MINGGU BIASA XXIV
Yes 50:5-9a; Mzm 116:1-2,3-4,5-6,8-9; Yak 2:14-18; Mrk 8:27-35

Nabi Yesaya menyajikan Madah ketiga tentang hamba Yahwe. Madah ini menggambarkan kesetiaan yang tidak tergoyahkan pada diri sang Hamba Yahwe walau harus menghadapi penderitaan. Mengapa ia demikian setia? Ia rajin dan tekun menimba daya dari Tuhan Allah-nya. Ia mempunyai keyakinan yang amat teguh akan pertolongan Tuhan Allah-nya.

Kisah di Kaisarea, Filipi merupakan titik penting. Para murid ditantang untuk menentukan sikap dasar iman mereka. Para murid secara gampang menyatakan pendapat orang tentang Yesus. Namun mereka ditantang untuk menggali dari keyakinan dan pengalaman mereka sendiri tentang siapakah Yesus itu? Mewakili para murid, Petrus secara tegas menyatakan sikap dasar keyakinan iman mereka. Namun, Petrus dan para murid masih harus disadarkan kembali bahwa betapa rapuhnya keyakinan iman mereka itu. Oleh karena itu, dengan tegas Yesus melarang mereka untuk menyebarluaskan sikap dasar iman yang tidak matang itu. Petrus dan para murid lainnya memahami Yesus sebagai Mesias, yaitu, “Pembebas yang kuasa dari Allah”. Sedangkan Yesus menyatakan diri-Nya secara lain, yaitu sebagai “Anak manusia yang harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak….dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari.” Petrus dan para murid lainnya tidak siap untuk hal yang dimaksudkan oleh Yesus itu. Mereka menginginkan Yesus sebagai seorang pemimpin yang akan membebaskan mereka dari kesakitan, segala penderitaan dan bahkan kematian, bukan seseorang yang harus mengalami kesakitan, penderitaan dan bahkan kematian. Akibatnya, Petrus memarahi Yesus. Akibatnya, Yesus justru berbalik memarahi bahkan mengusir Petrus sebagai iblis. Pada titik ini setiap orang beriman ditantang untuk menentukan sikap dan pilihan yang tepat, yaitu harus mengambil bagian dalam perjuangan para murid untuk belajar menghadapi kenyataan kemuridan bahwa Yesus bukanlah Mesias yang “akan membereskan segala persoalan dengan cepat tanpa kesulitan dan penderitaan” seperti yang diharapkan oleh Petrus dan para murid lainnya. Setiap orang beriman dapat mendengar Yesus berbicara secara langsung: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya, dan mengikut Aku”.

Yakobus menyajikan kontras iman. Ia menampilkan iman aktif dan hidup yang berlawanan dengan iman kata-kata dan mati. Iman yang benar dan sejati bukan hanya sekadar kata-kata dan pengakuan yang dilakukan oleh setiap orang. Iman yang sejati adalah iman perjanjian ketaatan mutlak dan radikal kepada Allah dan perjanjian kasih secara tulus ikhlas kepada sesama, yang menyatakan diri di dalam tindakan kasih, yang adalah aktif dan hidup.

Allah seperti apa yang aku imani? Yesus yang bagaimana yang aku harapkan? Seperti apa dan bagaimana iman yang ada di dalam diriku saat ini? Sejauh mana aku berani menanggung kesukaran dan penderitaan akibat imanku? Berhadapan dengan setiap kesukaran dan penderitaan apakah aku tetap setia dan taat pada imanku akan Allah dalam diri Yesus? Apakah imanku adalah iman yang aktif dan hidup atau iman yang hanya berupa kata-kata kosong dan mati?
Mari membangun kesetiaan dan ketaatan iman akan Allah dalam diri Yesus. Mari membangun sikap rajin dan tekun menimba daya iman dari Tuhan Allah kita.
Tuhan memberkati. *RD AMT