taat dari Yesus sendiri. Seluruh kehidupan Yesus yang direnungkan dan diteladaninya.

Taat dalam situasi biasa, dalam suasana normal tidak begitu sulit. Semua kita mungkin dapat melakukan apa saja sebagaimana dikehendaki dari kita. Taat kepada orang-orang yang seharusnya tidak perlu kita taati, yang menyakiti kita, merupakan hal yang tidak mudah. Namun, Bouma tetap taat. Di dalam tawanan, selama tiga tahun, Bouma menjadi teladan kesabaran karena ketaatannya.

Dalam tawanan, Bouma justru menemukan makna ketaatan secara mendalam, yakni ambil bagian dalam ketaatan Yesus saat penderitaan-Nya sepanjang malam sengsara dan jalan salib sampai bukit Golgota.  Bouma sangat terinspirasi oleh  penderitaan Yesus  yang tak terkatakan, namun tetap memilih taat. Yesus taat kepada Bapa di surga dengan melakukan semua kehendak-Nya secara sempurna. Yesus justru mengungkapkan ketaatan-Nya dengan taat pada Maria dan Yosef di Nasaret. Saat – saat terakhir hidup, di tengah penderitaan yang maha dahsyat, Yesus pun taat pada algojo-algojo-Nya. Yesua taat sampai wafat bahkan sampai wafat di kayu salib.

Bouma  mengkontemplasikan ketaatan Yesus kepada para algojo-Nya dan menjadikannya sebagai sebuah kekuatan baginya untuk melewati hari-hari kelam dalam tahanan. Kesatuan hati, budi dan kehendak dengan ketaatan Yesus dalam derita Salib, membuat Bouma kuat menjalani sisa hidup dan pengabdiannya sampai akhir dalam tawanan.

Ketaatan tidak sekedar sebuah karakter, tidak hanya sekedar sebagai penghayatan kaul kebiaran. Ketaatannya pada akhirnya menjadi sebuah persembahan diri yang istimewa dalam kesatuan dengan Yesus, Sang Misionaris Ilahi. Dalam kesatuan ini, Bouma menemukan makna hidupnya sebagai biarawan sekaligus sebagai misionaris secara mendalam. Bahwa dalam segalanya, seorang murid yang setia mengikuti gurunya, layak mengalami hal yang sama. Sebab seorang murid tidak lebih dari gurunya. Karenanya, Bouma berani menyerukan, menasihati dan mewartakan dengan perbuatannya tentang ketaatannya.

Seperti Yesus, pada akhirnya Bouma menang atas pertarungan nuraninya yang dijalani seumur hidup yakni  pelepasan kehendak diri. Sikap lepas bebas, pengosongan diri  semakin kuat berperan, ketika Bouma memilih menyerahkan segalanya kepada Allah yang mengatur kehidupannya melalui orang-orang di sekitarnya. Bukan orang-orang atau manusia yang kelihatan yang mengaturnya yang menjadi fokusnya, tetapi kehendak Allah yang nyata dilihat di balik segala peristiwa hidupnya. Bahwa Allah turut bekerja dalam segala cara untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasi-Nya. Bouma taat, karena memandang jauh melampaui yang kelihatan dan menerima semuanya sebagai kehendak Ilahi.

Bouma taat pada peraturan penjara, taat kepada para sipir dan menerima segala situasi sulit, yang dimaknainya sebagai jalan ketaatan menuju kebebasan batin yang penuh. Dengan taat, Bouma tidak hanya menyelamatkan dirinya dari kemungkinan yang buruk, tetapi juga menjadi saksi ketaatan dan menyelamatkan sesama yang lain, agar hidup mereka, kapan pun dan di mana pun, apapun situasinya, berjalan dalam koridor kehendak Allah. Bapa Bouma yang taat pada kehendak Allah, doakan kami yang menaruh harapan pada doa-doamu. *H.Martine