Sudah  hampir setengah tahun setiap malam saya belajar berguru dari  sahabat kudus St.Faustina melalui  kuliah lima menit “kulmit.” Akhir-akhir ini aku sangat tertarik dengan santa yang istimewa ini yang kehidupannya masih hangat terasa dalam abad XX ini dan pengaruhnya sangat kuat bagi Gereja semestasampai saat ini.  Semuanya bermula dari  pertemuan dan pembicaraanku secara  pribadi dengan Bpk Stevan Leks di Tj Pandan Belitung  pada bulan Juni tahun 2016 yang lalu yang kebetulan menjadi nara sumber dalam pertemuan PERDHAKI tentang Kerahiman Ilahi dalam dunia kesehatan. Di sela-sela waktu luang, dia berhasil membuat aku terpesona dengan kisah  tentang  Santa ini dan  mengajurkan aku mengikuti renungan harian yang ditulis dan dimuatnya dalam FB. Saya yang semula tak berminat memiliki akun dalam medsos demi  mengikuti renungannya, aku membuat akun FB dengan sebuah nama samaran pada saat itu juga dan sepanjang malam di hotel membacakan renungan-renungannya.

Pada hari terakhir perjumpaan kami, aku mengisahkan pada Bapak Stevan Leks bahwa indah sekali renungannya, aku sangat tertarik.  “Tidak cukup kalau ikuti renunganku, kau bisa renung sendiri sesuai dengan situasimu, sekiranya kau memiliki buku Harian Santa Faustina( BHF) sebab Allah akan berbicara  padamu, pasti agak berbeda dengan berbicara  padaku. Anda seorang suster, ada baiknya kau belajar bagaimana menghayati hidup religius seperti Faustina. Kau bisa kudus, kalau kau berusaha sungguh-sungguh melakukan karya kerahiman dan mulai belajar membaca kisah orang kudus dan menjadikannya sahabat”, begitu pesan singkat dalam obrolan kami. Aku tertegun sambil tersenyum dan tersipu malu, betapa terlambatnya mengetahui hal-hal rohani yang baru yang sebetulnya dapat menyokong perkembangan imanku. dan renungan di Indonesia ini.

Sepertinya dia tahu aku begitu berminat dengan hal-hal seputar kerahiman,suka bacadan merenung. ”Kau suka membaca, suka merenung, tapi amat rugi kalau sampai tak membaca dan merenung bacaan indah abad ini BHF. Harganya memang cukup mahal untuk kau sebagai seorang suster, tapi kau bisa minta Tuhan menolongmu, suatu waktu dapat memiliki BHF”.  Waktu itu, aku merasa, sepertinya dia sangat mendesak aku memiliki dan membaca BHF dan akhirnya beberapa bulan lalu aku boleh membelinya.

Setelah memilikinya, aku kaget, buku setebal lebih dari 1000 halaman, belum pernah kumiliki dan kubaca. Namun, aku ingat, istilah KULMIT dari cerita lepas yang pernah kubaca. “Jika Anda tidak memiliki banyak waktu, hendak mengetahui banyak hal dan untuk kepentingan yang baik dan berguna, ketahuilah seluruh semesta memihak kamu.Maka lakukan perlahan-lahan, apapun itu, kuliah lima menit, kerja lima menit,berdoam lima menit, jangan lewatkan lima menit dalam sehari tanpa apapun”. KULMIT itu, sebuah cara menghargai waktu. Dan aku mulai coba yang lebih, mengapa mesti KULMIT, bisa KULTIM ( kuliah tiga menit), bisa KULTUM ( kuliah tujuh menit). Tanpa disadari, hal-hal yang dilakukan sedikit demi sedikit ternyata sudah mendatangkan kelimpahan.

Benar, saya mencoba memakai sarana ini, KULMIT, dan setiap hari beberapa kali KULMIT, entah membaca sesuatu, entah berdoa, entah melakukan hal sederhana. KULMIT begitu bermanfaat dan saya telah hampir menyelesaikan beberapa buku tebal dengan cara KULMIT termasuk BHF, Youcat, Docat dan beberapa buku lain. Tidak hanya dalam hal membaca tetapi juga berdoa Rosario atau doa kerahiman atau sekadar  duduk hening dan gerak badan yang sebelumnya saya pikir butuh banyakm waktu, ternyata dengan KULMIT,  sudah lebih baik, rutin, teratur dan banyak manfaatnya.

Satu hal yang membuat aku tercengang, secara implisit, ternyata dalam suatu kisah dari BHF, Faustina memang mengisi waktu hidupnya begitu rupa, hampir  setiap detik tak terlewatkan untuk hal yang sia-sia, semuanya dihargai sebagai suatu persembahan kepada  Allah yang maha rahim yang telah memberikan waktu yang begitu teratur dan sama untuk setiap orang, semua orang. Yang kurang menghargai waktu secara baik, kurang menghayati  Kerahiman Allah yang terjelma dalam waktu, sebab  waktu itu, milik Allah dalam keabadian. MEngahragai waktu dengan segala yang baik, ternyata sebuah karya kerahiman Ilahi. Refleksi ini juga merupakan buah dari kulmit yang sedang kulatih sebagai sebuah hadiah baru. Tidak cukup membaca, bekerja, berdoa, tapi juga berbagi melalui tulisan.Semoga kulmit-ku dan kulmit-mu menjadi berkat bagi semua orang lain.*hm