MINGGU BIASA VIII
Sir. 27:4-7; Mzm. 92:2-3.13-14.15-16; 1Kor. 15:54-58; Luk. 6:39-45.

Putera Sirakh menggunakan beberapa gambaran tentang ujian untuk mengetahui sifat sesungguhnya manusia. Kalau ayakan digoyang-goyangkan maka yang tersaring adalah sampah, demikian juga keburukan seseorang tinggal dalam bicaranya. Seperti perapian menguji periuk belanga penjunan (tukang periuk) demikian juga ujian manusia terletak dalam bicaranya. Nilai sebuah ladang ditampakkan oleh buah pohon yang tumbuh di dalamnya, demikian juga isi hati orang tampak dalam bicaranya. Oleh karena itu setiap orang diingatkan untuk jangan memuji seseorang sebelum ia berbicara, sebab justru itulah batu ujian manusia.

Secara tegas dan jelas Yesus menentang segala bentuk kepalsuan dan kemunafikan. Melalui perumpamaan tentang orang buta menuntun orang buta, Yesus mengeritik orang Farisi dan para pengajar palsu. Ia mengeritik kemunafikan mereka yang hanya melihat selumbar dalam mata saudaranya tetapi balok yang ada dalam matanya sendiri tidak diketahuinya. Gambaran tentang selumbar dan balok tersebut digunakan untuk menghindari kecenderungan mengadili orang lain. Dengan sangat tegas dan keras Yesus menantang: “Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.” Yesus menyimpulkan pengajaran-Nya: “Tidak ada pohon baik yang menghasilkan buah yang tidak baik. Dan tidak ada pula pohon yang tidak baik yang menghasilkan buah baik. Sebab setiap pohon dikenal dari buahnya. Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya.” Yesus menggunakan gambaran tentang pohon dan buahnya untuk menjelaskan sumber tindakan manusia. Melalui gambaran itu Yesus menuntut setiap orang beriman untuk menunjukkan realitas dan mutu kehidupan beriman yang lahir dari hubungan iman antara setiap orang beriman dengan Tuhan-nya yang diimani.

Di akhir dari rangkaian permenungan tentang kebangkitan, Paulus menegaskan bahwa berkat kematian dan kebangkitan Kristus, setiap orang beriman tidak hanya dibebaskan dari kematian, tetapi juga dari dosa yang mengakibatkan maut. Sengat maut ialah dosa. Tetapi berkat kematian dan kebangkitan Kristus, sengat maut telah dibinasakan. Kristus yang jaya atas maut adalah sumber hidup baru dan hal itu akan berbuah pada kebangkitan setiap orang yang percaya kepada-Nya. Karena itu, Paulus menghimbau setiap orang beriman: “Berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab, kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia”.

Bagaimana aku telah menjaga dan menata lisanku? Bagaimana aku telah menata perbendahraan hatiku sebagai orang beriman? Apakah kata-kata dan tindakanku telah menjadi ungkapan mutu imanku? Apakah aku selalu teguh berdiri dalam setiap percobaan dan giat selalu dalam pekerjaan Tuhan?
Mari menata hati, teguh berdiri dan tidak goyah serta giat selalu dalam pekerjaan Tuhan!
Tuhan memberkati. * RD AMT