Enam bulan lamanya aku bergulat  dengan diriku sendiri. Seolah-olah syarafku memberontak dan menuntut agar aku memperhatikannya. Reaksi yang bukan main menyakitkan sehingga air mata pun mengalir tiada  terbendungkan. Raga tak kuasa menahan sakit, bergerak saja susah, ingin rasanya melepaskan apa saja yang menyentuh tubuhku. Reaksi spontan aku memberontak dan  bertanya mengapa…… oh  mengapa semua  ini terjadi?

Kehidupan ini seolah berhenti dan aku sendiri  merasa tidak berguna, tidak ada yang mengerti  malahan membiarkan, cuek. Segala rencanaku seolah-oleh gagal berantakan karena  keadaanku ini.Cukup  lama aku tidak dapat menerima  kenyataan ini dan seribu satu pertanyaan muncul  dalam diriku. Bukannya aku yang  harus membantu Kongregasi malahan merepotkan sesama, membutuhkan dana, waktu,  tenaga ekstra   untuk melayaniku  dan sampai kapan?? Inilah yang membuat  aku semakin tersiksa karena aku juga masih mau memberi  diri  dengan tulus hati.

Melalui pengalaman ketidakberdayaan karena sakit  ini, Tuhan berkarya  dan memampukan aku untuk mendengarkan sabda-Nya. Rencanamu bukan rencana-Ku. Barangsiapa mau menjadi murid-Ku harus memikul salibnya dan mengikuti Aku. Tuhan  menyapaku  lewat  permenungan akan penderitaan-Nya yang luar biasa untuk menyelamatkan aku. Karena  cinta-Nya  penuh, murni dan tulus  untukku. Setelah sekian lama,  kesadaran ini    membuat aku dengan mantap , tenang, bersujud dan menyerahkan diriku kepada-Nya. Tuhan, perbuatlah pada diriku  menurut  kehendak-Mu.

Kurenungkan  jalan derita  Yesus. Yesus sumber kekuatan dibuat  tidak berdaya  oleh dosa manusia  supaya aku yang tidak berdaya ini  dikuatkan. Sejak   kesadaran ini bertumbuh dalam diriku, aku tidak menangis, tidak berontak  ataupun bertanya-tanya lagi. Malahan aku tergerak untuk menyatukan, mempersembahkan  deritaku dengan  derita Yesus  untuk aneka ujud  doa  maupun silih. Setiap hari  kupersembahkan  silih  untuk segala kekurangan dan dosa serta bersyukur.

Aku sadar selalu ada  kesempatan untuk berbagi dalam hidup bersama  dalam komunitas  maupun masyarakat. Banyak kesempatan membuat  aku semakin  terdorong  dan berani berbuat sesuatu  dengan sebaik-baiknya dan tulus  hati. Aku boleh merasakan  seolah dunia dan segala  isinya  menjadi begitu  dekat dan  aku semakin dapat merasakan keprihatinan Bunda Maria menjadi keprihatinanku juga. Kurenungkan pesan-pesan Bunda  Maria  dalam penampakan-penampakannya menjadi  begitu  hidup dan menantang  aku. Aku yakin berkat  doa Bunda Maria, aku mulai lebih mampu menata diri dan masuk dalam diriku  agar  aku sungguh  menjadi seperti  yang Tuhan kehendaki.

Pengalaman penderitaanku yang  sebelumnya  kurasakan tak tertahankan akhirnya   menjadi sebuah jalan di mana kuyakini Tuhan mempunyai rencana indah bagiku,sama seperti rencan Tuhan bagi setiap orang , unik adanya.

Kini, damai-Nya  tinggal dalam hatiku, menguatkan dan mendorong aku  untuk semakin menjadi seperti Dia, sewaktu hidup-Nya  di dunia  yakni menjadi seorang manusia  yang berjalan berkeliling sambil berbuat baik. Aku juga yakin  berkat  dukungan dan perhatian sesama yang  setia mendoakan aku, serta mengupayakan pengobatan bagiku, sehingga aku  yang  tidak berdaya  menerima  kekuatan dari Sang  Sumber  Daya  Ilahi untuk  mengambil bagian dalam  hidup  ini seturut  ukuran  pemberian dan rencana-Nya. Aku  yakin, melalui semua pengalamanku, Tuhan  menunjukan jalan bagiku untuk menemukan harapan hidup dalam  Dia. Hidupku semakin bertumbuh dalam cinta Tuhan  yang  kutahu sangat mengasihi aku.*** MD, Gema Familia