Syering Injil Lukas 7 : 11-17
Saya sangat tertarik dengan ayat 13 -14. “Dan ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya :”Jangan menangis!” Sambil menghampiri usungan itu Ia menyentuhnya, dan sedang para pengusung berhenti, Ia berkata :”Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!”
Menarik bagi saya, ketika merenung dalam kontemplasi, bagaimana Yesus yang penuh kasih menaruh kasih sayang kepada si janda yang sangat sedih hati dan berduka atas kematian putra tunggalnya. Air mata duka si ibu janda telah menggugah dan menggerakkan hati-Nya yang penuh belas kasihan untuk bertindak. Tanpa lama menunggu, sabda penghiburan dilontarkan Yesus kepada si ibu. “Jangan menangis”. Tidak sekedar kata penghiburan saja, tetapi dilanjutkan dengan sebuah tindakan cinta yang mengejutkan semua pelayat yang mengiring si janda menuju pemakaman anaknya. Suatu gerakan hati yang diikuti dengan tindakan, “menghampiri usungan dan menyentuhnya:.
Tindakan menghampiri dan menyentuhnya merupakan suatu tindakan manusiawi yang umumnya dilakukan oleh para pelayat kepada orang yang meninggal, sebagai tanda kasih, sentuhan perpisahan, sambil mengucapkan selamat jalan. Namun, sentuhan Yesus, bukan sentuhan biasa, tapi sentuhan belas kasih Allah, yang menghidupkan. Bukan kata perpisahan yang diucapkan tetapi sabda kehidupan. “Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!” Meski sudah mati, tetapi pemuda itu mendengar suara Tuhan Yesus dan bangun, duduk dan mulai berbicara. Sungguh amat luar biasa, kisah cinta Yesus kepada anak muda ini. Sentuhan kasih yang membangunkan si pemuda dari kematian. Sabda Yesus, sungguh penuh kuasa dan daya. Raga kaku, dengan segenap indra yang sudah mati pun, ketika memperoleh sentuhan tangan yang penuh belas kasihan, mengalirkan daya-daya kehidupan dan membuatnya dapat mendengar Sabda Tuhan, “bangkitlah”.
Aku terkagum-kagum dengan belas kasih Yesus yang tanpa permohonan si janda atau para pelayat, ketergerakan hati Yesus sungguh semata-mata mata mengalir dari kemahakuasaan kasih-Nya yang penuh kasih, rahim dan murah hati. Tindakan cinta yang mengejutkan khalayak ramai, bahkan membuat takut dan tercengang sekaligus kagum dan memuliakan Allah. Sentuhan kasih dan Sabda yang membangkitkan daya hidup baru bagi pemuda, memberikan sukacita besar kepada si janda, dan rasa syukur yang tak berkesudahan. Si pemuda mendapatkan kesempatan hidup untuk kedua kalinya. Si janda mendapatkan kesempatan untuk mengasihi putranya.
Tiada henti hatiku mengagumi cara Tuhan menyalurkan kuasa kasih-Nya yang tak terbatas. Semua dapat dilakukan dengan serta merta ketika hati-Nya tergerak oleh belas kasihan. “Ketika Tuhan ‘melihat” janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan.” Mata Tuhan, melihat jauh ke dalam lubuk hati, menyelami kedalaman batin si janda yang penuh kepedihan dan dukacita. Hati Tuhan luluh, tak mampu menahan hati dan cinta-Nya untuk berbagi kasih kerahiman-Nya. Tuhan tidak bisa tidak bertindak, ketika mata-Nya telah tertambat pada hati yang penuh penderitaan.
Bangkit rasa rinduku akan sentuhan kasih Tuhan Yesus padaku. Sentuhan kasih dan sabda yang membangkitkan kehidupan baru bagiku, tiap-tiap hari. Aku tahu, ada banyak hal yang membuat jiwaku , ragaku seolah kaku, kering, layu dan mati. Raga segar bugar dan hidup, tapi jiwa merana dan hati menderita mendambakan secercah harapan yang menghidupkan semangat baru. Bangkit rasa rinduku akan Sabda-Nya yang tegas dan lantang untuk meluluhlantahkan keraguan dan ketakutanku, kekelaman dan kegelapan pandangan hidup. Bangkit rasa rinduku akan kehadiranNya, dan sentuhan kasih-Nya yang lembut, memesona jiwa.
Di sisi lain, aku melihat diriku sendiri. Kapan terakhir kali hatiku tergerak oleh belas kasihan ketika mataku melihat penderitaan orang lain? Bagaimana ketergerakan hati mendorong aku untuk bertindak? Adakah sebuah sentuhan kasih atau sebuah kata penghibur yang menyejukkan rasa dan membangkitkan semangat hidup? Bangkit rasa malu dalam diriku, mana kala tidak mudah menemukan seberapa sering hatiku tergerak oleh belas kasihan? Aku memiliki mata, tetapi tidak melihat. Aku memiliki telinga, tetapi tidak mendengar. Aku memiliki tangan tetapi enggan terdorong untuk menyentuh. Aku memiliki mulut tetapi tidak ada daya untuk berkata-kata.
Seketika bangkitlah kesadaran jiwaku. Tuhan Yesus, sebenarnya aku seperti si pemuda itu, sudah mati. Tetapi hari ini, tangan-Mu telah menyentuh hatiku dan Sabda-Mu membangunkan aku. ” Hai, Pemuda , Aku berkata kepadamu, bangkitlah!” Ya Tuhan, Sabda ini terngiang jelas dalam jiwaku. Dan kini, aku bangun, duduk dan bangkit ketika mendengar suara-Mu. Terima kasih, Tuhan telah selalu membangunkan aku dengan Sabda-Mu yang menghidupkan semangatku. Terima kasih, Tuhan yang telah selalu memberikan kesempatan untuk hidup, tiap-tiap hari, selalu dan terus-menerus sampai saat ini. Dan kini, bangkitlah kesadaranku, bahwa tiap-tiap pagi, saat terjaga dari tidur malam, tangan kudus-Mu yang penuh kuasa membangunkan aku dan Sabda-Mu yang penuh daya membuat aku bangkit dan hidup. Terima kasih Tuhan, aku hidup karena diberi kesempatan untuk hidup.*hm
Recent Comments