Renungan Harian

HARI RAYA PENAMPAKAN TUHAN
HARI ANAK MISIONER SEDUNIA
Yes 60:1-6; Mzm 72:1-2,7-8,10-11,12-13; Ef 3:2-3a, 5-6; Mat 2:1-12
Hari ini Gereja merayakan hari raya Penampakan Tuhan atau disebut juga hari raya EPIFANI yang secara harafiah berarti “penampakan yang mencolok”. Dulu hari raya Epifani ini dikenal sebagai pesta Tiga Raja. Hari raya Penampakan Tuhan (Epifani) ini dimaksudkan untuk merayakan penyataan (penampakan) martabat Ilahi dari Allah Putra dalam diri Yesus dalam peristiwa-peristiwa hidup-Nya sebelum kebangkitan.

Nabi Yesaya melukiskan bahwa Terang Tuhan akan terbit atas umat-Nya. Putera-puteri Yerusalem yang tercerai-berai akan kembali ke Yerusalem. Kemuliaan Tuhan akan menjadi nyata atas mereka. Sang nabi bahkan mengumandangkan sebuah transformasi yang mengagumkan, suatu visi universal bagi Yerusalem baru. Yerusalem akan menjadi titik atau pusat baru bagi bangsa-bangsa karena kehadiran yang Ilahi. Bangsa- bangsa akan berduyun-duyun kepada terang , dan raja-raja akan menyongsong cahaya yang terbit atas Yerusalem.

Yesus menampakkan diri-Nya kepada seluruh umat manusia melalui sebuah tanda, yaitu “bintang abadi” atau “stella aeterna”. Bintang abadi itu menuntun para majus untuk melakukan tiga tindakan yang sangat penting. Pertama, mencari. Mereka berangkat dari Timur menuju ke Yerusalem dengan bimbingan bintang dari Timur untuk mencari raja yang baru dilahirkan. Mereka bertanya-tanya: “Di manakah Dia, Raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu?” Kedua, seperti para gembala melalui malaikat, para sarjana dari Timur melalui bintang dan bahkan melalui orang yang bermaksud jahat seperti Herodes, akhirnya mereka menemukan Yesus bersama Yusuf dan Maria ibu-Nya. Ketiga, setelah menemukan Yesus, mereka menyembah-Nya dengan mengakui-Nya sebagai Juru Selamat yang disimbolkan dengan mempersembahkan: Emas, Kemanyan, dan Mur. Emas merupakan logam yang sangat berharga. Hal ini menyimbolkan bahwa Yesus yang lahir itu adalah Raja. Dia adalah Raja segala Raja. Ia adalah raja yang memimpin dan memerintah dengan kasih. Emas melambangkan pengakuan mereka bahwa Yesus Kristus merupakan hadiah yang sangat mahal dari Allah untuk manusia. Kemenyan biasanya dipakai dalam upacara peribadatan. Imam selalu menggunakan kemenyan untuk mendupai altar dan persembahan. Yesus adalah imam yang menguduskan. Maka, kemenyan melambangkan Imamat Yesus Kristus yang datang ke dunia untuk mempersembahkan seluruh hidup-Nya bagi kemuliaan Allah Bapa dan keselamatan umat manusia. Mur adalah getah dari pohon mor yang baunya wangi. Mur digunakan untuk mengurapi tubuh orang yang sudah meninggal, atau disebut juga balsam makam. Hal ini melambangkan kematian Yesus yang merupakan jalan untuk menebus dosa umat manusia. Dari tiga macam persembahan itu, pada abad kelima belas berkembang tradisi tentang tiga sarjana, dan ketiganya itu diberi nama sebagai Gaspar, Melkhior, dan Baltazar. Amat menarik bahwa iman para majus yang dianggap kafir itu dipertentangkan dengan kecerdikan dan kelicikan Herodes yang penuh dengan sikap sinis. Herodes merasa takut akan raja yang baru dilahirkan itu sebagai ancaman bagi kekuasaannya. Meskipun ia dapat membaca Kitab Suci dan melihat dengan jelas apa yang dikatakan nabi Mikha (Mi 5:1, 2 Sam 5:2) mengenai tempat kelahiran Mesias, tetapi ia tidak mau menyembah-Nya.

Kepada jemaat di Efesus, Paulus menguraikan rencana penyelamatan Allah, yaitu untuk menjadikan semua bangsa menjadi pewaris-Nya. Dengan demikian robohlah tembok pembatas yang memisahkan antara orang Yahudi dan orang bukan Yahudi. Sebab, orang-orang bukan Yahudi pun turut menjadi alihwaris, menjadi anggota tubuh dan peserta dalam janji yang diberikan dan diwujudkan dalam diri Yesus Kristus.

Para Sarjana dari Timur adalah pribadi yang terbuka terhadap tanda kehadiran, penampakan Allah serta siap untuk bertualang dalam iman melalui bimbingan bintang abadi. Melalui bimbingan bintang abadi itu mereka berusaha mencari, menemukan, dan menyembah sang Raja yang baru dilahirkan itu. Apakah sebagai orang beriman aku telah berusaha untuk mencari, menemukan, dan menyembah Yesus, sang Raja seperti para Sarjana itu? Atau sebaliknya aku seperti Herodes, menutup diri dalam kecerdikan dan kelicikan yang penuh sinisme terhadap segala rencana dan kehendak Allah?
Mari belajar pada teladan iman para Majus, selalu mencari, menemukan dan menyembah dengan menyingkirkan sikap cerdik dan licik penuh sinisme seperti raja Herodes untuk dapat memahami dan mengalami kehadiran Allah di dalam setiap peristiwa hidup kita. Mari membuka diri seutuhnya pada rencana dan kehendak Allah yang menyelamatkan semua orang.
Tuhan memberkati. ( RD AMT)