Keluarga Kudus Nasaret, Yesus, Maria dan Yosef rela berkorban dalam segala hal. Kerelaan mengorbankan diri merupakan perwujudan cinta yang mau berjuang bersama Allah sendiri. Kerelaan berkorban juga merupakan ungkapan nyata dari doa-doa mereka. Sebagaimana doa merupakan napas hidup mereka, demikian juga kerelaan berkorban merupakan napas hidup mereka. Mengorbankan diri demi keselamatan manusia merupakan inti hidup mereka.
Yesus sendiri, Sang Putra Allah yang menjadi manusia, mengorbankan segala-galanya demi keselamatan dunia, manusia dan segenap ciptaan. Yesus yang walaupun dalam rupa Allah, mengosongkan diri-Nya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.Dan dalam keadaan manusia Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. ( Filipi 2:6-8) Dalam salib Tuhan Yesus, nyatalah betapa Tuhan sangat mencintai manusia dan segenap ciptaan-Nya. Derita dan salib-Nya merupakan perwujudan kasih-Nya yang tak terbatas. Salib yang awalnya merupakan lambang kehinaan menjadi lambang kemuliaan karena pengorbanan diri Yesus dalam sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya.
Bunda Maria dan Yosef mengorbankan seluruh hidupnya untuk melaksanakan kehendak Allah. Mereka melepaskan keinginan dan kehendak diri sendiri, dan memilih melaksanakan kehendak Allah. Pilihan ini mengantar mereka mengalami berbagai kesukaran dan penderitaan. Namun, mengorbankan diri, menderita demi kasih akan Allah dan pemenuhan rencana kehendak-Nya, merupakan persembahan diri yang sangat istimewa untuk Allah. Tidak ada yang lebih membahagiakan bagi Maria dan Yosef selain dari pada melakukan seluruh kehendak Allah dengan sempurna, meskipun harus mengalami berbagai-bagai kesulitan dan penderitaan. Karena mereka sadar, bahwa kehidupan mereka merupakan perjuangan bersama Allah sendiri.
Setiap orang yang percaya kepada Tuhan, menerima cinta Tuhan Yesus. Yesus juga memanggil kita untuk belajar dari-Nya yang lembut dan rendah hati, agar rela mengorbankan diri bagi sesama. Kesadaran akan cinta Tuhan yang telah kita alami, mendorong kita untuk merelakan diri dipakai Tuhan menjadi perpanjangan tangan kasih-Nya untuk keselamatan sesama.
Kita diminta untuk sungguh percaya kepada Tuhan Yesus. Kita harus menyatukan segala kesulitan hidup, kesukaran sehari-hari, kelemahan diri, dan penderitaan kita kepada Yesus yang tersalib. Jangan menyerah kalah bila menghadapi kesulitan dan penderitan. Pandanglah Salib Kristus yang akan menguatkan kita dan menopang kita. Menyerah kalah, menggambarkan kehampaan cinta kita dan hidup yang tiada makna.
Bagi kita suster KKS, penderitaan Keluarga Suci Yesus, Maria, Yosef merupakan unsur penting spiritualitas kita dalam mengabdikan diri kepada Tuhan dan sesama.( Konst.26) Penderitaan yang semata-mata disebabkan karena kesiapsediaan dan kerelaan untuk mengorbankan diri bagi keselamatan dunia. Sebagaimana Keluarga Kudus Yesus Maria Yosef, yang setia sampai akhir, demikian juga kita diharapkan bertekun dan setia memanggul salib bersama Kristus sampai akhir.Salib Yesus telah menyelamatkan kita.Kiranya salib hidup kita, juga menjadi sarana keselamatan bagi sesama.*Eligia, KKS
Recent Comments