Salah satu hal yang menarik dalam hidup kita adalah saling berbagi. Kita semua senang menerima pemberian  dari orang lain. Pemberian dapat berupa kado, waktu,nasihat, uang dan macam-macam. Singkatnya memberi berkat. Orang yang menerima pemberian, merasa senang, gembira, dan bahagia. Sering kali pemberian sederhana  dari sesama, kita terima dan rasakan sebagai sesuatu yang istimewa. Melalui pemberian kita merasa diperhatikan, dihargai, diperhitungkan,bahkan diistimewakan. Sampai saat ini,kebanyakan dari kita tidak akan menolak pemberian dalam bentuk apapun.Pemberian dalam bentuk apapun, merupakan berkat tersendiri dan istimewa. Disebut berkat, karena memang kadang tidak kita harapkan tetapi kita menerimanya. Ini sebuah anugerah. Anugerah selalu membahagiakan. Bagi orang-orang tertentu, bahkan pemberian tak berwujud pun menjadi berkat istimewa bahkan yang membangkitkan semangat hidup. Mungkin sebaris puisi, sepenggal lagu, seuntai cuitan atau sekedar tanggapan like  atua emoticon tertentu yang menyentuh hati.Masih ada banyak orang di antara kita yang membutuhkan berkat. Berkat-berkat itulah yang menumbuhkan semangat hidup di tengah kerapuhan diri dan tantangan hidup. Berkat-berkat yang menopang harapan bagi yang nyaris melemah dan putus asa. Tidak mengherankan di masa ini, ada yang sengaja tampil prima atau sebaliknya, untuk mencari perhatian khalayak, yang pada dasarnya merindukan berkat-berkat kasih.

Tentang berbagi berkat ini, tidak dibutuhkan tempat khusus atau waktu istimewa. Di mana saja dan kapan saja kita berbagi berkat dan menjadi saluran berkat bagi orang lain. Banyak orang masih ragu bahkan takut berbagi berkat, takut ditolak. Orang –orang jenis ini, rupanya kurang memahami arti berbagi berkat. Berbagi berkat, pertama-tama pada hakekatnya bukan untuk orang lain, tapi membawa berkat untuk diri sendiri. Sebagai contoh. Dengan tersenyum saja, Anda sendiri jadi sehat dan senang. Dengan mendoakan orang lain, Anda sendiri menjadi semangat dan merasa terberkati. Dengan mengunjungi orang lain, Anda sendiri merasa bahagia bahkan tersembuhkan. Dengan berbagi rejeki, Anda sendiri bahagia. Dengan berbagi waktu mendengarkan orang lain, Anda merasa percaya diri. Dengan tekun mengajar , Anda sendiri menjadi kaya akan pengalaman. Meskipun kita tidak mengharapkan menerima kembali, kita pasti akan menerimanya.

Minggu Panggilan sedunia tanggal 12 Mei 2019 ini dengan tema :”Berani Ambil Risiko bagi Janji Tuhan”, merupakan momen yang tepat untuk merenungkan, bagaimana hidupku menjadi berkat bagi orang lain, lingkungan, dunia dan semesta. Kalau aku berani bertindak berarti berani bertanggung jawab. Berarti pula berani ambil risiko. Keberanian ini, lahir dari suatu kepastian batin, suatu keputusan hati untuk siap sedia mengalami kasih. Merenung tema ini, saya sampai pada suatu kesadaran bahwa betapa indahnya berbagi berkat. Berbagi berkat, mengandaikan berani keluar dari diri sendiri, dari zona nyaman tempat persembunyian diri yang dibungkus dengan berbagai alasan rasionalisasi. Berbagi berkat yang efektif dan membahagiakan hati, mengandaikan saya berani keluar dari rutinitas harian dan harus “pergi”, “menjauh”, menapaki jalan-jalan, lorong-lorong, tempat-tempat yang baru dan asing dengan keberanian untuk berbicara dan mewartakan. Sebab saya percaya, dengan pergi dan keluar dari diri sendiri, saya baru bisa dapat menemukan diri sendiri. Dengan menemui orang lain dan melihat, menyaksikan sendiri dan menyapa orang lain, saya juga merasa disapa dengan hangat, diterima, dihargai bahkan dilayani. Dengan berani berbicara orang akan tahu dan mengerti. Dengan berani mewartakan, orang akan memahami dan tertarik. Ketidakberanian, keraguan, kecemasan dan ketakutan sesungguhnya melumpuhkan kreativitas dan tidak berguna. Lebih dari itu , ketidakberanian berarti mengurung berkat, menahan berkat dan menguburkan berkat dalam diri yang seharusnya dapat dibagikan bagi orang lain.

Keputusan untuk pergi dan berbagi berkat seyogyanya adalah keputusan harian yang definitif. Bukan keputusan musiman atau menanti diatur jadwal atau diberi kesempatan. Seseorang akan kehilangan berkat, ketika dia jarang berbagi berkat. Seseorang yang merasa kosong, hampa, gamang sudah sedikit banyak dapat dipastikan kurang berbagi berkat, sehingga hidupnya kurang terisi kembali. Memang, ada saat istimewa untuk berbagi berkat, ada saat-saat biasa. Sangat baik, jika sekiranya  saat  biasa, dianggap dan dihayati sebagai sesuatu yang istimewa. Hidup ini akan membahagiakan.

Mencermati dan menikmati kisah Minggu Panggilan yang dialami para suster di berbagai tempat, saya merasakan suatu yang indah. Semua kita merindukan saat khusus untuk berbagi berkat di luar dari rutinitas. Meskipun hanya melihat dari cerita bergambar melalui foto-foto, saya dapat merasakan, betapa kita semua semakin tergerak untuk berbagi berkat. Dan berkat itu sudah tertabur selama beberapa hari baik di lahan lama maupun di lahan yang baru. Bagi seorang petani, benih apapun setelah ditabur, perlu perhatian khusus untuk merawat dan mengikuti perkembangannya, baru dapat dipastikan memperoleh hasil yakni buahnya. Berkat yang ditaburkan, akan bertumbuh dan menyebar ke segala arah dan tempat. MInggu Panggilan Sedunia tahun ini telah membawa berkat tersendiri untuk para suster di setiap komunitas. Semoga berkat yang ditaburkan di semua lahan hati yang telah melibatkan diri, tumbuh subur dan berbuah nanti. *hm