JUMAT, PEKAN BIASA X
1Raj 19:9a.11-16; Mzm 27:7-8a.8b-9abc.13-14; Mat. 5:27-32.
Elia, sang nabi itu merasa terancam karena ia dikejar untuk dibunuh. Maka, ia melarikan diri dan bersembunyi di dalam gua di gunung Horeb (nama lain gunung Sinai). Ia berkeluh kesah tentang perjuangan dan penderitaannya. Namun Allah tidak menjumpainya seperti yang diharapkannya, yaitu dalam angin besar dan kuat, gempa bumi dan api. Allah justru menjumpainya dalam angin sepoi-sepoi yang berhembus tenang. Allah bukannya peduli terhadap apa yang dikeluhkesahkannya, tetapi malah memerintahkannya untuk meninggalkan tempat persembunyiannya yang aman dan nyaman dan melakukan perintah-Nya.
Melalui ajarannya tentang perceraian dan perzinahan, Yesus mau mengajak dan menyadarkan setiap orang beriman bahwa perilaku dan perbuatan sangat ditentukan oleh motivasi atau intensi yang ada di dalam hati setiap orang. Maka, sebagai orang beriman kita tidak cukup hanya menata sikap lahiriah saja. Setiap orang beriman dituntut untuk secara jujur dan tulus menata maksud dan tujuan dari setiap perbuatannya. Sebab, maksud dan tujuan akan mempengaruhi keseluruhan pribadi seseorang. Maka, haruslah disadari bahwa keselamatan seluruh pribadi lebih berharga daripada memelihara satu bagian tubuh yang menyebabkan dosa.
Apa usahaku untuk selalu berjumpa dengan Allah sehingga aku dapat memahami maksud dan tujuan-Nya bagi hidup dan karyaku? Sejauh mana usahaku untuk itu?
Mari belajar dari sang nabi, Elia untuk selalu memahami maksud dan tujuan Tuhan bagi hidup dan karya kita.
Tuhan memberkati. (RD AMT)
Recent Comments