Aku mengenal seorang ibu yang setiap hari sebelum bekerja selalu mampir di gua Maria untuk berdoa. Seingatku, sudah lebih dari tiga tahun, pada jam yang sama, dengan semangat yang sama, dan berdoa singkat dalam waktu yang hampir sama. Yang menarik bagiku, ibu ini selalu membawa sebuah botol minum yang sama berwarna oranye. Ritual sederhana setiap kali di gua Maria ini menarik perhatianku. Botol minuman yang berisi air yang siap diminum dibuka tutupannya, diletakan di tempat lilin. Dinyalakannya dua buah lilin, selalu di tempat yang sama juga. Lalu si ibu berlutut berdoa, sekitar tiga menit saja, mungkin doa yang sama juga, lalu menutup botol minumannya dan kembali dengan penuh semangat menuju tempat kerja.
Satu hari aku memberanikan diri bertanya pada si ibu, apa yang membuatnya begitu semangat dan tekun berkunjung ke Gua setiap hari. Si ibu memberi kesaksian. “Saya selalu datang ke sini ( gua Maria) setiap hari, karena di sinilah tempat Bundaku. Rasanya tidak lengkap kalau melewatkan hari tanpa mampir di sini. Bersama Sang Bunda, saya merasa tenang dan damai dalam hidupku. Dulu, saya merasa kurang sehat, karena berbagai persoalan hidup. Menderita beberapa sakit ringan dan kesulitan berat dalam hidup keluarga. Sejak awal, saya tidak tertarik untuk berobat ke dokter atau minum obat-obatan, meskipun teman-teman dan saudara-saudaraku menganjurkan untuk berobat.
Saya percaya Bunda Maria pasti menolong saya. Sungguh, benar adanya, saya menjadi sembuh. Kapan sembuhnya, saya tidak begitu sadar. Sehari demi sehari, saya makin kuat, sehat, semangat dan bergembira, tidak pernah sakit bahkan tidak merasa lelah di usiaku yang sudah demikian ini. Saya selalu membawa dua batang lilin dan sebotol air minumanku.Satu lilin permohonan, satu lilin syukur, itu cukup. Saya tidak tahu berdoa panjang-panjang, hanya serahkan pada Bunda. Setiap hari saya minum air ini. Teguk pertama air asli sesudah dari Bunda. Selanjutnya saya campurkan dengan air lain. Saya menjadi sehat.Bahkan sore hari, sisa air dalam botol ini, saya tuang di bak mandi, maka air dari Bunda ini, bercampur dengan air bak mandi. Saya jadi sehat sekali, sehat luar dalam. Kadang-kadang kalau saya campurkan juga dengan air untuk masak nasi, atau sup sayuran. Semuanya berasal dari Bunda, jadi saya tidak perlu obat. Saya sungguh merasakan Bunda seperti ibu saya yang benar-benar nyata ada.” Saya termangu-mangu mendengar kesaksian si ibu. Tidak tahu harus mengatakan apa, karena rasa kagumku akan imannya yang sederhana namun mendalam. Aku hanya berujar, “Luar biasa, Ibu. Puji uhan.Sunguh-sungguh ibu terberkati. Bunda telah selalu menolong ibu”. Belum sempat bertanya hal lain, si ibu cepat-cepat berlalu, karena sudah hampir waktu untuk bekerja.
Tinggallah aku duduk sendirian menatap wajah Bunda, tak berkata apa-apa. Perasaanku campur aduk, antara terharu, bersyukur dan rasa malu. Saya malu sekali, sebab tiap kali aku datang di sini, dengan segudang permohonan, tidak pernah membawa satu lilin pun, doanya lama dan panjang-panjang. Sesekali kalau perlu saja dan merasa terdesak dengan kebutuhan yang mendesak. Kisah ibu ini, sepertinya jawaban Bunda atas doa-doaku. Bunda menjawab doaku melalui kesaksian singkat ibu ini. Dan aku tahu, apa yang seharusnya aku lakukan untuk mengatasi masalah hidupku.
Aku belajar sekali lagi, bahwa doa itu begitu sederhana.Sesederhana hati orang-orang sederhana dengan permintaan sederhana dan cara-cara sederhana. Yach..sungguh sederhana. Tak terpikirkan olehku tentang air untuk diminum dan dua lilin. Tidak ada permohonan lain, dua saja permohonan yang diwakilkan oleh dua lilin bernyala, lilin permohonan dan lilin syukur…untuk semua kebutuhan dan semua pemberian Tuhan. Sungguh luar biasa, iman yang besar dan mendalam yang baru kutemui. Percaya kepada Maria, Bunda penyembuh, sungguh sembuh tanpa obat. Bukan sekali dua kali atau sesekali, tetapi tiap hari datang pada Bunda, seperti “resep baru” di hari baru. Si ibu, percaya penuh bahwa Bunda Maria adalah penyembuh jiwa raganya, duka laranya. Si ibu percaya, air yang diletakkan di hadapan Bunda, sudah ditatap Bunda, dijamah Bunda, digunakan untuk segenap keperluan, minum, masak, mandi dan semuanya. Si ibu telah melakukan bertahun-tahun dan mengalami kasih keibuan Bunda bertahun-tahun. Aku merasakan perjumpaan kami menjadi jawaban Bunda atas permohonanku, bahwa jika sekiranya aku mempunyai sedikit iman sebesar biji sesawi saja aku pun pasti sembuh.Bahwa aku juga mempunyai cara-cara khusus dan intim dalam relasiku dengan Bunda. Apapun itu, tapi iman mesti mendasari segalanya. Terima kasih, ibu. *hm
Recent Comments