Renungan Harian
MINGGU BIASA XXXI
Mal. 1:14b-2:2b,8-10; Mzm. 131:1,2,3; 1Tes. 2:7b-9,13; Mat. 23:1-12.
Dalam nubuatnya tentang dosa para imam, Maleakhi tampil mengeritik perilaku para imam. Sebab, perilaku mereka menyimpang dari apa yang mereka ajarkan. “Tetapi kamu ini menyimpang dari jalan; kamu membuat banyak orang tergelincir dengan pengajaranmu; kamu merusakkan perjanjian dengan Lewi”. Sebagai pengajar dan pemimpin umat, para imam memang sangat fasih dalam mengajar kebenaran. Namun, apa yang mereka ajarkan tidak pernah tampak dalam tingkah laku mereka sehari-hari. Dengan cara hidup seperti itu, mereka telah merintangi umat yang dipercayakan kepada mereka untuk bertumbuh dalam kehidupan iman akan Allah. Oleh karena itu, Allah menandaskan: “Maka Aku pun akan membuat kamu hina dan rendah bagi seluruh umat ini!”.
Peranan para ahli Taurat dan kaum Farisi mulai terasa besar pengaruhnya pada abad ke-5 seb. Masehi, yakni setelah orang Israel kembali dari pembuangan di Babilonia. Pada saat itu orang-orang Israel mulai menyadari bahwa mereka membutuhkan pegangan kehidupan keagamaan sebagai bagsa terpilih untuk membangun kembali bangsa mereka yang porak poranda. Para ahli Taurat dan kaum Farisi diakui memiliki wewenang untuk mengajarkan dan menafsirkan Taurat dengan wibawa seperti yang dimiliki oleh Musa. Pada saat seperti itu dapat dimengerti bila sisi “hukum lahiriah” ajaran agama lebih ditonjolkan dari pada kesaksian hidup yang lahir dari kedalaman batin. Setiap kali bangsa Israel terdesak oleh kuasa politik bangsa asing, maka ciri-ciri legalistis kepercayaan mereka menjadi semakin menonjol. Akibatnya, pengajaran dan kesaksian hidup pribadi sering tidak sejalan. Kenyataan inilah yang dibicarakan dalam petikan Injil hari ini. Berlatarbelakang kecaman Yesus terhadap para ahli Taurat dan kaum Farisi, penginjil Matius ( Injil Matius tumbuh di kalangan orang-orang Yahudi yang memiliki latar pendidikan Taurat yang kuat dan mereka berusaha hidup menurut ajaran agama dengan sebaik-baiknya) ingin menyadarkan orang-orang Yahudi yang menjadi pengikut Yesus agar tidak lagi mengikuti cara hidup para ahli Taurat dan kaum Farisi yang bersikap legalistis (tetapi ada juga pemimpin dan ahli Taurat atau kaum Farisi yang saleh, seperti: Yusuf Arimatea dan Nikodemus,dll). Penginjil Matius mengajak mereka untuk melihat masa lampau hidup mereka secara kritis dalam iman akan Yesus. Mereka diajak untuk menyadari sisi mana dari cara hidup mereka yang tidak bisa lagi memberi inspirasi dan tidak bisa lagi menjawab tantangan zaman sesuai iman mereka dalam Yesus. Mereka diajak untuk menimba kebijaksanaan dari ajaran Yesus yang mereka imani. Dengan demikian, Matius hendak membawa setiap pembacanya (waktu itu, yaitu orang Yahudi yang percaya, dan kita zaman ini) untuk kembali ke inti kehidupan orang yang percaya, yakni ke pokok pewartaan Yesus sendiri: mengajak setiap orang untuk menyongsong masa depan di dalam Kerajaan Surga agar menemukan kembali manusia yang utuh (bdk. Kotbah di Bukit: Mat 5:1-7:29; Sabda Bahagia: Mat 5:3-12).
Berlatarbelakang kecaman Yesus terhadap para ahli Taurat dan kaum Farisi, setiap orang yang beriman akan Yesus disadarkan akan bahaya bahwa setiap pengikut Kristus bisa saja fasih dalam menjelaskan ajaran dan “hukum” Tuhan, namun perilakunya sangat bertentangan dengan isi dan inti ajaran dan “hukum” Tuhan itu! “Sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya. Demikianlah kami, dalam kasih sayang yang besar akan kamu, bukan saja rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu, karena kamu telah kami kasihi”. Demikianlah tergambar integritas diri Paulus sebagai rasul ulung. Perilakunya sesuai dengan apa yang diwartakannya. Integritas diri dalam pewartaan: pengajaran dan perilaku hidupnya mendorong jemaat di Tesalonika menghayati hidp iman mereka secara utuh.
Bagaimana aku telah menghayati isi dan inti imanku? Apakah isi dan inti imanku telah menjadi inspirasi bagi perilaku hidupku? Sebaliknya, apakah perilaku hidupku telah mencerminkan isi dan inti imanku?
Mari meneladani rasul Paulus, membangun integritas diri kita sebagai orang beriman!
Tuhan memberkati. (RD AMT)
Recent Comments