KAMIS, PEKAN BIASA XXVIII
PERINGATAN WAJIB ST. IGNASIUS DARI ANTIOKIA, USKUP DAN MARTIR
Ef 1:1-10; Mzm 98:1.2-3ab.3cd-4.5-6; Luk 11:47-54

Kritik pedas Yesus terhadap kaum Farisi dan ahli Taurat menyadarkan mereka tentang penilaian mereka terhadap segala kebiasaan dan tata aturan yang diwariskan dari nenek moyang mereka. Dengan sangat tegas Yesus menuntut pertanggungjawaban atas darah para utusan Allah yang ditumpahkan sejak Habel sampai kepada darah Zakharia. Sebab, tidak ada gunanya membangun monumen pengenangan akan para utusan Allah itu, tetapi sebaliknya justru mengabaikan pesan yang diwartakan oleh para utusan Allah itu. Melalui kritikan itu, Yesus menuntut setiap orang beriman untuk membangun sikap takwa kepada daya rahmat Allah, mengembangkan dan menyuburkannya, bukan sebaliknya mengerdilkannya apalagi mengurungnya dalam tata aturan yang kaku dan mematikan.

Dengan gaya puitis, Paulus mengingatkan jemaat di Efesus tentang tindakan Allah dalam diri Yesus Kristus dan peranan Roh Kudus. Rencana keselamatan Allah telah dimulai sebelum penciptaan. Allah sumber semua hikmat dan pengertian telah mengambil prakarsa untuk memaklumkan misteri penyelamatan-Nya dari kehendak ilahi-Nya. Kehendak dan rencana ilahi itu dilaksanakan dalam diri Kristus. Dalam diri Kristus itulah setiap orang beriman dipanggil untuk mengambil bagian dalam rencana Allah.

Kesetiaan iman dalam keselarasan hidup telah ditunjukkan oleh Santo Ignasius. Terhadap penganiayaan karena imannya, ia tetap teguh berdiri untuk menjadi orang Kristen bukan hanya sekadar nama. Ia telah menunjukkan dengan perbuatan imannya.

Sebagai orang beriman, apakah aku sungguh memahami rencana dan kehendak Allah bagi diri dan hidupku? Sejauh mana aku telah membuka diri dan membangun sikap takwa kepada daya rahmat Allah, mengembangkan dan menyuburkannya? Bagaimana aku telah membangun sikap pertobatan batin untuk mengembangkan dan menyuburkan imanku? Pembaruan hidup seperti apa yang sedang aku usahakan saat ini?
Mari meneladani Santo Ignasius memahami rencana dan kehendak Allah bagi diri dan hidup kita. Mari membuka diri dan membangun sikap takwa kepada daya rahmat Allah, mengembangkan dan menyuburkannya. Mari senantiasa membangun sikap tobat untuk membarui hidup iman kita.
Tuhan memberkati. *RD AMT