Suatu waktu seorang sahabat muda bertanya padaku. “Apa perbedaan antara bekerja dan melayani? Aku ingin melayani tetapi juga bekerja. Kalau aku bekerja aku kuatir tidak bisa melayani? Bagaimana baiknya?” Aku balik bertanya padanya? “Apa dan siapa yang menginspirasimu?” “Yesus,” jawabnya singkat. “Puji Tuhan” sahutku. “ Kalau aku membaca Kitab Suci, renungan atau mendengarkan kotbah di Gereja, aku merasa sangat tersentuh dan merasa seolah-olah melihat Yesus yang sedang melayani orang banyak.Aku ingin sekali seperti rasul-rasul yang membantu Yesus. Mereka membawa orang sakit kepada Yesus, mereka memberitahukan kepada Yesus kalau ada yang ingin bertemu, mereka duduk mendengarkan Yesus. Pokoknya, seluruh benakku dipenuhi dengan gambaran Yesus seperti itu. Aku bahagia”, kisahnya selanjutnya. “Luar biasa. Coba tanya pada Yesus, apa kira-kira jawaban-Nya?” “Aku sudah tanya dalam doa-doaku, aku yakin Yesus menyapaku untuk melayaninya, tetapi aku butuh penjelasan dan kepastian apa yang mesti aku lakukan?.

Aku mencoba memberi jawaban padanya semampuku. “ Yesus mencintaimu. Yesus menarik hatimu dan memperlihatkan kepadamu apa yang dilakukan-Nya dan berharap kamu meniru-Nya. Yang perlu dilakukan sekarang adalah Anda membuat keputusan. Keputusan untuk mencintai dan melayani-Nya”. Keputusan untuk mewarnai, menjiwai setiap kegiatan dan pekerjaan sekecil apapun dengan satu tujuan, untuk kemuliaan Tuhan, untuk keselamatan dan kebahagiaan sesama. Itulah melayani. Tidak perlu tinggalkan pekerjaan. Pekerjaan itu jadikan saana pelayanan kepada Allah dengan melakukan yang benar, jujur dan setia. JIka menerima upah yang layak dari pekerjaanmu, bersyukurlah dan nikmati pemberian Tuhan dan berbagilah dengan sukacita. Semakin banyak yang kauperoleh dan kaupunyai, semakin banyak kesempatan dan peluang bagimu untuk melayani Allah dan sesama dengan berbagai cara. Melayani dengan doa, melayani dengan beramal, berderma jika Anda memiliki uang atau barang tertentu. Melayani dengan waktu terbaikmu, jika kamu mau. Layani Tuhan dengan tenaga, jika memungkinkan. Banyak cara untuk melayani namun pertama-taman layanilah orang terdekatmu, layani orang tua dan saudara-saudari di dalam rumahmu di tempat kerjamu. Jika Anda melayani sesama dengan cara demikian, yakinlah Tuhanlah  yang Anda layani. Karena Yesus sendiri berkata : ” Apapun yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu lakukan untuk Aku.( Mat 25:40). Yang terpenting sekarang, buat keputusan.  Sebab keputusan hatimu menjadi dasar semua kegiatanmu. Tidak ada keputusan, tidak ada tujuan, tidak ada kegiatan dan pelayanan sebaba Anda tidak tahu apa yang harus Anda lakukan dan untuk apa.” Sahabat muda ini sesudah beberapa waktu akhirnya membuat keputusan, bekerja dan melayani. Bekerja untuk mendapatkan upah bagi kehidupannya dan melayani Tuhan dengan giat dalam berbagai kegiatan rohani, pelayanan doa, amal kasih dan karitatif.

Kisah ini menginspirasi aku, yang sudah bertahun-tahun membuat keputusan untuk mengabdi Tuhan. Ingatanku disegarkan kembali, betapa pada masa remaja,keinginanku menggebu-gebu untuk mengabdi Tuhan dan berani memutuskan meninggalkan segala hal. Sejenak menengok ke masa lalu dan menatap kenyataan akhir-akhir ini, hatiku sedikit miris. Aku menemukan realitas yang sudah mengalami perubahan. Dulu, mudah sekali untuk melayani, sekarang mulai banyak pertimbangan dan pikir-pikir.Dulu, ke mana pun diajak pergi, pasti pergi. Apapun yang diminta untuk dikerjakan pasti dikerjakan segera dan penuh sukacita. Dulu, tidak takut kena hujan, kepanasan, sendirian, berjalan kaki atau naik sepeda, tidak masalah,ada uang atau tidak ada, kadang tidak tahu malu juga. Pokoknya yakin, semangat dan ceria. Sekarang, sudah beda. Kata orang, beda masa, beda zaman. Mulai ada pertimbangan yang sepertinya masuk akal seperti sibuk, lelah, banyak persiapan,mendung, hari hujan, sudah ada yang orang lain yang mewakili, atau sakit ini dan itu,mesti ada ini dan itu dan macam-macam. Alasan yang wajar dan layak dihargai, atas nama tuntutan zaman.

Hatiku terusik, apakah keputusanku masih sama seperti dulu atau sudah berubah sesuai masa kini? Ternyata, keputusanku masih sama, hanya sering lupa-lupa ingat, kalau melayani adalah keputusan utama dalam hidupku. Semangat melayani kadang meredup. Pertanyaan sahabat muda ini, menggugah hatiku untuk meninjau keputusanku dulu dan membaharuinya. Aku ingat, YEsus dari dulu, sekarang dan hingga selama-lamanya tetap sama.Sabda-Nya dari dulu, sekarang dan selamanya, sama. Seharusnya, keputusanku untuk melayani-Nya dan melayani semua orang yang dikasihi-Nya sama, dulu, hari ini, sekarang, besok dan selama-lamanya. Selama masih ada kesempatan melayani, dengan cara apapun melayani.Siapapun dilayani, apapun keadannya, kapan pun dan di mana pun. Itulah sebenarnya esensi dari sebuah keputusan untuk melayani.
Melayani sesama, bukan sekadar kewajiban, bukan pula hobi atau konsekuensi dari sebuah tuntutan. Melayani adalah keputusan.Jika menjadi keputusan hati, maka apapun yang terjadi, hati penuh dengan semangat melayani.Entah dapat dilihat, atau tersembunyi, yang besar atau sederhana, sendirian atau bersama orang lain, dihargai atau tidak, tidak penting.Yang penting hati bersukacita karena dapat melayani Tuhan dalam diri sesama. Jika melayani menjadi sebuah keputusan hati, apapun tantangan pasti dihadapi, apapun perasaan pasti ditepis, bagaimana pun caranya, pasti jadi dan kreatif. Selamat melayani.*hm